.
.
.Mendengar ucapan tersebut tampaknya membuat Nyonya Lee hanya dapat tersenyum simpul. Tidak, senyuman itu menggambarkan seseorang yang sedang ingin menginjak harga diri orang lain.
"Apa kau yakin ingin mengalahkanku di pengadilan?" Tanya Nyonya Lee meyakinkan lagi. Hal tersebut membuat Jaemin mengangguk membenarkannya.
"Tentu saja, apa yang tidak bisa aku lakukan?"
"Na Jaemin, apa yang ingin kau tuntut kepadaku, ahli waris? Penganiayaan? Atau... Kau hanya mencoba menggertakku saja?" Tanya Nyonya Lee seraya membuat Jaemin tampak menatap dengan tatapan kesalnya. "Itu tidak berguna, karena yang kau perlukan adalah bukti... Ingat, Bukti. Tapi bukti apa yang kau miliki? Tidak ada sama sekali."
Jaemin pun langsung saja menunjukkan lengan kanannya yang pada saat itu pernah terluka akibat perbuatan Nyonya Lee.
"Ini bukti yang aku miliki, kau mendorongku sehingga membuatku terluka seperti ini"
Nyonya Lee pun tersenyum mendengarnya. "Lagi pula aku tidak sengaja mendorongmu. Yah, setidaknya kau baik-baik saja. Tapi kau sudah menghancurkan vas kesayangan mendiang ibumu."
Iya, Jaemin sadar akan hal itu. Mengingat bahwa permasalahan seperti ini benar-benar sangat rumit untuk dilakukan. Terlebih lagi dirinya sudah terlanjur menawarkan diri untuk menindaklanjuti kasus ini ke-jalur hukum.
"Bagaimana, kau masih bersikeras tetap akan melawanku?" Tanya Nyonya Lee sehingga membuat Jaemin tidak bisa berkata-kata sekarang. "Aku akan menghitung mundur saja kalau begitu. Lima... Empat... Tiga... Dua... Satu... Waktumu sudah habis Na Jaemin. Itu berarti, aku menerima tantangan mu." Ucap Nyonya Lee yang kemudian berbalik badan.
"Satu hal lagi Na Jaemin, aku akan meminta kepada pengadilan untuk mempercepat persidangan ini. Dan semoga kau menemukan pengacara yang jauh lebih pandai untuk menangani masalahmu." Sambung Nyonya Lee pada akhirnya. Dia pun kembali menghampiri teman-temannya saat ini dan membiarkan Jaemin yang masih terdiam mematung sekarang.
Sebenarnya ada hal-hal yang membuat Jaemin tampak menyesal dengan keputusannya barusan. Pada point Pertama, dia tidak memiliki bukti kuat apapun saat ini, sudah dipastikan jika pengadilan pasti akan meminta bukti yang lengkap kepadanya. Dan point yang kedua, dia benar-benar harus mencari pengacara yang hebat. Mengingat untuk menyewa seorang pengacara benar-benar mengeluarkan uang yang sangat banyak. Lantas apa yang harus Jaemin lakukan sekarang.
.
.
.Malam harinya...
Jaemin, Guanlin dan Renjun pun tampaknya tengah berkumpul pada kediaman Renjun. Sepertinya mereka bertiga tengah mendiskusikan sesuatu saat ini. Tidak, lebih tepatnya sedang berdebat.
Brak!
Renjun pun terlihat memukul meja yang ada dihadapannya sekarang. Dia terlihat benar-benar sangat kesal dengan Jaemin saat ini.
"Kenapa kau harus mengatakan hal seperti itu disaat kau tidak memiliki bukti apapun. Jika kau kalah dalam persidangan ini, kau bisa saja dijatuhi hukuman penjara Na Jaemin." Ucap Renjun menjelaskannya kepada Jaemin.
"Tapi, aku hanya ingin mengambil hak warisku yang sudah dia rebut sekarang. Bahkan aku sangat yakin jika surat yang dia tunjukkan pada saat itu adalah surat palsu. Apa yang salah dari itu? Mengapa aku harus dipenjara?"
"Itu masalahnya Jaemin, bukankah kau yang lebih dulu membawa masalah ini ke pengadilan?" Tanya Guanlin sehingga mendapat anggukan membenarkan dari Jaemin.
"Tentu saja."
"Itu artinya sama saja kau sudah menuntutnya. Jika kau kalah dan Nyonya Lee dianggap tidak melakukan kesalahan apapun, kau yang akan dipidana. Bahkan aku sangat yakin jika Nyonya itu tidak mungkin dengan mudah memaafkanmu." Jawab Guanlin mengingatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER SUCKS (Nomin) {OnGoing}
Fanfiction"Na Jaemin sosok Pria yang unik. Apapun masalah yang menghampirinya dia selesaikan dengan santai. Bahkan pria kuat seperti dia dianggap lemah dan mudah ditindas oleh ibu tiri dan juga saudara tirinya, Baginya, Orang terkuat adalah dia yang berani be...