Suara rintikan air yang turun menambah kesejukan dipagi hari, membuat orang-orang malas untuk beranjak beraktivitas dan memilih untuk melanjutkan tidurnya.
Hal itu tidak berlaku untuk Jihan, pagi pagi sekali dia sudah berkutik didapur dengan masakan yang ia siapkan, tak lupa handphone yang diletakkan dimeja dapur untuk mendengarkan instruksi dari resep masakan yang ia tonton.
"Sayang.."
Jihan menoleh ke belakang mendengar panggilan dari suaminya, "Iya?" lalu kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.
"Yang."
"Kenapa mas? Di dapur."
Robi datang dengan rambut yang sedikit berantakan dan wajahnya yang masih menahan kantuk. Ia mendekat kepada Jihan, berdiri disampingnya yang sedang mengulek sambal bawang.
"Emh.. cabenya."
"Kenapa? Nyengat ya mas dihidung?"
Robi mengangguk.
"Bagus dong."
"Kok bagus?"
"Salsa sama Reza suka pastii, kan mereka suka sambel bawang super pedes."
Robi mengernyit bingung, Jihan menghela nafasnya sambil menggelengkan kepala. "Lupa ya? Kan tadi subuh aku udah bilang mereka mau main kesini."
"Ohh..."
"Hmm, belum ngumpul sih nyawanya. Mending mandi dulu deh mas."
"Hujan, pasti airnya lebih dingin."
"Mau dibikinin air panas?"
Robi mendelik, "Emang aku anak kecil mandi pake air hangat?"
"Ya terus kenapa mas takut mandi air dingin?"
"Bukan takut, tapi gamau aja."
"Maass, mandi." Ucap Jihan dengan nada sedikit merayu.
Robi yang mendapat tatapan itu tersenyum padanya, lalu kedua tangannya dilingkarkan dipinggang Jihan membuat Jihan melebarkan matanya karena terkejut.
Jarak keduanya kini semakin dekat, tak mempedulikan sambal yang terasingkan.
"Mau mandi asal dikasih vitamin C dulu."
Jihan mengangguk cepat, "Ada di kotak obat, sebentar."
Jihan yang hendak pergi ditahan oleh Robi, "Vitamin C yang tadi malem."
Jihan mengernyitkan dahi tidak paham.
"C, Cium."
Jihan melebarkan matanya terkejut, matanya beradu tatap dengan Robi sementara Robi melebarkan senyumnya usil, senang sekali dengan ekspresi Jihan saat ini.
"Mas bentar lagi Salsa dateng, masakan aku-"
"Yaudah aku ga mandi."
Jihan terdiam, ia berusaha pergi namun tangan Robi masih melingkar dipinggangnya. "Terserah mas, kalau bau ya udah mas yang malu."
"Cium aja."
"Mas, aku mau ngulek sambel"
"Bener aku gausah mandi?"
Jihan menghembuskan nafas kasar, "Terserah kamu mas, badan kan badan kamu. Yang bau ya kamu, udahlah aku mau masak."
Ups. Robi segera melepaskan tangannya dari pinggang istrinya, daripada Jihan berubah menjadi singa lebih baik Robi mengakhiri pelukan itu.
Sementara Jihan segera menyibukkan diri dengan memotong sayur, wortel menjadi pilihannya untuk mengalihkan ia dari Robi.
Robi masih aja memandanginya dari belakang. Lucu saja melihat tingkahnya yang seperti ini, katanya mau ngulek sambal tapi sekarang malah potong wortel.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBIH DARI BAHAGIA (TAMAT)
Художественная прозаMenikah dengan Robi yang merupakan adik tingkat yang usianya lebih muda memang hal yang biasa, tapi bagaimana jika dia adalah adik ipar dari orang yang Jihan kagumi sejak SMA? Bagaimana kehidupan mereka setelah menikah dan kumpul dalam satu rumah ke...