[21]

596 104 48
                                    

Setelah mengakhiri perbincangan dengan Soobin, Kai menaiki anak tangga ke lantai dua namun langkah kakinya terhenti saat melihat tiga gadis kandidat berdiri di depan kamar Hyunseo. Melihat sebuah koper besar ada di samping Hyunseo, Kai akhirnya mengerti siapa yang akan pulang untuk kali pertama putaran seleksi.

Ia melangkah mendekat dan mendengar Yuna berbicara pada Hyunseo dengan nada sedih. "Meski begitu, bukankah sebaiknya kau makan malam disini dan pulang besok pagi? Lagi pula Madam Anna tidak mengatakan apa-apa."

Karina—walau wajahnya terlihat tegang tanpa ekspresi berlebih, ikut menyahut setelahnya. "Benar. Kita hanya menghabiskan sedikit waktu bersama. Setidaknya tinggallah malam ini sekali lagi."

Menggigit bibir bawahnya, Karina terlihat ragu untuk mengatakan kalimat lanjutan, "Atau kita bertiga bisa menginap bersama di kamarku. Uh, kau tahu, aku dulu merebut kamar itu darimu."

Karena Karina yang lebih dulu menyinggungnya, Kai kembali teringat saat mereka tiba di Istana Mahkota dan insiden saat Karina meminta kamar Hyunseo agar ia tempati. Mengingat perkembangan hubungan mereka entah kenapa membuat Kai sedikit senang. Setidaknya permusuhan kental yang dilukiskan di dalam buku-buku sejarah itu belum terjadi saat ini—Kai harap, tidak terjadi sama sekali.

Hyunseo menoleh ke arah Kai, diikuti oleh dua gadis lainnya. "Bagaimana dengan Tuan Kai?"

Kai sontak mengangkat tangannya di depan dada, menggoyangkannya secara acak. "A-ah, tentu saja tidak mungkin aku bergabung dalam pesta piyama para Lady. Silahkan nikmati waktu kalian bersama-sama. Sampai jumpa besok pagi."

Kai tersenyum canggung, lalu secepat kilat membalikkan punggung meninggalkan para Lady. Hal terakhir yang Kai lihat sebelum ia menaiki anak tangga lagi adalah ketiganya tertawa riang dan merencanakan untuk menghabiskan malam panjang ini dengan banyak cerita yang belum sempat mereka bagikan.

Kai mendesah di dalam hati, entah kenapa aku berharap ada kandidat laki-laki lainnya. Setidaknya tidak terlalu sepi di lantai tiga ini seorang diri.

___

Sepertinya Kai harus menarik kembali kalimat "terlalu sepi" beberapa menit yang lalu karena saat ia membuka ruang utama kamarnya, seseorang telah menunggunya duduk di sofa. Kai menahan napas saat mengenali seraut wajah itu.

"Seungbin..."

Laki-laki itu mengangkat wajahnya, tersenyum. Raut wajahnya masih sama ramahnya, namun terlihat guratan lelah yang kentara di bawah mata yang mulai menggelap. Rona wajahnya juga tidak seceria biasa dan entah untuk alasan apa, ia terlihat benar-benar sedih.

"Kai, kemarilah."

Ini adalah ruangan yang diberikan istana sebagai tempat tinggal sementara, namun Kai merasa seolah-olah dirinya-lah yang menjadi tamu saat ini. Kai menurut, melangkahkan kaki mendekat dan duduk dengan jarak yang cukup jauh dari Seungbin.

Ia kembali teringat saat terakhir kali mereka berjumpa. Mereka pulang dari festival yang menyenangkan dengan wajah bahagia, sebelum Soobin menunggu di kamar Kai dengan wajah muram dan sederet kalimat yang menohok. Ya, Kai kembali teringat bahwa Seungbin sudah bertunangan.

"Kenapa Anda datang tanpa pemberitahuan, Yang Mulia?"

Seungbin menyadari bahwa Kai menggunakan sapaan formal, jauh terdengar lebih dingin dari cara berbicara terakhir kali mereka berjumpa. Ia tidak bisa menyalahkan Kai, karena bagaimana pun, dirinyalah yang menyembunyikan status pertunangannya dari Kai. Ia tahu, dari sorot mata Kai saat menatapnya terakhir kali, laki-laki tampak terluka.

Dan luka di dalam mata itu sejujurnya membuat Seungbin senang, karena secara tak langsung ia mengonfirmasi bahwa Kai memendam keinginan yang sama dengan dirinya. Mereka berbagi benang merah yang sama, namun terlalu takut untuk membicarakannya secara terbuka.

OLEANDER | SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang