23. (Despair or Fight)

1.4K 115 51
                                    

.
.
.

Di sisi lain, Renjun saat ini tengah sibuk menghubungi Ibunya. Bahkan sesekali tingkah laku yang dia perbuat seperti anak kecil seraya mengguling-gulingkan tubuhnya diatas kasur itu. Wajahnya terlihat bahagia sekali, mungkin saja karena dia baru bisa menghubunginya setelah waktu yang cukup lama.

"Hahaha, Ibu ada-ada saja. Apakah kalian berdua sehat Disana?" Tanya Renjun.

"Tentu saja sayang. Bukankah ibu yang harusnya mengatakan itu kepadamu?" Balas Ibunya disebrang sana.

"Tenang saja, tidak ada hal buruk yang terjadi kepadaku. Selama aku masih memiliki Jaemin disampingku, aku akan baik-baik saja."

"Benar, Ibu hampir saja melupakan Jaemin. Sudah lama Ibu tidak berbicara dengannya."

"Belakangan ini dia cukup sibuk Ibu, jika ada waktu senggang aku pasti akan mengatakan hal ini kepadanya."

"Tidak apa-apa, Tolong titipkan salam ibu kepada Jaemin."

"Segera dilaksanakan Ibu." Jawab Renjun penuh semangat.

"Ibu tidak bisa berlama-lama lagi. Maafkan Ibu sayang."

"Tidak masalah, Selamat hari ulang tahun pernikahan yang ke 21 tahun Ibu."

"Terima kasih sayang, jaga dirimu baik-baik dan jangan berbuat hal yang aneh-aneh."

"Baiklah, Sampai jumpa Ibu."

"Sampai jumpa juga sayang."

Tut! Tut! Tut!

Renjun pun memutuskan sambungan itu seraya menyelimuti tubuhnya karena cuaca dingin pada hari ini benar-benar menusuk hingga ke-tulang. Dia pun mengambil boneka Moomin yang letaknya tidak jauh dari posisi seraya menatap boneka besar tersebut.

"Hey kau, bukankah kau adalah Moomin? Tapi mengapa baru-baru ini aku merasa Guanlin benar-benar sangat mirip denganmu." Ucap Renjun berbicara kepada boneka tersebut. "Tidak, lebih tepatnya adalah... Kau mengingatkanku pada Guanlin. Apakah aku harus membuangmu saja?"

Renjun pun terdiam menatap boneka itu. Membuang? Tentu saja itu hal yang mustahil untuk dilakukan. Renjun adalah penggemar berat Moomin, membuangnya sama saja jika dia mengkhianati Moomin itu sendiri. "Apa yang sudah aku fikirkan?" Gerutunya seraya melempar boneka itu ke-sembarang arah sembari menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Hingga kemudian...

Tok! Tok! Tok!

Mendengar suara ketukan pintu tersebut langsung saja membuat Renjun kaget. "Sepertinya ada yang mengetuk pintu?" Gumam Renjun berusaha meyakinkan suara itu lagi.

Tok! Tok! Tok!

Kali ini pendengarannya tidak salah. Dia pun segera beranjak dari kasur itu untuk menghampiri pintu tersebut dan segera membukanya.

Cklek!

"Oh, Na Jaemin?" Ucap Renjun terlihat kaget. Terlebih lagi dengan apa yang Jaemin bawa saat ini. "Dan mengapa kau membawa barang-barangmu juga? Apa telah terjadi sesuatu?"

"Akan aku ceritakan setelah ini, aku benar-benar sangat kedinginan." Jawab Jaemin yang kemudian langsung saja masuk tanpa Renjun persilahkan terlebih dahulu.

Cklek!

Renjun pun kembali menutup pintu tersebut dan segera menghampiri Jaemin. Karena Renjun sangat yakin, ada hal yang tidak beres terjadi kepada Jaemin saat ini.

Mereka berdua pun terlihat duduk diatas kasur bersama-sama. Dan ada banyak pertanyaan yang terus saja berputar dikepala Renjun. Sedangkan Jaemin hanya menatap kosong koper dan tas miliknya itu. Tidak ada ucapan sama sekali yang keluar dari mulut mereka berdua. Hingga pada akhirnya...

BROTHER SUCKS (Nomin) {OnGoing}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang