bismillah
---
Kedua pasangan itu tengah menghabiskan waktu bersama malam ini, Lutfi dan Dinda mengundang Jihan dan Robi untuk makan malam bersama usai pengajian dirumah barunya.
Pemilik mobil alpard beberapa hari yang lalu memang dokter Lutfi, dan rumah itu adalah rumah barunya yang baru saja dibeli, jadilah mereka bertetangga sekarang, hanya beberapa langkah saja untuk kerumah dokter Lutfi begitu sebaliknya. Alasannya membeli rumah didaerah jakarta timur ini adalah jarak ke rumah sakit dimana dokter Lutfi bekerja cukup dekat.
Empat orang itu sedang menikmati hidangan yang disediakan Dinda, ternyata dia ahli dalam memasak, terbukti rasa makanannya pas dan nagih, ingin rasanya Jihan pintar memasak seperti Dinda, pasti tidak akan ada pujian palsu dari suaminya hanya untuk menyenangkan hatinya ketika memakan masakannya seperti beberapa hari lalu masakan Jihan yang rasanya aneh, kadang hambar atau keasinan.
Jihan melihat Robi yang menikmati suap per suap makanan buatan Dinda, terutama rendangnya. Tangannya mengambilkan air digelas untuk suaminya yang dihadiahi senyuman olehnya.
"Alhamdulillah, ternyata lo pinter masak ya Din." puji Robi setelah suapan terakhir.
Jihan mengunyah pelan makanannya sambil melihat ke arah Dinda yang tersenyum ke arah Robi.
"Beneran enak?"
Robi mengangguk, "Tanya aja dokter Lutfi, dia kan tiap hari makan masakan lo."
Lutfi berhenti mengunyah lalu melirik Dinda yang melempar tatapan padanya, lalu ia mengangguk "Hmm enak."
Dinda mengangguk lalu kembali ke aktivitas mengunyahnya sampai suapan terakhir.
Setelah semua selesai dengan urusan perutnya, Lutfi dan Robi pindah tempat menuju ruang tengah membiarkan para istri membersihkan meja makan.
"Kak Jihan sibuk ngapain sekarang? mau S2?" Tanya Dinda sambil meletakkan piring kotor di wastafel.
"Hmm belum Din, pengen sih tapi belum izin suami."
Dinda mengangguk, tangannya kini mulai mengusap piring dengan spons yang dibasahi sabun.
"Sini aku bantu."
"Eh nggak usah kak."
Jihan menurut, lalu ia duduk. "Akhir-akhir ini sih aku cuma ngisi materi kajian yang diamanahkan sama ustadzah, alhamdulillah rutin seminggu 2 kali."
"Alhamdulillah kak kalau gitu, ngisi kajian dimana? siapa tau aku bisa dateng."
"Dikampus Din, ayo kalau mau dateeeng. beneran ya?"
Dinda mengangguk antusias, "Kapan kak?"
"Kamis malam, tapi ustadzah Aisyah yang ngisi bukan aku."
"Siap, jadwal kak Jihan kapan? aku pengen denger kajian yang disampaikan sama ustadzah Jihan." Ujarnya menaikkan alisnya menggoda Jihan.
"Apa sih Diiiin.."
"Aamiin gitu kak."
Jihan terkekeh, "Aamiin ya rabbal alamin."
"Hahah.. ya udah yuk." Dinda mematikan kran air setelah selesai mencuci piring dan meletakkan piring ke rak.
"Eh Din." Jihan mencegahnya pergi.
"Kenapa kak?" Dinda yang mengerti duduk dihadapannya.
"Besok mas Robi kan ke tempat kerjanya, dokter Lutfi juga ke rumah sakit kan?"
Dinda mengangguk
"Nah, kamu bantuin aku ya, aku pengen masakin mas Robi sup ayam, dia suka banget tapi aku takut nggak karuan rasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBIH DARI BAHAGIA (TAMAT)
Ficção GeralMenikah dengan Robi yang merupakan adik tingkat yang usianya lebih muda memang hal yang biasa, tapi bagaimana jika dia adalah adik ipar dari orang yang Jihan kagumi sejak SMA? Bagaimana kehidupan mereka setelah menikah dan kumpul dalam satu rumah ke...