somebody to heal

1.9K 274 5
                                    

"Ah, senang sekali rasanya kekasihku ini mengajakku untuk bertemu!" serunya.

Dalam sambungan teleponku malam ini dengannya, aku bisa mendengar seruan bahagianya di seberang sana

"Kita sudah tak bertemu selama satu minggu. Kini giliran aku yang sibuk," aku terkekeh.

"Iya, kau susah sekali untuk diajak bertemu akhir - akhir ini," dia memelas, nada bicaranya melemah.

"Aku sudah sangat merindukanmu," tambahnya.

Aku terdiam saja, tersenyum kaku. Untungnya saja dia tak melihat wajahku yang pilu ini mengingat apa yang akan aku katakan nanti padanya.

"Jadi, lusa di apartemenmu?"

"Ya..."

"Oke, kalau begitu aku harus segera menyelesaikan urusanku, nanti aku kabari lagi kalau sudah selesai."

"Baiklah," ucapku.

Aku tak mendengar perkataan apa - apa lagi darinya. Dia sepertinya terdiam. Namun, aku tak akan mematikan sambungan telepon ini. Aku juga hanya diam menunggunya.

"Joohyun~ah?" panggilnya lembut.

Perasaan bersalahku sepertinya makin menjadi, aku merasa gelisah sendiri mendengar dia memanggilku lembut seperti itu.

"Ya, Seungwan~ah?"

"Saranghae."

Dia mengucapkannya lagi.

"Aku sangat mencintaimu," dia mengulanginya.

"Kau tahu, aku sangat mencintaimu, sayang," dia menegaskan dengan lembut.

"Ya, sayang, sudah, aku tahu," selaku.

Aku mengambil napasku perlahan, "aku juga mencintaimu," balasku.

"Kau juga tahu itu, 'kan?" tanyaku.

Dia membuatku bingung sebenarnya. Kenapa dia akhir - akhir ini selalu mengucapkan kata cinta? Ini tidak biasanya seperti dulu.

Maksudku, dia seperti selalu menegaskan bahwa dia mencintaiku, atau mungkin, mengingatkanku takut aku lupa kalau dia mencintaiku.

Padahal, dengan hanya melihat perlakuannya pun, aku selalu merasa dicintai olehnya.

Dia tak perlu mengatakan kata cinta itu terus menerus, bagaimana bisa aku memaafkan diriku sendiri atas kebohonganku ini membalas pengakuan cintanya?

"Aku tahu, tentu aku selalu tahu."

"Semuanya tentang dirimu, apa yang kau rasakan, aku tahu."

Suasana berubah menjadi canggung, kami sama - sama lebih memilih untuk diam. Aku tak terlalu mengerti maksudnya mengatakan hal itu. Aku sedang mencoba menunggu kelanjutan ucapannya.

"Seungwan~ah?" panggilku memutus keheningan.

Aku mendengar dia tertawa pelan, "kalau begitu, aku harus segera menutup telpon ini."

"Sampai ketemu lusa, sayang."

Dia memutuskan panggilannya tanpa sempat mendengar jawabanku.

Dia memutuskan panggilannya tanpa sempat mendengar jawabanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Someone You Loved ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang