just to know how it feels

1.4K 236 3
                                    

Aku memandang tajam pada perempuan di hadapanku sekarang.

Aku sedang sendirian di rumah dan tiba - tiba ketukan pintu dari arah depan itu terdengar. Aku sudah gelisah sendiri takut itu adalah Joohyun atau mungkin Sooyoung.

Namun, sepertinya ini lebih buruk dari dugaanku.

Seungwan sekarang sudah di Ansan, di depan rumahku, memintaku untuk mendengarkan ucapannya.

"Bagaimana kau bisa ada di sini?" aku bertanya dengan penuh penekanan.

Tanganku masih mencengkram gagang pintu, bersiap untuk segera mengusirnya.

Seungwan terlihat menghela napasnya, "biarkan aku bicara denganmu, Seulgi," ucapnya.

"Untuk apa? Bicara tentang apa? Aku tak punya urusan sama sekali dengan dirimu."

Aku mencoba menahan diriku untuk tak berurusan lagi dengannya, meskipun dalam benakku muncul begitu banyak pertanyaan tentang hubungannya dengan Joohyun yang katanya sudah berakhir.

"Aku sungguh tak mengerti mengapa kau bisa di sini, entah siapapun yang memberitahumu tentang keberadaanku, aku tak peduli."

"Sekarang, pergilah," aku berbicara dengan sangat dingin.

Seungwan menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu menahan tanganku agar aku tak segera menutup pintu rumahku itu.

"Aku butuh bicara denganmu, Seulgi," ucapnya.

"Kumohon," dia meminta.

Aku tahu ini pasti tentang Joohyun.

Namun, sekarang pikiranku belum bisa berpikir jernih, dan hatiku masih begitu kacau. Meluruskan masalah yang tengah terjadi bisa saja membuatku salah dalam mengambil keputusan.

Aku hanya perlu sedikit lagi waktu untuk menenangkan diriku.

"Kumohon, Seulgi. Ini juga menyangkut diriku, aku membutuhkan bantuanmu."

Aku mengendus kesal, sebenarnya kesal kepada diriku sendiri yang malah membuat dirinya masuk ke rumahku.

Aku berjalan dengan langkah kesalku duduk di kursi ruang tamu, lalu memandangnya datar.

Seungwan sudah duduk di hadapanku dan dia memandangku ambigu.

"Aku tak akan membawakan air putih untukmu, jadi cepatlah bicara," ujarku sesekali mengalihkan pandanganku.

Seungwan terlihat terkekeh kecil, namun segera dia tahan lagi, aku hanya menatapnya tak peduli.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya.

Aku menghela napasku dan masih menatapnya datar, "berhenti berbasa - basi dan cepatlah katakan apa maksudmu menemuiku."

Seungwan mengangguk - angguk kecil, kurasa dia tak berhasil membuat ketegangan antara aku dan dia bisa sedikit mencair.

Lagi pula untuk apa menanyakan kabarku? Kami bahkan pernah tak bertemu selama bertahun - tahun ketika dia sibuk sebagai trainee yang akan segera debut dan aku berkuliah.

"Pertama, kau mungkin bingung mengapa aku bisa di sini."

Aku masih diam saja, membiarkan dia menjelaskan. Aku hanya akan merespon seadanya.

"Yeji, dia memberitahu alamat rumahmu."

Aku berdecak kesal membayangkan Yeji yang pasti dengan mudahnya mengatakan alamat rumahku pada idola nomor satunya itu, "ck, anak itu," umpatku pelan sembari membuang mukaku.

"Tapi, kedua orang tuamu yang mengatakan bahwa kau sudah di Korea."

Wajahku berubah memandangnya heran.

Someone You Loved ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang