Bagian 41

651 26 0
                                    

"Kalau berbicara tentang dosa, kita semua pendosa, namanya juga manusia."

"Manusia itu nggak ada yang bersih dari dosa, tapi kita punya Allah yang maha pemaaf, maha pengampun masyaAllah.. jadi jangan pernah kita putus asa dari ampunan Allah."

"Setelah berbuat dosa lalu kita sadar, segera istighfar kepada Allah, mohon ampun kepada Allah, dengan sepenuh hati dan penuh penyesalan dan berusaha tidak akan mengulanginya lagi InsyaAllah ampunan Allah selalu ada."

"Allah itu baik teman-teman sekalian, Allah itu saangat baik. Mungkin kita aja belum nyadar karena seringnya dikasih masalah dan lain sebagainya."

"Padahal Allah memberi ujian karena Allah sayang, karena Allah ingin meninggikan derajat kita, naik pangkat istilah mudahnya yah. MasyaAllah.."

"Jadi teruslah mendekatkan diri, memperbaiki diri sesuai syariat islam dengan niat lillahi ta'ala. Bergaul dengan orang-orang baik yang selalu mengingatkan kita kepada ketaatan dan kebaikan. Karena dengan-"

Layar ponsel yang menampilkan Robi sedang siaran langsung di akun youtube milik salah satu universitas dibandung itu tiba-tiba berubah menjadi panggilan, Jihan mengerutkan alisnya sebelum akhirnya mengangkat panggilan itu.

"Waalaikumussalam, kenapa dokter?"

" . . . . "

"Mas Robi di Bandung dok ada kajian, mungkin hpnya sengaja dimatiin. Kenapa dok?"

" . . . . "

"Saya-- dirumah."

" . . . . "

Perasaan Jihan mulai tidak karuan mendengar suara Lutfi yang terdengar panik.

"Hah Dinda? Ga ada dok. Dia nggak kesini, ada apa dok sama Dinda?"

" . . . . "

"Dok jangan panik, saya jadi ikutan panik kalau gini." Jihan berusaha untuk tenang, ia  memelankan suaranya karena tidur Alfath mulai terusik.

" . . . . "

"I-iya udah, dokter dimana? Saya titip Alfath ke mama sebentar, nanti ketemu di-"

"Biar saya yang jemput kamu dirumah mama."

"Oh iya udah kalau gitu." meski ragu, Jihan mengiyakan.

Setelah memutus sambungan, Jihan segera bersiap menuju rumah mamanya untuk menitipkan Alfath.

___


Jihan melirik Lutfi yang sedang fokus menyetir, namun terlihat jelas ada raut khawatir disana.

"Kira-kira Dinda kalau lagi ada masalah pergi kemana dok?" Tanya Jihan pelan, karena ia tidak tau Lutfi akan membawanya kemana.

"Saya udah cari ke tempat yang biasa dia kesana tapi nggak ada Han."

Jihan mengangguk, "dokter udah coba hubungi temen deketnya atau keluarga yang deket sama dia gitu?"

Lutfi menggeleng, ia terlihat bingung.

"Dokter udah berusaha jelasin yang sebenarnya?"

Tiba-tiba Lutfi membelokkan setirnya ke kiri jalan membuat Jihan terkejut bukan main, mobil itu berhenti dipinggir jalan.

Lutfi mengambil nafasnya berusaha tenang, sementara Jihan juga sedang mengatur degup jantungnya yang cepat karena insiden yang baru saja terjadi.

"Dia akhir-akhir ini sensitif Han, saya nggak tau kenapa. Saya udah jelasin sama dia kalau dokter Bella cuma rekan kerja saya dan saya nganterin dia pulang ke apartemennya karena udah malem juga."

LEBIH DARI BAHAGIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang