.
.
.Setelah cukup lama berbelanja, Renjun dan Guanlin terlihat mengunjungi rumah Renjun. Sangat sederhana namun terasa nyaman, bahkan tempat tersebut terlihat bersih sekali.
"Kau pasti sangat kesepian bukan?" Ucap Guanlin yang terlihat memegang beberapa kantong belanjaan.
"Tidak juga, karena aku masih memiliki Jaemin. Lagi pula dia selalu kemari, hanya saja belakangan ini kami kurang bertemu."
"Kenapa bisa begitu?"
Renjun pun terlihat mendengus kasar nafasnya.
"Karena keluarga Hyunjin penyebab utamanya. Jika Jaemin tidak kembali tepat pada waktunya, dia tidak diperkenankan masuk kedalam rumah. Kau pasti tidak tau seberapa kejamnya ibu tiri Jaemin kepada dirinya."
Guanlin sudah tau akan hal itu, karena terkadang dia mendengar langsung dari Hyunjin. Namun dia seperti tidak ingin mencari tau lebih dalam lagi.
"Baiklah, aku akan memasakkan sesuatu untukmu." Jawab Guanlin terlihat mengalihkan perhatiannya. Dia pun tampak menuju ke dapur dan kemudian mencuci sekaligus memotong beberapa sayuran. Renjun yang tampak penasaran pun datang menghampirinya dengan rasa penasaran.
"Sepertinya kau membutuhkan bantuan."
Lantas pernyataan tersebut sukses membuat senyum Guanlin mengembang.
"Apa yang bisa kau bantu?" Tanya Guanlin sehingga membuat Renjun kebingungan. Tidak mungkin dia yang akan memasak sayuran tersebut.
"Em, aku akan membantu melihatnya saja." Jawab Renjun sehingga membuat Guanlin mendengus pelan nafasnya.
Setelah cukup lama memasak, Renjun tampak membantu Guanlin menyiapkan beberapa makanan diatas meja untuk mereka makan berdua. Dan Renjun akui jika porsi sebanyak ini pasti dia mampu untuk menghabiskannya sendirian. Mereka berdua pun duduk dengan posisi berhadapan.
'Apa yang harus aku makan terlebih dahulu?' Batin Renjun berkata dalam hati. Dia tampak melihat semua lauk tersebut dengan bingung karena semua tampak enak sekali dan dia harus mencicipinya satu-persatu. Guanlin yang melihat itu seperti dapat membaca isi fikiran Renjun.
"Apapun yang menurutmu cocok di lidah." Ucap Guanlin sehingga membuat Renjun kaget seketika.
"Kau tau apa yang aku fikirkan?"
"Hahahaha, tidak, ayo makan aku sudah lapar." Ajak Guanlin dan akhirnya, mereka berdua pun menikmati waktu makan siang bersama dirumah Renjun.
.
.
.Jaemin tampak menatap kedua matanya yang sedikit memerah dicermin kamar. Bahkan beberapa kali dia terus meneteskan tetes mata steril dikedua matanya. Namun tampaknya merah tersebut tidak kunjung reda, hal tersebut membuat Jaemin mendengus kasar nafasnya.
"Inilah alasan mengapa aku tidak ingin memakai lensa kotak. Aku tidak sempat melepasnya saat tertidur karena mabuk itu, menyebalkan." Gumam Jaemin kepada dirinya sendiri. Namun tampaknya diruang tamu mendengar sebuah keributan.
"SIAPA YANG MEMBUKAKAN PINTU UNTUK JAEMIN? SUDAH AKU KATAKAN KEPADA KALIAN SEMUA AGAR TIDAK MEMBUKAKAN PINTU KAN?." Teriak Nyonya Lee kepada para pelayannya. Jaemin mendengar hal tersebut, namun sepertinya dia tidak memperdulikannya, makanan sehari-hari selama dirumah adalah selalu mendengar teriakan melengking dari wanita tersebut.
"Sekarang apa lagi yang Nyonya Lee permasalahkan?" Gumam Jaemin yang berniat ingin mandi dan setelah itu bermalas-malasan. Akan tetapi tiba-tiba saja...
BRAK!!!
Pintu kamarnya pun terbuka dengan lebar dan memperlihatkan Nyonya Lee yang sepertinya tampak marah besar. Jaemin yang melihat hal tersebut hanya menatapnya dengan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER SUCKS (Nomin) {OnGoing}
Fanfiction"Na Jaemin sosok Pria yang unik. Apapun masalah yang menghampirinya dia selesaikan dengan santai. Bahkan pria kuat seperti dia dianggap lemah dan mudah ditindas oleh ibu tiri dan juga saudara tirinya, Baginya, Orang terkuat adalah dia yang berani be...