Bagian 19

557 40 0
                                    

“Gimana maksud kamu?”

“Saya datang kesini ingin meminta izin sama om, tante. Jika di izinkan saya ingin mengkhitbah Jihan.” Jawab Robi kemudian menelan salivanya.

Lelaki itu menautkan kedua tangannya dan menggenggamnya dengan erat untuk meredakan rasa gelisahnya.

Bukan hanya dia, Gadis yang sedari tadi mengaduk teh itu tidak selesai dan rasanya tidak ingin menghidangkannya.

Pasalnya Robi tiba-tiba datang sendirian dan ingin mengkhitbahnya.

“Mau sampe kapan ngaduknya Han?”
Jihan menoleh pada mamanya lalu melihat teh dihadapannya, haruskah ia yang menghidangkannya pada Robi?

Kenapa Robi tiba-tiba kerumahnya setelah 2 tahun lamanya seperti menghilang dan sekarang ingin mengkhitbahnya? Sungguh Jihan tidak pernah berpikir bahwa ini akan terjadi, adik kelasnya itu benar-benar punya keberanian yang tinggi dan tentunya keseriusan.

Jihan berjalan berusaha tenang, kemudian menghidangkan teh manis di meja Robi dan Satria, Papanya.

“Lalu, kenapa kamu sendirian nggak bawa orang tua kamu?”

Robi mengangkat wajahnya sedikit terkejut. Hal yang sama dirasakan oleh Jihan, ia berhenti melangkah saat mendengar pertanyaan itu dari papanya.

“Jihan, duduk sebelah papa.” Ujar Satria menepuk sofa disebelahnya.

Jihan menoleh melihat papanya, karena tak kunjung duduk papanya menepuk sofanya kembali. Jihanpun berjalan lalu duduk disamping papanya.

“Kalian saling kenal?”

“Satu kampus om, saya.. adik kelas Kak Jihan.”

Mendengar kata “Kak” dari Robi, Satria terkekeh pelan.

“Sebelumnya pernah berhubungan?”

“Nggak pa.” Jawab Jihan tegas.

“Maksud papa chat? Berkomunikasi lewat media?”

“Nggak pernah om.” Jawab Robi tegas.

“Ya udah, kapan kamu sama orang tua kamu kesini?”

“Uhuk..uhuk” Tenggorokan Robi bergejolak saat telinganya mendengar pertanyaan itu.

Sementara Jihan menoleh pada Satria dengan mata melebar, “Pa.”

“Kenapa? Kamu mau nolak lamaran dia?”

Jihan memalingkan wajahnya, “Bukan gitu maksud Jihan, cuma.. terlalu mendadak aja, kaget.”

Robi tersenyum mendegarnya, itu artinya lamarannya diterima oleh Jihan.

Rasanya ia ingin segera pulang, menyampaikan rasa bahagianya pada orang tuanya, kakaknya serta kakak iparnya, lalu terakhir Dinda. Ia ingin sekali mengetahui reaksi mereka. Pasti ikut bahagia mendengarnya, karena Dia bisa dibilang sangat berhasil dalam hal asmara.

Baru pertama kali Robi jatuh cinta, pertama kali ia mendatangi rumah gadis untuk berniat baik dan akhirnya niat baiknya diterima. Bukankah hal itu merupakan sebuah keberhasilan dalam asmara?

Robi mememberanikan diri untuk mengangkat wajahnya melihat Jihan, Terlihat Jihan sedang menunduk dan memalingkan wajahnya kesamping.

----

“Seminggu lagi? Bagus deh, semoga lancar jayaaa…” Ujar Robi mengacungkan jempol di depan wajah Reza.

Diruang tamu kediaman keluarga Salsa, Reza membicarakan perihal akadnya yang akan dilaksanakan 15 Maret 2020 yaitu 7 hari lagi.

LEBIH DARI BAHAGIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang