Malam itu Robi dikejutkan oleh Jihan yang tiba-tiba menangis dalam sunyinya malam, sebelum benar-benar berlabuh kedunia mimpi Robi mendengar isakan tangis istrinya.
"Jihan, sayang? Kenapa? Kok nangis?" Robi mengelus bahu istrinya yang tidur memunggunginya.
Jihan menghapus air matanya, merasa bersalah karena telah membangunkan suaminya.
Robi menyalakan lampu kamarnya yang kini menjadi terang benderang, Jihan duduk disisi ranjang yang kemudian dihampiri oleh Robi.
"Aku- cuma kangen sama mama papa mas." Ujarnya sambil menahan isak tangisnya.
Robi terenyuh mendengarnya, mata Jihan sembab dan hidungnya merah. Memang sejak pernikahannya mereka belum pernah berkunjung kerumah orang tua Jihan, bukan tidak ingin tetapi belum sempat. Kemarin berlibur ke jogja, seminggu sesudahnya masih menghabiskan waktu bersama keluarga jauh Robi dikediaman rumah Surya-keluarga Robi dan Salsa, lalu menghadiri pernikahan Dinda pagi tadi.
Jihan kembali menangis meski sedikit ditahan, ia tidak ingin Robi merasa bersalah atas kerinduannya pada orang tuanya. Lengannya ditarik pelan oleh Robi kedalam pelukannya, saat itulah ia tidak bisa menahan tangisnya lagi, ia benar-benar rindu kedua orang tuanya. Mama papanya hanya berdua dirumahnya, mengingat Jihan anak tunggal. Bagaimana sepinya rumah itu? Ia semakin menangis membayangkannya.
"Sssstt tenang ya, kita besok ke mama sama papa ya disana. maafin aku ya." Ujarnya mengecup pucuk kepala Jihan. Hatinya ikut terluka mendengar tangisan Jihan karena kerinduannya pada orang tuanya, mertuanya.
Jihan mengangguk dalam pelukan suaminya. Sungguh sangat menenangkan berada dalam pelukan suaminya saat ini, Jihan membalas pelukan suaminya yang sedari tadi tak ia balas melainkan hanya meremas kemeja Robi karena sesak didadanya.
maaf ma, pa. Robi udah bikin Jihan nangis karena kangen sama mama papa
Robi membatin lalu kembali mengecup pucuk kepala Jihan dan mengelus bahunya agar dirinya lebih tenang.
---
Sebelum ke rumah orang tua Jihan, mereka ke supermarket untuk berbelanja sayur dan lauk untuk masak bersama dan makan malam bersama nanti.
"Sayang."
Jihan menoleh sambil mendorong kereta belanja didepannya , "Hmm.."
"Aku.. lagi proses nabung buat bangun rumah."
"Hah?"
Robi mengangguk, "Kamu pengennya dimana?"
Jihan mengalihkan pandangannya kedepan, berpikir.
"Emm.. terserah mas Robi aja."
Robi terdiam sejenak, lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Apa susahnya jawab nama tempat jangan terserah, ia menanyakan kepada istrinya karena bingung, kini semakin bingung dengan jawaban terserah.
Jihan melirik lalu menggandeng lengan Robi, "Mas, nggak usah terlalu dipikirin yah urusan rumah, orang tua kita kan nggak masalah kita tinggal sama mereka." Jihan merayu Robi, sebenarnya itu hanyalah alasan Jihan agar tidak tinggal serumah saja dengan suaminya.
Ia masih takut mengingat pertengkaran yang sudah-sudah, ia juga belum terlalu bisa memasak masih butuh belajar dengan Salsa, mama dan mertuanya, ia takut membuat Robi tidak nyaman jika tinggal berdua bersamanya.Dan sebenarnya ia ingin tinggal dirumahnya saja bersama kedua orang tuanya, mengingat dia anak tunggal dan meninggalkan kedua orang tuanya sendiri dirumah. Tetapi tugas seorang istri adalah taat kepada suaminya bukan? Jihan tidak bisa menolak jika suaminya ingin dia tinggal bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBIH DARI BAHAGIA (TAMAT)
Ficção GeralMenikah dengan Robi yang merupakan adik tingkat yang usianya lebih muda memang hal yang biasa, tapi bagaimana jika dia adalah adik ipar dari orang yang Jihan kagumi sejak SMA? Bagaimana kehidupan mereka setelah menikah dan kumpul dalam satu rumah ke...