“Maksud kamu apa? Kamu baru ngomong sekarang kalau kamu suka sama aku sementara 5 hari lagi akad kamu Za!”
Langkah kakinya berhenti tepat setelah suara itu terdengar sangat jelas di telinganya, Robi menoleh ke arah kanan dimana terlihat calon istri dan kakak iparnya sedang berdua di balkon.
Prang..
Robi menoleh ke asal suara, tak jauh darinya Salsa berdiri dan tak sengaja menjatuhkan gelas yang berisi jus lemon yang ia yakini air itu akan diberikan kepada Reza.
Pecahnya gelas itu sama berantakannya dengan hatinya saat ini.
“Robi..” Jihan menoleh dan segera menghampiri mereka.
“Salsa, aku bisa jelasin.”
Salsa menjauh dari tangan Jihan yang memegang bahunya.Tak ada air mata disana, hanya mata yang memerah dan berair. Salsa melirik kesamping, ia melihat kepalan tangan Robi dengan tatapan yang menusuk pada Reza.
Salsa menarik tangan Robi dan berjalan menuju sofa membuat ketiga orang itu memperhatikannya. Lalu merekapun mengikutinya, Jihan duduk disebelah Salsa sementara kedua lelaki itu duduk dihadapannya.
Belum ada yang memulai pembicaraan, suasana cukup menegangkan karena mereka saling diam dan tidak bertatap. Seakan paham dengan kondisi, ruangan ini hening, pemilik dan karyawannya yang tadi sibuk dengan mereka juga enggan ikut campur sehingga mereka hanya menunggu diruang kerjanya.
Jihan menghela nafas, lalu memegang punggung tangan Salsa yang langsung ditepis olehnya.
Salsa menarik nafasnya menenangkan dirinya sendiri, disisi lain Reza memandangnya dengan penuh kekaguman.
Gadis itu tetap berusaha untuk tenang bahkan disaat ia ingin meluapkan emosinya dengan menyuruh mereka duduk bersama, karena dia mengerti bahwa Robi terlihat sangat sulit menahan amarahnya, terlihat saat dirinya mengepalkan tangan dan menahan amarahnya. Untunglah Salsa segera mengalihkannya dengan duduk disofa.
“Jadi gimana mau kalian?”
Jihan mengangkat wajahnya melihat Salsa yang menunjukkan wajah datarnya. Rezapun menatapnya dengan bingung.
“Kamu salah paham, biar aku jelasin dulu.” Jawab Jihan membuat Salsa tersenyum miring.
“Kenapa kamu bilang sekarang kalau kamu suka sama aku? Sementara 5 hari lagi akad kamu.” Salsa menatap Jihan dengan meniru apa yang ia ucapkan tadi.
“Hah? Itu salah paham?” Tanya Salsa dengan suara yang bergetar.
“Sal, bukan gitu.” Jihan menunduk memegang tangannya namun tetap di tepis olehnya.
“Ya udah sekarang aku Tanya.. mau kalian apa?” Ujarnya menghapus air matanya yang menetes dipipi kanan dan kirinya.
“Mumpung akadnya masih 5 hari lagi kan?” Imbuhnya menyindir Jihan.
Jihan menunduk, ia merasa dipermalukan sekarang. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.
“Sal biar aku jelasin, ini salah aku.” Reza berusaha menenangkannya.
"Jelas ini salah kamu!" Ucap Salsa meninggikan suaranya.
"Ngapain coba ngomong kayak tadi? Kamu juga, kenapa seolah olah nyesel baru tau perasaan Reza sekarang?"
Jihan menangis sesegukan, ia merasa dipermalukan saat ini.
"Salsa, dengerin aku dulu."
"Mama papa bilang, kalau godaan sebelum nikah itu pasti ada. Tapi kenapa harus dari kamu sendiri sih Za? Dari kalian berdua!"
"Ini nggak seperti yang kayak kalian pikirkan."
Robi beranjak dari duduk namun Reza menahannya.
"Dengerin gue dulu, gue nggak mau kesalahpahaman ini bikin semuanya hancur."
Robi menepisnya kemudian duduk.
Jihan menyerongkan badannya di arah balkon.
“Orang itu kamu han…”
Jihan menoleh padanya dengan mata yang melebar dan mulut sedikit terbuka.
Kemudian ia memalingkan wajahnya, Kenapa ia harus jujur tentang perasaanya saat mendekati hari pernikahannya?
“Kayaknya kita ngelewatin batas deh Za!” Ucap Jihan tegas.
“Cuma karena jujur ngelewatin batas? Aku cuma pengen kamu tau aja, biar adil, dan biar kamu nggak ngerasa kalau dulu rasa kamu bertepuk sebelah tangan. Udah itu aja.”
“Iya tapi ngga perlu Za, menurut aku nggak perlu. Itu udah masa lalu.”
“Aku cuma ngasih tau kalau aku pernah suka sama kamu dulu, itu aja! Rasanya nggak adil kalau cuma aku yang tau perasaan kamu dan udah bikin kamu sakit hati tanpa kamu tau kalau sebenernya dulu rasa kita sama. Tapi sekarang itu ngga akan ngerubah apapun diantara kita, kita udah punya pilihan masing-masing.”
“Iya, tapi.. maksud kamu apa? Kamu baru ngomong sekarang kalau kamu suka sama aku sementara 5 hari lagi akad kamu Za!”
Kini kedua gadis dihadapannya sedang berlomba menghapus air matanya, Reza sampai bingung apa yang harus ia lakukan.
Sementara Robi juga hanya diam tanpa sepatah katapun dengan wajah datarnya.
Jika Reza bukan calon kakak iparnya mungkin dia sudah dari tadi melayangkan kepalan tangannya ke wajah Reza.
Robi beranjak dari duduknya membuat Jihan ikut berdiri, “Robi.. mau kemana?”
Robi terdiam, sedikit aneh mendengar namanya disebut oleh Jihan.
“Daripada saya marah dan membuat keputusan, mending saya pergi dulu.” Jawabnya menatap Jihan.
“Tapi.. semuanya udah Reza jelasin kan? Ini salah paham.”
“Saya pergi dulu.” Jawab Robi kemudian pergi meninggalkan mereka dengan mengucap salam.
Jihan bingung, ia tidak mungkin mengejar Robi dalam kondisi seperti ini. Kenapa rasanya menakutkan melihat Robi seperti tadi?
“Sal, aku minta maaf yah. Ini semua salah paham, kita pernah punya masa lalu begitupun kamu. Tapi sekarang, kita sama-sama punya pilihan kan? Dan itu masa depan kita, jadi jangan khawatir sama masa lalu Sal, maafin aku.” Ucap Jihan menggenggam tangan kanan Salsa.
Salsa melihatnya sejenak, tatapannya masih sendu, Jihan tau ini tidak mudah, pasti sakit rasanya mengetahui fakta masa lalu calon suaminya dengan calon adik iparnya yang sebentar lagi akan menjadi keluarganya juga.
"Za." Salsa menatap Reza kemudian beranjak pergi menuju balkon. Rezapun mengikutinya dan meninggalkan Jihan disana sendirian.
Jihan menoleh kearah mereka, terlihat Reza sedang berbicara pada Salsa sementara Salsa diam mendengarkan, ia yakin Reza pasti sedang meyakinkannya.
Beberapa menit kemudian mereka kembali ke ruang tengah dimana Jihan menunggu, Salsa duduk disampingnya.
"Sal, aku minta maaf ya."
Salsa menoleh menatapnya lalu mengangguk, Jihan tersenyum senang kemudian memeluknya dengan erat. Tidak heran jika Salsa dapat membuat Reza berpaling dari dirinya, sikapnya sangat baik, hatinya sangat lembut.
Jihan melepas pelukannya dan melihat Reza.
“Kamu beruntung dapetin dia,” begitulah arti tatapannya pada Reza yang dibalas senyuman tipis oleh Reza.
______
To be continued :)
Seruu nggak sih ceritanya?? 😅
Jangan lupa vote komen yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBIH DARI BAHAGIA (TAMAT)
General FictionMenikah dengan Robi yang merupakan adik tingkat yang usianya lebih muda memang hal yang biasa, tapi bagaimana jika dia adalah adik ipar dari orang yang Jihan kagumi sejak SMA? Bagaimana kehidupan mereka setelah menikah dan kumpul dalam satu rumah ke...