.
.
.Mereka berdua terlihat sampai didepan rumah yang begitu besar dan mewah. Hal tersebut membuat Jeno kaget.
"Ini rumahmu? sungguh diluar dugaan ku. Ternyata kau hidup nyaman dengan bergelimangan harta."
Namun Jaemin hanya mendengus kasar dan segera keluar dari mobil tersebut.
"Aku hanya pembantu disini, bukan orang kaya. Terima kasih sudah mengantarku pulang, kau boleh pergi sekarang juga." Ucap Jaemin terlihat mengusirnya dengan tatapan datar. Jeno merasa sangat direndahkan sekali, bagaimana bisa orang yang dia tolong hanya mengucapkan terima kasih tanpa memberikan imbalan apapun. Jaemin pun terlihat membuka sendiri gerbangnya dengan satu tangan, dia sepertinya sedikit kesusahan. Hal tersebut membuat Jeno berniat ingin membantunya.
Jeno terlihat keluar dari mobil dan bersedia menghampiri Jaemin. Namun saat Jaemin melihat, dia langsung saja melepas salah satu sepatu miliknya.
"AKU BILANG PERGI." Teriak Jaemin yang akan melayangkan sepatu tersebut. Lantas Jeno kembali masuk kedalam mobil dan meninggalkan tempat tersebut. "Menyebalkan." Gumam Jaemin yang kemudian memasang kembali sepatunya.
"Tuan Jaemin, biar saya yang membuka gerbangnya." Ucap satu orang Pelayan menghampiri dan membuka gerbang tersebut. Mereka berdua terlihat masuk kedalam rumah.
"Dimana Nyonya Ular itu?" Tanya Jaemin.
"Dia sedang pergi berkumpul bersama teman-temannya."
Jaemin terlihat mendengus kasar nafasnya, kehidupannya benar-benar seperti sebuah drama.
"Dasar wanita Ular, ayah akan jatuh bangkrut dalam waktu setahun saja kalau dia seperti ini." Gerutu Jaemin benar-benar sangat pusing. Dia pun terlihat masuk kedalam kamarnya dan kemudian menghempas kasar tubuhnya. Bahkan dia terlihat mengamati perban yang masih membalut tangannya.
"Kau sengaja bukan? Agar kau bisa membuktikan bahwa dirimu jauh lebih layak untuk Yura." Ucap Jaemin kepada perbannya itu. Karena cukup lelah, dia pun memutuskan untuk memejamkan kedua matanya sebentar.
.
.
.Tidak terasa jika hari sudah malam, Guanlin pun duduk sembari mengecek ponselnya. Banyak sekali panggilan tidak terjawab dari Hyunjin. Guanlin benar-benar sangat benci dengan kelakuan Hyunjin seperti itu, dia tidak mempermasalahkan orientasi sex Hyunjin, hanya saja kenapa harus dirinya yang menjadi korban.
"Guanlin, tolong maafkan aku. Mari kita bertemu dan bicara sebentar saja." - Hyunjin.
"Guanlin, kenapa kau tidak menjawab panggilanku?" - Hyunjin.
"Guanlin, aku mohon angkatlah." - Hyunjin.
Walaupun chat tersebut berkali-kali masuk, Guanlin tampaknya tidak memperdulikan hal itu.
Brak!!
Guanlin tampak melempar ponselnya kesembarang tempat sembari mengusap kasar wajahnya yang tampak kusut. Namun seketika, dia teringat dengan Renjun. Yang dimana saat Guanlin berhasil menyeretnya, Renjun langsung saja meludahi wajah Guanlin dan pada akhirnya dia berhasil kabur.
"Cuiiiihhhhh!!"
"HEI, JANGAN SAMPAI AKU MEMBUNUHMU!" Teriak Guanlin yang terus mengejar Renjun hingga kehilangan jejak.
Mengingat hal tersebut tampaknya membuat mood Guanlin hancur namun juga dirinya sedikit terhibur.
.
.
.Di sisi lain...
Jaemin pun terbangun dari tidurnya, bahkan dia tidak lupa untuk meregangkan otot-ototnya. Dengan wajah yang kusut dia keluar dari kamar dan berniat menuju kamar mandi, namun tatapannya tertuju kepada Hyunjin yang saat ini sedang merokok diruang tamu, bahkan sampah rokok miliknya berserakan dimana-mana. Salah satu pelayan terlihat memungut sisa-sisa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER SUCKS (Nomin) {OnGoing}
Fanfic"Na Jaemin sosok Pria yang unik. Apapun masalah yang menghampirinya dia selesaikan dengan santai. Bahkan pria kuat seperti dia dianggap lemah dan mudah ditindas oleh ibu tiri dan juga saudara tirinya, Baginya, Orang terkuat adalah dia yang berani be...