13. (Taunts Or Kisses)

2.1K 146 25
                                    

.
.
.

Saat berada dirumah, Jeno pun terus saja menatap permen yang saat itu Jaemin berikan kepadanya. Senyumannya seolah memberikan semua jawaban di hari bahagianya sekarang.

"Makanlah permen ini disaat mood-mu sedang membaik, Dia lucu sekali." Gumam Jeno mengulangi ucapan tersebut sembari bergelud dengan selimut diatas ranjangnya. "AAAYYAAYY!!" Teriak Jeno dan kemudian...

Sett!!!

Dia pun langsung saja berdiri diatas ranjang tersebut seraya mengajak bantalnya untuk berdansa. Jeno benar-benar bahagia sekali, dan rasa bahagia itu lebih tepatnya pada saat Jaemin mengelus pucuk kepala sembari tersenyum manis.

Cklekk!!

Mendengar suara pintu langsung saja membuat Jeno pun kaget dan kemudian menghempas kasar tubuhnya. Dia sadar jika yang membuka pintu tersebut adalah kakeknya.

"Siapa yang berteriak tadi?"

Jeno pun menatap kakeknya sembari menggeleng pelan kepalanya.

"Aku tidak tau kek."

"Benarkah? Tidak biasanya kakek mendengar suara melengking seperti itu."

Hal itu justru membuat Jeno terdiam, apakah suaranya terdengar aneh sehingga membuat kakeknya harus mengecek sendiri asal suara tersebut? Jeno pun kemudian tersenyum.

"Mungkin saja kakek salah mendengar."

"Tidak mungkin, tapi lupakan saja." Ucap kakeknya dan kemudian kembali menutup pintu.

Cklekk!!

Jeno pun kembali bangkit dan kemudian berdansa bersama bantalnya lagi.

.
.
.

Renjun dan Guanlin pun terlihat keluar dari mobil. Hal yang membuat Renjun bingung adalah, untuk apa mengunjungi rumah besar ini.

"Untuk apa kita kemari?"

"Kau lupa, ini rumahku. Bahkan kau pernah datang kemari hanya untuk menggantung kadomu saja."

Mendengar itu membuat Renjun mendengus pelan nafasnya. "Tidak, bukan itu yang aku maksud."

"Lalu apa?"

"Kufikir kau akan mengantarku pulang?"

Guanlin pun tersenyum mendengarnya.

"Pulang? Sejak kapan aku berjanji mengantarmu pulang. Aku hanya meminta kau untuk ikut denganku."

"Ya ampun." Gumam Renjun sembari mengusap kasar wajahnya.

"Ayo masuk."

Mereka berdua pun masuk kedalam rumah tersebut. Tampak gelap, bahkan tidak ada siapapun didalamnya.

Klik!!

Guanlin tampak menyalakan lampu tidak jauh dari posisinya dan ternyata masih seperti malam itu. Balon yang menghiasi setiap ruangan, ucapan selamat tahun yang masih tertempel pada dinding, dan yang lebih mengagetkan Renjun adalah... Sebuah meja dengan dua kursi yang tersusun rapi beserta makanan dan juga kue diatasnya.

"Apa ini, bukankah ulang tahunmu sudah lewat, tapi jika ini untukku. Aku juga sedang tidak berulang tahun." Ucap Renjun sembari menatap sekitarnya.

"Karena kau tidak hadir malam itu, maka sebagai hukumannya kau harus merayakan bersamaku."

"B-Berdua saja?"

Guanlin pun mengangguk membenarkan hal itu. "Tentu, ayo duduk disana."

Mereka berdua pun duduk seraya berhadapan satu sama lain. Walaupun Renjun merasakan ketidak nyamanan akan tetapi dia sengaja tidak menunjukkan hal itu. Guanlin pun menyalakan lilin tersebut sembari menatap wajah Renjun beberapa kali.

BROTHER SUCKS (Nomin) {OnGoing}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang