somebody to hold

1.7K 272 1
                                    

Aku kini berada di Ansan, malam setelah pulang dari kegiatanku.

Aku menangis sejadi - jadinya dihadapan keluarga Seulgi. Mengatakan bahwa aku sangat merindukannya dan berharap mereka setidaknya memberitahuku tentang keberadaannya.

Atau membiarkanku menghubunginya karena aku sama sekali tak mengetahui bagaimana cara menghubunginya. Nomor ponselnya langsung tak bisa tersambung setelah hari itu panggilan terkahirku dengannya ketika dia meninggalkan negeri ini.

Aku menunduk lalu terisak dalam tangisanku. Mereka mencoba untuk menenangkanku.

Yeji sesekali mengelus lembut lenganku, Seulgi appa menepuk - nepuk punggungku, lalu Seulgi umma menghapus air mataku dengan telapak tangannya sendiri.

Aku sudah mengenal mereka sejak kecil, aku sudah menganggap mereka sebagai keluargaku sendiri, dan aku yakin mereka pun juga begitu kepadaku.

Aku selalu merasakan kehangatan mereka ketika dulu aku sering berkunjung ke Ansan.

Namun, setelah kepergian Seulgi, aku benar - benar tak pernah berani untuk datang ke sini dan menyakan keberadaan Seulgi.

Aku takut mereka marah karena aku telah menjadi alasan mengapa sang anak sulung mereka itu meninggalkan negeri kelahirannya bahkan untuk waktu yang lama.

Aku begitu malu dihadapan mereka.

Bahkan ketika mereka menyambutku baik malam ini, aku semakin merasa malu.

Malu karena aku terlalu banyak melakukan kesalahan.

"Eommonim..." lirihku masih dengan kepala yang menunduk, aku belum berani menatapnya.

Seulgi umma adalah keluarga Seulgi yang paling dekat denganku. Aku dulu sering menghabiskan banyak waktu bersamanya.

"Ne, Joohyun~ah, wae?" tanyanya lembut.

Aku bisa meraskan tangannya perlahan menuntunku untuk menatapnya. Aku menggelengkan kepalaku menolak untuk menatapnya.

"Joesonghaeyo, eommonim..." suaraku bergetar ketika mengatakannya, aku lebih memilih untuk menunduk dan menyembunyikan kepalaku di atas pahanya.

"Jeongmal joesonghaeyo..."

Isakan tangisku terdengar lagi padahal aku sudah menahannya sekuat tenaga.

"Joesonhaeyo..."

Dan lihatlah diriku sekarang, aku hanya bisa mengatakan maaf pada siapapun.

Aku mengatakan maaf dengan harapan semua orang yang telah kusakiti hatinya bisa mengampuni kesalahanku.

Aku tak bisa hidup dengan beban seperti ini.

"Joohyun~ah jangan seperti ini," pinta Seulgi umma dengan sedikit mencengkram lenganku agar aku bisa duduk dengan tegak lagi.

Aku tak menanggapinya karena aku hanya bisa terus menangis.

"Joohyun, bangunlah."

Suara itu sekarang terdengar keluar dari bibir Seulgi appa. Aku bisa mendengar nada suaranya yang lembut namun begitu penuh penekanan.

"Bangunlah aku ingin bicara kepadamu."

Aku menelan ludahku membayangkan apa yang akan dikatakan oleh Seulgi appa.

Aku begitu takut, namun Seulgi umma kembali menuntunku agar bisa terduduk dengan tegak memandang ke depan.

Seulgi umma menghapus lagi air mata yang masih mengalir di pipiku dengan senyumannya. Aku menatapnya sebentar.

Someone You Loved ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang