16. (We Are Dating?)

1.8K 133 6
                                    


.
.
.

Jeno pun terlihat menghampiri Jaemin sembari tersenyum kecil. Kemudian pandangannya pun beralih kepada makam tersebut. Setelah itu dia langsung saja membungkuk dengan hormat.

"Apa kabar Bibi, aku datang kemari untuk menjemput anak anda pergi berkencan." Ujar Jeno sehingga membuat Jaemin tampak kaget mendengarnya.

"Apa maksudmu?"

"Berkencan, kau harus berkencan denganku." Jawab Jeno yang kemudian beralih pada makam tersebut. Jaemin pun langsung saja menarik pergelangan tangan pria tersebut untuk segera meninggalkan area pemakaman itu.

Grebb!!

"Ayo ikut aku." Ajak Jaemin.

"Bibi, terima kasih atas persetujuanmu, aku pergi dulu." Ucap Jeno yang kemudian ditarik secara paksa dan keluar dari area pemakaman tersebut. Tampaknya Jaemin benar-benar frustasi dibuat oleh Jeno.

"Haish, Kenapa kau selalu saja muncul?"

"Karena aku akan berusaha mendapatkan hatimu bagaimana pun  juga."

Jawaban tersebut sepertinya mendapat tatapan tajam oleh Jaemin.

"Sudah aku katakan bukan? Hatiku tidak akan pernah terisi lagi, aku sudah tidak tertarik dengan cinta."

"Benarkah? Kalau begitu apakah aku boleh merasakan detak jantungmu?" Ucap Jeno yang kemudian langsung saja meletakkan tangannya kepada dada kiri Jaemin.

Deg! Deg! Deg! Deg! Deg!

"Woah, detakannya sungguh kencang sekali. Aku bisa menyimpulkannya jika kau saat ini sedang tidak mau mengakui." Ucap Jeno yakin. Namun Jaemin langsung saja menjauhkan tangan tersebut dari dadanya.

"Dengar, aku tidak bisa ikut denganmu. Karena aku memiliki banyak tugas yang harus aku selesaikan sekarang juga."

Namun mendengar ucapan dari Jaemin membuat Jeno menggeleng seolah menolak alasan tersebut. "Aku tidak mau tau." Ujar Jeno yang kemudian membawanya kedalam mobil secara paksa. Namun entah mengapa Jaemin tidak melakukan perlawanan sama sekali, mungkin saja dia juga butuh hiburan agar tidak menjadi gila diusia muda.

***

Sepanjang jalan, tidak ada obrolan yang terlontar dari mulut mereka berdua. Jeno yang terlihat sibuk mengemudi, sedangkan Jaemin terlihat melamun menatap pemandangan dari luar sana. Tidak lama kemudian, ponsel Jaemin pun berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.

"Heh cupu, dimana kau sekarang? Ibuku terus mencarimu. Apa kau lupa jika pakaian kotor terlihat menumpuk dimana-mana?" - Hyunjin.

Jaemin yang membaca isi pesan tersebut tampak mendengus kasar nafasnya.

"Jangan dibalas, sini biar aku saja yang memegang ponselmu." Ucap Jeno yang kemudian merampas ponsel tersebut dari tangan Jaemin.

"Hey, berikan padaku..."

"Ssstttt, aku sedang mengemudi. Tolong jangan berisik."

Jaemin pun langsung saja terdiam seketika. Lagi pula dia juga tidak perduli dengan pesan tersebut.

Setelah beberapa menit berkendara, mereka berdua pun tampak sampai disebuah pelatihan tinju. Jaemin pun langsung saja menatap Jeno dengan heran.

"Kenapa kita kemari?"

Namun Jeno tampak tersenyum saat mendengarnya. "Aku ingin taruhan denganmu. Apakah kau bisa mengalahkanku dalam permainan ini?"

"Baiklah, jika aku menang maka permintaanku adalah kau segera menjauh dariku."

BROTHER SUCKS (Nomin) {OnGoing}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang