Sinar mata itu berbinar melihat lingkaran merah pada kalender dihadapannya, ternyata sudah 3 bulan usia pernikahannya dengan Robi dan kini ia dikaruniai anak dalam kandungannya yang masih sangat muda, hampir 4 minggu.
"Aku kerja dulu ya-" ucapnya terpotong karena Jihan tak memberi respon, sejak tadi dia hanya menatap kalender dihadapannya.
Robi berjalan mendekatinya, "Kamu ngapain?"
Jihan menoleh padanya sembari tersenyum, lalu jari telunjuknya menunjuk tanggal yang dilingkari dengan spidol merah itu. Robi mengikuti arah telunjuknya, 5 detik berpikir lalu Robi menoleh pada Jihan.
"Jadwal haid kamu?"
Senyum Jihan memudar, wajahnya menjadi datar mendengarnya.
"Salah ya?" Terka Robi mengartikan raut wajah Jihan.
"Ngapain juga aku ngasih tau jadwal haid aku mas?"
"Ya kan biasanya kamu gitu, tiap awal sama akhir haid dilingkarin."
Jihan menghembuskan nafasnya kasar, hal itu membuat Robi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jadi itu tanggal apa yang dimaksud Jihan?
"Emangnya tanggal apa? Ulang tahun kamu ya?" Tebaknya lagi.
Jihan melirik tajam pada Robi, "Kamu lupa sama tanggal lahir aku?"
"Hah? Nggak sayang ya Allah.." Robi mendekat dan memeluknya untuk merayunya agar tidak marah. Ia tau perempuan pasti kesal jika pasangannya tidak tau tanggal lahirnya.
"Berapa tanggal lahir aku?" Tanya Jihan memastikan.
"Emmm.." Robi memejamkan matanya sejenak sambil terus memeluk Jihan, ia berusaha mengingat tanggal lahir istrinya itu.
"Aku ingat!" Ujarnya sembari melepas pelukan.
"26 Mei 1997."
Jihan diam saja dan itu artinya ia berhasil mengingat tanggal lahirnya.
"Kalau ini tanggal apa?" Tanya Jihan menunjuk tanggal 8 bulan Oktober.
Robi menatap angka 8 itu dengan seksama, berharap ada memori yang terlintas di otaknya. 15 detik ia habiskan untuk mengingat itu kemudian ada rekaman yang terlintas diotaknya, rekaman itu tergambar dimana ia sedang mengedit undangan pernikahannya dengan senyum bahagia.
"Ini.. ini tanggal pernikahan kita."
Senyum tipis dari Jihan akhirnya terlihat, Robi yang menyadari bahwa ini anniv ke 3 bulan pernikahannya mendekat ke Jihan dan menangkup wajahnya.
"Nggak kerasa udah 3 bulan aja ya sayang?"
Jihan mengangguk kecil seraya tersenyum, tangannya terangkat meraih tangan Robi yang menangkup wajahnya lalu Jihan mencium punggung tangan Robi.
Robi mengembangkan senyumnya lalu mendekap Jihan, Jihan membalas pelukan itu dengan senang hati dan penuh kebahagiaan. Ia memejamkan matanya sambil mengelus pelan punggung Robi.
"Akan ada bulan bulan selanjutnya sampai bertahun-tahun kita hidup berumah tangga sayang. Banyak hal yang akan kita lewati kedepannya, iya kan?"
Jihan mengangguk dalam pelukannya.
"Apapun yang terjadi nanti, semoga kita tetap seperti ini ya?"
"Aamiin."
"Semoga mas Robi nggak cemburu cemburuan lagi ya."
Robi mengernyit lalu melepas pelukannya dan memberi tatapan intimidasi pada Jihan.
"Jihaan, cemburu itu tanda sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBIH DARI BAHAGIA (TAMAT)
Fiksi UmumMenikah dengan Robi yang merupakan adik tingkat yang usianya lebih muda memang hal yang biasa, tapi bagaimana jika dia adalah adik ipar dari orang yang Jihan kagumi sejak SMA? Bagaimana kehidupan mereka setelah menikah dan kumpul dalam satu rumah ke...