"Kalau begitu, sampai jumpa lima hari lagi?"
Kai tidak bisa mengenyahkan suara Bin dari kepalanya. Bahkan saat ia berusaha menenggelamkan diri di dalam buku-buku yang baru tiba kemarin, bait per bait kalimat di dalam buku berubah menjadi kalimat yang sama.
Oh, tuhan.
Kai merasakan pipinya memanas. Ia menepuk-nepuk pipinya berulang kali dan berusaha untuk tetap fokus pada buku yang terbuka di pangkuan. Namun baru lima menit ia tenggelam dalam lukisan kalimat di dalam lembar kertas, sentuhan Bin di puncak kepalanya kembali terasa.
Kai sontak menyentuh puncak kepalanya panik. Bagaimana caranya mengenyahkan bayangan Bin? Bagaimana mungkin dia selalu memikirkan perjanjian temu di antara mereka yang sempat Kai hindari?
Suara besi pagar terdengar dari luar. Kai sontak meninggalkan kursi santainya dan berjalan mendekati balkon menara. Di bawah sana, ia melihat Yoo Sang tiba dengan kantong kertas ia dekap di depan dada. Penasaran, Kai menuruni tangga melingkar hingga ia sampai di dasar menara.
"Ah, Kai. Kau mengagetkanku. Kukira kau menyelinap keluar seperti biasa."
Kai tertawa kecil, menyahut dengan nada geli, "Justru kau yang mengagetkanku, Paman Yoo Sang. Kukira kau membolos kerja seperti biasa."
Keduanya lantas melempar tawa atas perjanjian kecil di antara mereka berdua. Yoo Sang meletakkan kantung kertas yang tadi ia bawa di meja panjang ruang utama menara. Ada aroma harum yang menguar dari sana. Kai mengintip dan menemukan ada banyak roti yang baru selesai dipanggang di dalamnya.
"Dari mana ini paman? Untukku?"
Yoo Sang mengangguk. "Besok pesta pengangkatan Putra Mahkota. Pekerja di dapur istana sedang bersenang-senang membuat roti sebelum mereka bekerja lembur. Istriku menyuruh membawakan ini untukmu."
Kai melirik kantong kertas itu sekali lagi, "Istrimu pekerja di dapur istana, Paman?"
Yoo Sang mengangguk. Ia melangkah meninggalkan meja panjang tadi menuju pintu. "Aku akan berburu seperti biasa. Kali ini mungkin lebih lama karena aku berencana tidak akan pulang sebelum membawa pulang seekor rusa. Jadi Kai, seperti biasa. Jangan sampai kau ketahuan kalau menyelinap keluar."
Kai mengangguk kecil. Tampak bersemangat. "Aku tidak berencana ke panti dalam waktu dekat. Paman tenang saja."
Karena dirinya sudah tak sabar menunggu hari di mana ia menginjakkan kaki di taman Rosalia
"Ah, paman... Kau tahu di mana taman bunga Rosalia?"
Yoo Sang membalikkan tubuh, menautkan alis dengan bingung. "Taman milik Putra Mahkota? Kenapa memangnya dengan taman itu?"
"A-aaa aku membaca sebuah buku yang menggambarkan bahwa ada banyak taman di istana, dan salah satu yang paling indah adalah taman bunga Rosalia. Jadi... aku hanya penasaran letaknya di mana."
Kai merapalkan doa agar kalimat acaknya barusan tidak terendus sebagai kebohongan karena ia sama sekali tidak tahu menahu tentang taman itu.
"Seingatku taman itu ada di bagian barat istana. Letaknya terpisah cukup dari bangunan tempat tinggal Putra Mahkota."
Bagian barat istana.
Kai mengulang letak taman itu di dalam hati. Tersenyum tipis menampilkan wajah seolah ia tidak terlalu tertarik—padahal sebenarnya masih meraba-raba di mana letak taman itu, dan bagaimana caranya ia bisa sampai di sana tanpa ketahuan.
Ini benar-benar sebuah misi yang sulit bagi Kai.
"A-ah, begitu. Aku hanya penasaran tentang kebenaran yang aku baca di buku tadi." Tawa sumbang menjadi penutup kalimat rancu Kai. Ia mengangguk singkat mempersilahkan Yoo Sang kembali melangkah pergi. Segera setelah Yoo Sang tak tampak lagi, Kai dengan terburu-buru kembali menaiki anak tangga dan mencatat letak taman Rosalia di secarik kertas. Bagian barat istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLEANDER | SooKai
Fanfic"Di ujung jalan ini, akankah aku menemukan kebebasan? Atau malah rantai lain yang semakin mengekang?"