Bab 16 | Pantang Menyerah

140 38 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : D' Masiv - Jangan Menyerah

***

Bab 16 | Pantang Menyerah

Sikap ini memang akan membuat kita dapat masalah untuk mencapai tujuan

***

Terlihat empat orang cowok sedang membagikan selembaran kertas berisi sebuah poster promosi yang kemarin malam ia buat. Dan kemarin baru selesai di cetak hingga akhinya mereka melakukan pembagian selebaran kertas itu di jalanan padat, pusat pembelanjaan, taman dan pusat kota mereka menyebar di empat titik di tengah panas matahari yang terik rasa antusias mereka masih tetap terjalin. Sebenarnya ini semua ide nya Farhan, setelah mengetahui ide Zweitson dan Fenly dari Gilang. Farhan berinisiatif membantu sebisa mungkin dan menyuruh mereka berpencar di sudut kota ini.

Sekarang Farhan berada di jalanan, memang area jalanan adalah area yang rawan akan tetapi demi menjaga keselamatan teman-teman lainnya Farhan memilih tempat ini. Ia membagikan kepada pejalan kaki yang lewat walaupun terkesan mengemis hanya saja promosi ini adalah cara termudah untuk berinteraksi dengan para orang-orang yang kelak akan jadi fans mereka. Di lain tempat, Gilang juga memilih tempat ramai yaitu pusat pembelajaan, kebetulan salah satu tempat itu menjadi tempat akad jual beli di lakukan baik tradisional ataupun modern semua ada disini, awalnya tempat ini akan di tepati Fenly akan tetapi Farhan memberikannya kepad Gilang karena katanya cocok bagi Si---hitam manis---Gilang.

Sebenarnya tempat yang paling enak adalah Fenly dan Zweitson dimana tempat itu menjadi tempat para anak-anak milenial jam sekarang. tempat yang enak dan juga asik buat nongkrong menjadi tempat yang paling cocok buat menyampaikan apa yang ingin sampaikan kepada semua orang yang ada di sini. Zweitson melihat anak-anak dan remaja sedang bercanda ria di bawah pohon mahoni yang sangat rindang. Hati Zweitson rasa-rasanya bergetar disana dan suasana hatinya ingin menari dan menyanyi sampai akhinya secara tidak sengaja ia melempar poster itu dan mulai menyanyi.

"Dan bila memang tak bisaTanpa layar gengam tanganmubersabarlah....ha~ha~haSampai temu dapat restu dari waktu..."

Secara tidak sadar, Zweitson malah bersenandung hingga tanpa sengaja dirinya kini jadi pusat perhatian, ada beberapa tepuk tangan dari beberapa orang disana yang mendengarkan dan menyaksikan penampilan dirinya. Awalnya ia tidak percaya tapi ini benar-benar nyata ternyata begini rasanya menjadi orang yang tampil di muka umum dengan apresiasi yang setinggi-setingginya.

"Lagi....lagi....lagi!" seru mereka.

Mendengar kata lagi, rasanya Zweitson mendengar kata encore yang memiliki artian sama dalam bahasa berbeda.  Sebenarnya tidak masalah bagi dirinya hanya saja apakah lagu selanjutnya akan membuat semua orang yang menyaksikan dirinya terkesima juga. Dalam hatinya ia yakin dan stu kali helaan napas saat ia baru saja mengeluarkan suaranya. Ponsel Zweitson tiba-tiba berdering, dengan terpaksa Zweitson mengangkat telepon itu. Dan baru saja Zweitson menaruh ponselnya di telinga ia mendengar deruan napas kencang.

"Fen....Fenly ada apa??" tanya Zweitson panik.

"......."

"Apa! oke gue kesana sekarang." Zweitson mematikan secara sepihak dan langsung meninggalakan tempat itu. Sebenarnya ia menyesal telah memberikan harapan kepada semua orang yang ada disana akan tetapi ia tidak bia berbuat apa-apa jadi mungkin permintaan maaf cukup buat mereka sambil berlari meninggallkan taman disana. 

Zweitson berlari di trotoar menuju tempat dimana Fenly menelpon hingga ia melihat sosok yang tidak asing bagi dirinya yaitu Gilang. Ia mulai mengejar sosok ia anggap Gilang untuk bisa mencari tahu, tapi ternyata mengejar Gilang tidak segampang yang ia pikirkan langkahnya lebih pendek dan lebih lambat sedangkan dia walaupun sama sama kecil akan tetapi kelincahannya dan juga stamina di bawah ia akhirnya ia hanya bisa mengikutinya. Hingga akhirnya mereka sampai disana dan terlihat Fenly sedang duduk sambil memangku seseorang yang tergeletak disana, Zweitson mendekati itu dan betapa tercengannya dirinya saat melihat Farhan habis di babak belur oleh seseorang sedangkan Fenly berusaha membuat agar Farhan tetap sadar.

"Fen, apa yang terjadi sama Bang Han?" tanya Zweitson

"Gue juga gak tahu, katanya ada preman yang mau malak Bang Han, dan resikonya jadi seperti ini," jelas Fenly.

Tiba-tiba salah seorang malah menyusup mendekati mereka.  Dan sosok itu adalah Gilang, "Ha.....Farhan.... bangun Han!"

"Bang Gilang!"

"Mending kita bawa Farhan ke rumah sakit," titah Gilang.

Mereka langsung membawa Farhan ke rumah sakit, dokter langsung menangani Farhan dan sementara yang lainnya menunggu di ruang tunggu. Lagi-lagi Zweitson membuat merasa rasa bersalah kepada Farhan atas tindakan yang ia lakukan kepada teman-temannya ini. Kalau memang tindakan tanggung jawabnya ini justru malah meninggalkan rasa bersalah berikutnya maka akan menambah tanggung jawab yang lain. Fenly yang melihat raut wajah Zweitson berusaha mendekatinya.

"Jangan sedih Bang Han gapapa kok," ucap Fenly.

"Gue takut Bang Rick marah sama gue lagi. Disini bukannya gue memperbaiki kesalahan akan tetapi malah menambah kesalahaan," ucap Zweitson

"Kita gak akan kasih tahu mereka kok, Mudah-mudahan Bang Han baik-baik saja," kata Fenly lagi.

Akhirnya pintu ruangan UGD terbuka dan memunculkan sosok yang membuat Fenly terkejut soalnya wajahnya tidak asing lagi. "Kamu?" panggilnya.

"Pak Dokter, bapak kerja disini?" tanya Fenly balik.

"Lebih tepatnya praktek disini. Oh ya didalam itu teman kalian, kebetulan teman kamu baik-baik saja hanya luka kecet dan memar saja. Gak usah di rawat, oh btw suara kamu bagus Fen, " cerocos Pak Dokter.

"Hehehe makasih banyak Pak, kalau gitu boleh kami lihat pasien?" tanya Gilang.

"Boleh silahkan.... Eh satu lagi. Bapak nemuin poster ini, mungkin kalau mengadakan konser jalanan bagus juga buat promosi kalian," jawab Pak Dokter sebelum meninggalkan mereka semua.

Fenly, Zweitson dan Gilang masuk ke kamar rawat Farhan. Dan terlihat bahwa memang si pemimpin kita baik-baik saja. Ia bisa melihat raut tawa dan gaya swek-sweknya hingga akhirnya saat ia menatap Zweitson raut riangnya sedikit memudar akan tetapi senyumannya masih merekah.

"Sudah, gapapa. Gak usah ngerasa bersalah, gue gapapa kok mending kita rencanakan saja kapan melakukan Konser jalanan," ucap Farhan.

"Maksud abang?" kejut Zweitson.

"Son lo gak usah kaget gitu. Gue denger tadi pembicaraan Fenly dengan dokter tadi. Ia juga sempet nanya-nanya ke gue dan katanya gue harus jagain kalian termasuk lo, Fiki sama Fajri. Katanya potensi kalian mahal harganya," jawab Farhan.

"Tuh kan Son, gue bilang juga apa. Bang Han pasti baik-baik saja dan malah ia menyuruh kita bikin konser jalanan tadi. Gimana Lang lo setuju," sahut Fenly.

"Gue juga setuju," sambung Gilang.

"Iya sih. Tapi yang lain apa bakal setuju. Kalau Fiki, Fajri sama Bang Shan pasti akan setuju. Kalau Bang Rick," ragu Zweitson.

_______________________

GSS [4] LovEight || UN1TY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang