[6]

736 151 70
                                    

Kai memang sudah tinggal di Arakesh selama dua tahun dalam kurungan, dan telah membaca banyak buku yang di antaranya juga ada pengetahuan umum tentang keluarga kerajaan. Tapi... apakah Kai melewatkan paragraf di mana harusnya tercantum bahwa Putra Mahkota memiliki saudara kembar? Atau... karena jumlah anak Raja cukup banyak—entah dari Ratu maupun selir—membuat Kai melewatkan informasi itu begitu saja?

Entahlah. Yang jelas saat Kai menyembunyikan wajahnya di balik cangkir teh, matanya tak lepas menatap dua orang berwajah sama namun mempunyai raut berbeda di hadapannya ini.

Putra Mahkota, terlihat gagah dengan pakaian resmi yang ia kenakan. Kemeja putih di bagian dalam tampak polos tanpa hiasan apapun. Namun jas putih yang ia sampirkan di pundaknya itu yang membuat tampilan mereka cukup berbeda. Jas itu adalah pakaian resmi kerajaan. Diikuti dengan garis-garis emas di bagian pinggir, dan beberapa kancing dan rantai yang menggantung di bagian bahu, jubah itu benar-benar menjadi 'sesuatu' saat Bin tidak memakainya dengan benar—hanya menyampirkannya di punggung, dan membiarkan bagian tangan jas dimainkan angin.

Putra Mahkota Bin, seperti yang sejak awal Kai temui, tidak pernah kehilangan raut wajah ramahnya meski ia sedang terdiam. Rambut bagian poni yang menutupi dahinya membuat tampilannya lebih lucu dan mudah untuk didekati. Sementara kembarannya...

"Ini Soobin, adik kecilku."

Bin merangkulkan tangannya di bahu sang adik. Tersenyum ramah pada Kai saat memperkenalkan keduanya. Kai menipiskan bibir, mengulurkan tangan. Alih-alih menyambut tangan Kai, Soobin justru mendengkus dan membuang wajahnya ke arah lain. Laki-laki itu melipat tangannya di dada, membuat Kai mau tak mau menurunkan tangannya dengan senyum kikuk.

"Aku tidak pernah bersalaman dengan pekerja dapur istana."

Ah. Bin pastilah sudah menceritakan tentang Kai pada Soobin, sehingga setidaknya ia tahu kalau Kai adalah pekerja dapur istana. Meski itu hanya karangan Kai semata.

Aku sebenarnya juga pangeran, tahu.

Kai berusaha untuk tidak menunjukkan wajah masam meski ia telah terang-terangan ditolak. Tidak mungkin ia melakukan itu padahal Putra Mahkota sendiri yang memperkenalkan mereka berdua. Mengulas senyum, Kai menyebutkan namanya.

"Kai."

Bin terkekeh, menepuk-nepuk bahu sang adik. "Maafkan dia ya, Kai. Dia memang agak... berbeda."

Ya. Mereka jelas amat sangat berbeda. Sekali lihat pun Kai langsung bisa membedakan keduanya. Jika saat ini Putra Mahkota Bin mengenakan pakaian cerah yang cemerlang, Soobin justru mengenakan setelan hitam yang mengintimidasi. Jika Putra Mahkota menurunkan poninya menutupi dahi dan berbicara dengan nyaman, maka Soobin menyisir helai rambutnya ke atas, semakin mempertegas wajah masam dan berbicara dalam kalimat pendek yang terdengar tidak ramah.

"Aku sudah pernah mengatakan padamu sebelumnya bukan?" Bin tersenyum lebar, menampilkan dua lesung di pipi yang membuat wajahnya kian tampan. "Selama aku keluar istana, Soobin-lah yang menggantikanku dalam agenda penting. Dia benar-benar adik yang berbakti pada kakaknya."

Soobin tidak menanggapi, sibuk menatap hamparan bunga Rosalia, bahkan selain saat mereka diperkenalkan tadi, tak sekalipun Soobin menatap Kai. Sementara Kai berusaha mengingat-ingat obrolan singkat dengan Bin saat sedang berada di panti.

"Ada seseorang yang sukarela menggantikan pekerjaanku. Makanya aku bisa bebas menyelinap keluar seperti sekarang ini."

"Ada, saat ini dia pasti sedang mengomel dengan wajah mengkerut."

Oh, ternyata yang dimaksud Putra Mahkota saat itu adalah Soobin? Kai kembali melirikkan matanya pada Soobin, mencuri pandang. Yah, tidak heran Putra Mahkota sendiri menyebutnya tukang omel dengan wajah mengkerut.

OLEANDER | SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang