the way you numbed all the pain

1.7K 259 26
                                    

"Hai," sapaku.

"Hai," balasnya.

"Masuklah," aku mempersilahkannya untuk masuk ke apartemenku.

Malam ini aku kedatangan Wendy. Sebelumnya dia bertanya dulu padaku apa aku senggang malam ini. Dan ya, kujawab saja aku memiliki waktu luang, karena kenyataannya memang begitu.

Aku tersenyum ketika dia menyerahkan makanan kesukaanku —tteokbokki , yang dia janjikan akan dia bawa untukku saat dia mengunjungiku malam ini.

Dia bilang niatnya adalah menemuiku dulu sebelum nanti lusa aku akan segera berangkat ke Jepang untuk syuting film baruku.

"Kabarmu baik, unnie?"

Aku tersenyum mendengar dia menanggilku lagi dengan sebutan 'unnie'. Pasalnya saat satu tahun aku dengannya menjalin hubungan sepasang kekasih dia memanggilku dengan nama asliku.

Ditambah panggilan sayang.

"Aku baik, tentu," jawabku.

"Kau bagaimana?"

Wendy tersenyum sembari mengangguk kecil, "ya, sangat baik malam ini."

Kami hening sesaat, tapi kurasa itu akan lama, karena aku tahu Wendy adalah orang yang akan pandai membuat suasana kembali terasa hangat.

"Jadi, lusa kau berangkat ke Jepang?"

Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Soojung mengatakan bahwa dia senang sekali bisa satu projek denganmu," dia terkekeh.

Aku ikut tertawa kecil, "ya, dia mengatakan hal itu beberapa kali saat kita bertemu."

"Seberapa lama syuting di Jepang?"

"Satu bulan, tapi kurasa akan jauh lebih lama dari yang ditargetkan," jawabku.

"Ah ya..."

"Lalu kau bagaimana? Album barumu?" kini giliran aku yang bertanya mengenai dirinya.

"Sudah ditahap akhir, tinggal menunggu tanggal rilis dan persiapan promosinya."

"Aku yakin kali ini akan sukses seperti sebelum - sebelumnya. Bahkan melebihi. Kau sudah begitu mendunia, Seungwan," ucapku dengan penuh kejujuran.

Dia tertawa malu, menggelengkan kepalanya mungkin agar aku tak memujinya terlalu tinggi.

"Ya, aku berharap semua orang menyukainya."

"Aku juga berharap film barumu bisa sukses."

"Ya...aku akan berusaha sebaik mungkin," kataku.

Wendy memandangku dengan tatapan seperti biasanya, tersenyum tulus seperti biasanya.

Tak ada hal yang berbeda darinya. Kurasa dia begitu pintar untuk bersikap seolah - olah kami kembali seperti dulu, menjadi teman.

"Kau tak lapar, unnie?" tanyanya.

Aku melirik kantung berisi tteokbokki di atas meja.

"Mari makan bersama!" ucapku diangguki lucu olehnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Someone You Loved ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang