Bab 3 | Secuil Harapan

257 37 3
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Fisera Besari- Harapan

***

Bab 3 | Secuil Harapan

Masih ada kesempatan walaupun itu hanya secuil harapan bagaikan debu

***

Ridho Shandy Irama-itulah nama lengkapnya sosok pecinta dangdut walaupun ia gensi mengungkapkan nya tapi tidak jarang beberapa orang memergoki dirinya tengah bernyanyi lagu dangdut. Ia dan juga adiknya bersama sekolah yang sama karena umur dirinya tidak beda jauh dengan adiknya.

Musical Fiki Irama-atau nama panggilan nya Fiki. Seorang anak pecinta musik yang merasa kecewa karena bukan dirinya yang masuk dalam pemilihan menjadi artis di bawah naungan Nijjiro Indonesian Production. Tapi bukan Fiki namanya yang menyerah dalam keadaan dan ia terus mengembang bakatnya, bersama teman sekelasnya bernama Zweitson- Zweitson Michael Sunny.

Kali ini Fiki dan Zweitson tengah adan di ruang musik, awalnya mereka ingin main di ruang teater tapi tempat itu sedang di pakai oleh orang-orang tadi yang terpilih menjadi bagian mereka. Dengan mengusai alat musik piano Fiki menekan nuts-nuts disana menyanyikan lagu kesukaan, bukan hanya Fiki. Zweitson juga mengikuti irama yang di buat Fiki karena mereka sama -sama suka alur genre lagu yang sama.

Namun belum mereka mencapai reff dari lagu itu, pintu ruangan itu terbuka dan memunculkan sosok yang sedang di cari oleh orang itu "Fiki!" teriakh Shandy.

"Bang Shan, ngapain abang disini!?" tanya Fiki menghentikan kegiatannya.

"Kangen," kekeh nya.

"Alah bang, baru di tinggal sebentar saja sudah kangen. Dari dulu mah gitu."

Shandy malu sendiri dengan tindakan adiknya itu. Pasalnya kalau adiknya sudah meracau seperti ini itu menandakan bahwa Shandy malu dan menertawakan sendiri seolah dirinya mengaca kepada sosok Fiki itu tidak lebih sama persis. Zweitson yang merasa kayak nyamuk disini memutuskan menyimpan gitarnya dan berjalan meninggalkan kedua adik kakak ini.

Namun Shandy berhasil menahannya "Lo mau kemana?" tanya Shandy.

"Pergi! Bosen jadi nyamuk mulu," cibir Zweitson.

"Alah gitu aja ngambek. Balik sono, temenin adik gue." Shandy mendorong Zweitson masuk ke ruangan musik.

Dengan pasrah Zweitson kembali masuk dan duduk di tempat semula lalu Shandy menutup kembali pintu itu dan juga tidak lupa mengucapkan kata-kata terakhir nya "Jagain adik gue," pangkasnya.

Setelah kepergian abangnya Fiki dan Zweitson saling bertatapan hingga akhirnya mereka meledak tertawa karena melihat ekspresi Shandy yang membuata mereka menahan tawa dari tadi. Pasalnya mereka saja bisa tertawa tadi tapi demi menghargai lawan bicara nya yang jauh lebih dewasa jadi lebih baik mereka tertawa setelah orangnya sembunyi.

Perlahan-lahan tawa mereka berhenti lalu di kejutkan dengan seseorang yang setengah kesal masuk ke ruangan musik. Dengan napas nya naik turun ia menutup pintu itu dengan keras hingga orang itu seolah menahan pintu dan beberapa detik berikutnya ia merosot ke bawah.

GSS [4] LovEight || UN1TY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang