"Selamat yaa, akhirnya."
"Belum halal Des." Ujar Jihan menepuk lengan Desti.
"Ya kan bentar lagi dihalalin, aku tuh udah feeling kalau kalian itu bakal jadi, fix kan beneran jadi."
"Iya udah sttt.. berisik." Ujar Jihan meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.
Orang berlalu lalang di parkiran dan depan masjid, salah satu makhluk dari kajauhan membuat mata Jihan memicing memperhatikannya.
Setelah semakin dekat, ia melebarkan bola matanya. Itu Robi, sedang apa dia dikampus?
"Eh eh Robi t-"
"Stttt, iyaaa udah tau." Jihan berbisik sambil membekap mulut Desti.
"Hmm hm." Desti menepuk tangan Jihan yang kemudian Jihan menyingkirkam tangannya dari mulut Desti.
Jihan menunduk berusaha agar tidak terlihat keberadaannya, kemudian ia balik badan berjalan menuju parkiran.
"Astaghfirullah.."
Jihan mengangkat wajahnya saat merasa menabrak sesuatu
"Aahh, Reza." Matanya membulat melihat seseorang dihadapannya yang sedang memegang dadanya.
"Jihan?"
Jihan mengerjab, "Kok bisa ada disini?"
"Di ajak Robi, ada kajian temanya pra nikah katanya."
"Oohhh.."
Reza menatapnya sambil terkekeh.
"Kajian?" Tanya Jihan tiba-tiba.
Reza mengangguk, kemudian Jihan kembali balik badan dan menepuk jidatnya, ia juga ke masjid kampus karena akan menghadiri kajian pra nikah ini dan mendapat informasi dari Salsa, kenapa malah ke parkiran? Ia merutuki dirinya sendiri sambil berjalan cepat menuju masjid, sedangkan Desti tertawa puas disana melihat Jihan salah tingkah karena kehadiran Robi.
____
2 minggu setelah dikhitbah Robi, hati Jihan masih gelisah, ia tidak mengerti apa yang ia rasakan, ada keraguan namun disisi lain ada suatu hal yang membuatnya yakin pada Robi.Malam ini, keluarga Robi akan silaturrahmi untuk yang pertama kalinya.
Jihan berulang kali menghela nafas menenangkan jantungnya yang berdegup tak karuan.
Tak ingin menutupinya, ia berjalan menghampiri Risna diruang tamu yang siap memyambut calon besannya.
"Mama." Sapa Jihan pelan.
Risna menoleh lalu tersenyum, "Kenapa Jihan? Sini duduk." Ucapnya sambil menepuk pelan sofa sampingnya.
Jihan duduk lalu kembali menghela nafas, "Ma, sebenernya Jihan agak ragu sama dia." Ujar Jihan sambil memainkan gamisnya.
"Hmm? Kok gitu? Apa yang bikin kamu ragu Han?" Tanya Risna mengerutkan alis.
"Umurnya lumayan lebih muda dari aku ma, aku takut nggak cocok aja sama cara pemikirannya."
Satria yang mendengar itu berjalan dari arah dapur menuju ruang tamu dan duduk dihadapannya.
"Kalau urusan pemikiran, papa yakin pemikiran dia udah dewasa. Yahh.. meskipun umurnya masih 21 sekarang." Ujar Satria meyakinkan putrinya.
"Iya nak, mama tuh ngeliat Robi.. hmm tenang rasanya."
Jihan menatap Risna, membutuhkan keyakinan.
"Mama tenang ngeliat dia sama kamu, mama yakin dia yang terbaik buat kamu." Imbuh Risna mengelus bahu Jihan.
Jihan menoleh pada papanya, Satria mengangguk meyakinkan Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBIH DARI BAHAGIA (TAMAT)
Ficción GeneralMenikah dengan Robi yang merupakan adik tingkat yang usianya lebih muda memang hal yang biasa, tapi bagaimana jika dia adalah adik ipar dari orang yang Jihan kagumi sejak SMA? Bagaimana kehidupan mereka setelah menikah dan kumpul dalam satu rumah ke...