HALO! SUDAH NYARIS TUJUH BULAN TAK UPDATE BOOK INI. APA KABAR?!! KANGEN TIDAK?? (tidaaak~)
"Kenapa? Kau sedang berpikir bagaimana caranya mengusirku lebih dulu lalu melompat ke dalam tembok dan melewati penjaga, 'kan?"
Deg!
Kai menatap Soobin dengan mata terbuka lebar, terkejut setengah mati. Ujung jemari merayap dingin, diikuti belakang leher hingga punggung yang langsung terasa kebas.
Bagaimana Soobin tahu? Apa jangan-jangan ia telah lebih dulu menyelidiki tentang aku sebelum ini?
Soobin melangkah mendekat dengan aura mengintimidasi yang kuat, sementara Kai terpaku di tempatnya berdiri—membeku tak bisa bergerak dan hanya pasrah dengan air liur tertelan pahit di ujung lidah.
"Aku sudah curiga sejak Seungbin bilang akan mengundang seseorang ke taman Rosalia tapi tak ada satu pun penjaga maupun pelayan di sekitar atas permintaan tamu istimewa ini. Jadi aku memutuskan untuk mengikutimu yang menyelinap kesana kemari dan pulang ke menara yang terbuang."
Kai tidak bisa mengalihkan matanya dari mata Soobin yang memicing tajam. Ditatap seperti itu saja, Kai seolah-olah sedang di kulit dengan tajam. Soobin tahu. Soobin tahu semuanya dan laki-laki itu sedang bersiap untuk memotong-motong tubuhnya menjadi hancur.
Ujung jemari Kai bergetar di sisi tubuh, dan untuk menutupi itu sebelum Soobin sadar kalau ia gemetar, Kai mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia tipiskan bibir dan menampilkan wajah sedatar mungkin untuk menunjukkan bahwa ia tak gentar—meski Kai nyaris tidak bisa merasakan lututnya sendiri.
Soobin merendahkan sedikit kepalanya, hanya untuk mengintimidasi Kai lebih kuat. Meski tinggi tubuh mereka nyaris sepantaran, namun Soobin—dan Seungbin—masih sedikit lebih tinggi dari Kai yang memungkinkannya untuk menunduk, memperjelas dominasi.
"Kau bisa tenang karena aku belum memberitahu Seungbin tentang identitas palsumu yang ternyata seorang tahanan."
Kai tertohok. Wajah ramah Seungbin yang dipenuhi senyuman muncul di dalam kepalanya. Ia membayangkan raut kecewa seperti apa yang akan Seungbin tampilkan jika tahu ternyata Kai berbohong padanya? Kai tidak tahu. Sudut hatinya terasa sakit hanya karena membayangkan seseorang kecewa pada dirinya.
Soobin melirik sekitar, memperhitungkan mungkin sebentar lagi penjaga luar dinding akan segera tiba untuk mengawasi. Maka ia menegakkan tubuh, menyudahi intimidasi yang ia lakukan, entah kenapa merasa puas setelah melihat Kai tak bergerak di tempatnya berdiri dengan bibir memucat.
Ia paling benci orang seperti Kai.
Menipu, memalsukan identitas, dan mungkin akan memanfaatkan apapun yang ada di sekitarnya untuk melindungi diri. Dalam hal ini, Soobin harus bertindak lebih dulu karena ia tahu Seungbin yang berhati lembut itu pasti tidak akan menaruh curiga pada Kai.
Seorang pangeran dari Marseil, huh?
Soobin mendengkus, teringat kembali kebohongan Kai beberapa waktu lalu yang mengatakan ia tahu lagu populer Marseil dari kenalannya di dapur? Sungguh sebuah kebohongan yang memuakkan. Soobin benci kebohongan. Di atas itu semua, ia benci pada kenyataan bahwa Kai nyaris bisa menipunya dengan senyuman lembut yang mematikan.
Melihat Kai yang masih tak bergerak, Soobin berucap lagi. "Dua hari lagi aku akan datang ke menara-mu. Jangan berpikir untuk melarikan diri atau melapor pada siapapun."
Datang? Untuk apa?
Dua pertanyaan yang muncul di dalam benak tapi Kai tidak berani untuk menyuarakannya.
Suara dingin itu terdengar menembus dada Kai, membuatnya nyaris menjatuhkan diri kalau ia tidak dengan sekuat tenaga berusaha untuk tetap mengokohkan kaki. Entah Soobin sadar atau tidak, ia menggunakan sedikit tekanan alpha dalam suaranya sehingga Kai yang notabenya adalah omega resesif, merasakan cengkraman yang cukup menyakitkan di dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLEANDER | SooKai
Fanfiction"Di ujung jalan ini, akankah aku menemukan kebebasan? Atau malah rantai lain yang semakin mengekang?"