Berangkat yang unik

196 29 12
                                    

Sehari sebelum keberangkatan menuju camp, para ultra Heisei sedang membeli bahan untuk bumbu dapur. Sebenarnya Newgen yang ditugaskan untuk ini tapi karena takut kacau akhirnya yang tua mengalah.

"Cabe sekarung?".
"Ada!".
"Bawang merah, putih sekarung setengah?".
"Ada"
"Jahe? Lengkuas? DKK?".
"Ada!!"
"Daun jeruk, serai, pandan, dkk?"
"Ada!"

3 menit kemudian

"Bused! Ini semua untuk camp?" tanya Dyna melihat seberapa banyaknya belanjaan mereka.

"Lebih baik lebih daripada kurang. Kalau lebih, baiknya kita tanam saja yang bisa ditanam" ucap Cosmos.

"Ide bagus!!" Setuju semuanya.

Sementara itu Newgen sedang membersihkan asrama karena tidak ada yang akan membersihkan asrama saat mereka pergi.

"Hei kita sudah diberi agendanya?" tanya Titas.

"Belum deh, katanya disana baru dikasih" jawab Taiga.

"Anaknya guru memang bagus dijadikan intel," celatuk Ginga

"Enak saja! Anaknya guru disini bukan cuma aku!"

"Sudah jangan berteman saya suka kalian bertengkar," ucap X dengan watados.

"X, kebalik itu!" Victory menjitak kepala X. "Aduh! Maaf."

Sementara disisi lain keenam ultra tengah berbelanja perlengkapan camp yang merupakan tugas dari para guru dikarenakan ada yang terlupa.

"Yang harus dibeli apa saja?" tanya Victoria.

"Sudah dituliskan disini." Tera mengeluarkan kertas bertuliskan semua barang yang diperlukan.

"Yosh! Ayo kita selesaikan secepatnya!" Magissa dengan semangat menarik Tera dan Victoria meninggal ketiga ultraman dibelakang.

"Kayaknya kita bakal jadi tukang angkut barang," bisik Galaxia kepada Yami dan Valgus.

Keesokannya.

Hari keberangkatan tiba. Namun kendaraan yang digunakan untuk menuju tempat camp tak kunjung datang. Beberapa guru sudah menelpon pemilik kendaraan yang akan dinaiki namun tak tersambung. Hanya suara khas telepon yang menyapa.

Para murid yang menunggu berteduh di bawah pohon maupun gedung disekitar sana. Sesekali bercanda atau sekedar mengobrol guna mengisi waktu agar tidak bosan.

"Bagaimana ini? Masa tidak jadi?" Tanya salah satu guru. Mereka semua panik sekarang.

"Kalau tidak jadi kasihan para murid." Sambung guru lainnya.

"Sudah bisa?" Tanya guru yang pertama bersuara. Sementara yang ditanyakan menggeleng dengan raut wajah kesal. "Enggak bisa."

Kepala sekolah terdiam. berpikir bagaimana menyelesaikan masalah ini. Hingga sekelebat ide nyeleneh terlintas dalam otak. "Aku punya ide dan ini bisa dijadikan nilai tambahan untuk mereka."

Para guru yang melihat kepala sekolah tersenyum miring disusul tawa layak nya kuntil anak. Menatap swetdrop kepala sekolah tersebut. "Bapak kepala sekolah, tolong sifat itu jangan kambuh lagi."

"Ada-ada saja pakai kendaraan. Terbang kan bisa," gerutu Victory dengan datar.

"Menurutmu para siswa ini nurut kalau soal jalan yang jauh?!" tanya Hikari dengan tatapan tajam ke Victory. Sementara yang ditatap terdiam seribu bahasa.

Beberapa dari mereka hanya menghela nafas karena lelah menunggu. Seseorang dari mereka pun berdiri dan meninggalkan mereka sebelum...

"Kau mau kemana Tera?"

"Kamar mandi kak."

Taiga mengangguk paham tapi matanya menaruh curiga terhadap Tera. Takut kalau si adik kabur dan menyuruh klonningnya untuk ikut camp. Jika benar terjadi akan ada sidang meja kotak setelah ini dirumahnya dengan kakeknya menjadi hakim.


10 menit kemudian.


Suara peluit menggema tanda untuk berkumpul. Semua murid berkumpul dilapangan upacara dan disuruh untuk duduk ditempat.

"Seperti yang kalian tahu, kendaraan kita tidak ada kabar sampai saat ini. Jadi saya memikirkan cara lain untuk kita kesana. Untuk sekarang kalian saya beri 30 detik untuk memikirkan ini kalimat ini 'dari langit selamat dipermukaan'."

Para murid berpikir. Berusaha mengartikan namun tak kunjung menemukan jawaban yang pas. Berdiskusi dengan teman mereka pasal tafsiran kalimat yang dikemukakan. Beberapa mengetahui tetapi ragu, sehingga memikirkan ulang. Rasanya tak mungkin pikiran mereka itu benar.

"Waktu habis! Kalian tau jawabannya?" Kepala sekolah menatap para murid tersenyum ganjil

"Tidak!"

"Ingin tahu?" Tanya kepala sekolah lagi.

"Iya!"

"Jawabannya adalah ini!"

Sebuah portal dengan ukuran tak biasa. Besar dan luas. Seukuran lapangan muncul tepat dibawah mereka. Dengan keterkejutan yang datang serta adrenalin yang terus meningkat. Serempak, mereka yang berada di atas portal tersebut terjatuh. diiringi suara keterkejutan, teriakan yang mungkin membuat pita suara terputus.

Sementara si pembuat portal menatap datar para Ultra. Memasuki portal yang berada 100 meter diatas permukaan tanah tersebut. Ia menyusul rombongan para Ultra santai.

Karena terkejut akan hal ini banyak dari mereka tidak sadar kalau bisa terbang, malah jatuh berserakan di atas matras yang sudah disiapkan. Sementara beberapa terbang dan mendarat dengan selamat. Ada-ada saja ide dari kepala sekolah. Begitulah pikiran para guru dan murid.

Seorang guru mendekati mereka, melihat apakah sudah semuanya disana. "Baiklah anak-anak ambil barang kalian. Nanti ibu beri kunci untuk kamar dan jadwal kalian ya."

"Baik bu guru." Para murid yang mendarat di matras membutuhkan waktu untuk sadar sebelum mengambil barang mereka. Sadar dari 'kejutan' yang tidak terduga dan bisa membuat mereka dikamar beberapa hari. Setelah sadar mereka pergi mengambil barang-barang mereka.

Disisi para ultra sebagian kecil dari mereka yanh berhasil mendarat dengan aman tanpa matras membantu yang lain sadar agar tidak keterusan tidur.

"Baiklah, jika mereka berhasil menebak tebakan tadi mungkin akan ku beri double point bonus." Kepala sekolah menatap guru pembimbing yang disampingnya. "Beri mereka 30 point bonus untuk yang bisa mendarat."

"Baik pak." Kepala sekolah mengangguk dan pergi meninggalkan guru tersebut. Memasuki sebuah kamar, dirinya menyalakan laptop yang menampilkan daftar biodata murid-muridnya.

Kepala sekolah tersebut tersenyum entah mengapa melihat daftar tersebut. "Semoga camp tahun ini lancar."

.

.

.

Bersambung

PARTY OF THE ULTRAMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang