Dikelas sembari menunggu dosen mata kuliah Sastra datang, Desti memberi tau kabar baik bahwa ia baru saja di khitbah oleh seseorang yang tak lain adalah Teman SMPnya. Dan terharunya lagi, Desti juga menyukainya sejak dulu hanya saja ia baru bercerita pada Jihan dengan matanya yang berbinar karena bahagia.
"Alhamdulillaahhhhh.. Destiiiii." Pekiknya ikut merasa senang.
"Ehh sttt.." Desti menutup mulut Jihan yang kelewat heboh itu.
"Ahh iya maaf, ikutan seneng.. hmmm selamat ya," Jihan mengelus pundak Desti.
Sementara Desti melihat sekitarnya, berharap tidak ada yang mendengar apa yang mereka bicarakan karena resepsinya hanya akan didatangi oleh keluarga dan kerabat dekatnya, di kelas ini hanya ada dua orang yang akan diundang, Jihan dan Nayla.
Sementara Nayla akan ia beritahu sepulang kuliah karena rumahnya searah, sekarang batang hidungnya saja belum terlihat, ia memang hobby telat karena alasan bangun kesiangan, dasar ...
Setelah merasa aman, Desti kembali melihat Jihan yang ternyata sedari tadi diam melamun.
Seandainya dirinya berada di posisi Desti, pasti ia sangat bahagia. Begitulah yang terlintas dipikirannya.
"Han!" Desti memanggilnya membuat Jihan tersadar dari lamunannya.
"Hah iyaa, sekali lagi selamat ya, udah mau di halalin aja nih temenku satu ini." Katanya menggoda Desti dengan menampilkan setengah senyumnya.
"Kamu kenapa?" Tanya Desti melihat senyum Jihan yang terkesan dipaksa.
Jihan hanya menggeleng kemudian melihat ponselnya yang baru saja ia hidupkan layarnya. Menampilkan profil original di Whatsappnya.
"Biar apa foto profilnya kosongan gitu?"
Jihan menoleh pada Desti kemudian beralih ke ponselnya."Hahh? Yaa.. suka aja."
"Kata orang-orang, kalau cewek lagi galau atau ada masalah gitu semuanya pada polosan, misal profil Whatsapp dihapuslah, profil ig putihan doang, terus bikin story item pol..."
"Susah Des," Jihan menatap Desti dengan ekspresi memelas membuat Desti tidak tega campur kesal.
Jihan menghembuskan nafasnya, "Susah move onnyaaa.." Jihan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Desti menghela nafas, "Liat aku, liat aku."
Jihanpun menoleh dan menatapnya, ia siap melihat sisi dewasa dari sosok Desti sekarang.
"Kamu ngga dapet feedback apa-apa loh dari dia? Dari dulu kamu follow ignya kamu cuma nonton Igsnya, like feednya dan satu lagi dia nggak follback kamu loh Han!" Desti melihat mata Jihan mulai berkaca-kaca.
Desti memberi jeda untuk Jihan berpikir dan mencerna kalimatnya yang sudah kesekian kalinya.
"Apa itu jadi tolak ukur kalau dia sebenernya nggak suka sama aku?" Jihan menatap Desti.
"Jelas, itu udah jelas. Cuma kamunya aja yang nyangkal terus. Iya kan?" Jawaban Desti sama sekali bukan jawaban yang ingin didengar oleh Jihan.
"Biarin, aku nggak peduli kamu mau sakit hati sama ucapan aku ya Han, banyak kok cowok lain, kenapa kamu nutup hati kamu buat orang yang bahkan ngelirik kamu aja nggak gituloh. Sampe kapan mau nutup hati? Diluar sana banyak yang ngarep sama kamu cuma kamunya aja yang nggak mau buka hati. Demi siapa coba? Demi orang yang mungkin mikirin kamu aja nggak Han!"
Jihan mengalihkan pandangan, air matanya sudah menggenang yang sekali berkedip maka akan jatuh ke pipinya.
Desti menghembuskan nafasnya pelan, ia merasa bersalah namun Jihan harus dinasehati dengan cara yang sedikit kasar agar dia sadar dan tidak berlarut-larut dalam perasaan sia-sianya.
Desti memegang tangan kanan Jihan untuk menguatkannya.
"Kamu pernah denger ini nggak, Dan hanya kepada Allahlah engkau berharap?"
"Hmmm.." jawabnya mengangguk sambil terisak yang kemudian menghapus air matanya.
"Mungkin Allah cemburu karena kamu terlalu fokus berharap ke dia, nggak seharusnya Cinta kepada manusia mengalahkan rasa cinta kamu Ke Allah. Allah cemburu loh Han, Kebayang nggak sesayang apa Allah sama kamu sampai Allah cemburu karena kamu begitu mencintai MakhlukNya."
Bukannya tenang, Jihan semakin terisak dibuatnya. Bahunya bergetar karena tangisannya yang tak bersuara karena ia malu jika teman kelasnya mengetahuinya.
Desti semakin tidak tega, banyak yang masih ingin ia katakan namun ditahan, akhirnya ia hanya mengelus bahunya.
"Sttt udah udah jangan nangis, berharap sama manusia itu jangan keterlaluan, Coba deh kejar dulu CintaNya Allah pasti nanti Allah datangkan orang yang akan membuat kamu semakin cinta sama Allah karena kepribadiannya, ketaqwaannya."
Jihan langsung menghambur kepelukan Desti membuatnya cukup terkejut.
Desti mengelus pundaknya, berusaha untuk menenangkannya. Sementara teman kelasnya bertanya-tanya ada apa dengan Jihan yang dibalas dengan gelengan dan jawaban "Gpp, santai santai."
Memeluk Desti mendadak, melepas pelukannyapun juga mendadak membuatnya kembali terkejut.
Jihan mengambil ponselnya lalu ia memperlihatkan layarnya yang menampilkan Akun instagram milik Reza, Desti mengerutkan alisnya, apakah Jihan akan unfollow Reza? Pikirnya.
Hal itu benar-benar terjadi, Jihan menekan tombol unfollow yang masih diperingatkan karena akun Reza di privat. Itu yang membuat Jihan cukup berat untuk unfollow, karena ia benar-benar tidak akan bisa lagi melihat feednya, harus follow dan disetujui oleh pemiliknya terlebih dahulu, gengsi bukan kalau ia harus follow lagi? Buat akun fake? Ah, Tidak pernah ada di kamus Jihan yang namanya akun fake, apalagi jika hanya digunakan untuk stalking.
"Udahhh.." ujarnya sedikit lega.
"Mantulll, gitu kek dari dulu."
"Tapi yang harus kamu inget juga, kalau kamu mau berubah harus Lillahi Ta'Ala, ngga boleh karena manusia, oke?"
"Oke, aku akan usaha."
"Sip, aku juga berusaha."
Jihan kembali memandangi ponselnya. "Oke, langkah pertama udah kamu lakuin Han, kamu udah unfoll ignya, sekarang kamu ngga akan kepikiran lagi sama dia, haruss.. harus menyibukkan diri untuk memperbaiki diri juga, dan.. Jangan karena manusia, harus Karena Allah, karena ingin mendapat ridho Allah.. Iya, Oke.. Bismillah bisa, bisaa, Jihan bisa!" Ucapnya dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri.
|||
Alhamdulillah..
Jangan lupa bersyukur atas segala hal yang terjadi.
Jadi gimana seru nggak?
Komen yahh, di vote juga sangat boleh ngga ada yang larang. Hahahh
Tengkyuuu❤
Salam hangat dari aku. . .Part 3 On the way
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBIH DARI BAHAGIA (TAMAT)
General FictionMenikah dengan Robi yang merupakan adik tingkat yang usianya lebih muda memang hal yang biasa, tapi bagaimana jika dia adalah adik ipar dari orang yang Jihan kagumi sejak SMA? Bagaimana kehidupan mereka setelah menikah dan kumpul dalam satu rumah ke...