May, 2022.
Aku terbangun dari tidurku dengan napas yang terengah - engah. Keringat mengalir perlahan dari pelipisku, kedua mataku memandang kosong ke depan, pikiranku melayang mengingat apa yang baru saja kualami dalam mimpiku.
Aku memegang kepalaku yang terasa sedikit pening, lalu aku beralih menempelkan jari - jari tanganku ke permukaan bibirku. Semuanya terasa begitu nyata. Ciumannya benar - benar terasa nyata.
"Ah, astaga, sampai kapan Seulgi menghantui mimpiku," ucapku sembari mendesah pelan.
Seulgi tak pernah bosan mengunjungiku dalam mimpi. Dia datang dengan berbagai hal yang kurindukan.
Namun, begitu berbeda dengan hari ini.
Aku mengacak - acak rambutku merasa frustasi, "bagaimana bisa kau tetap menyakitinya bahkan dalam alam bawah sadarmu?" aku bertanya pada diriku sendiri.
"Pabo~yya Bae Joohyun!" umpatku.
Aku tak bisa membayangkan diriku sendiri yang mengatakan bahwa hanya dengan ciumanku saja aku bisa membuatnya bertahan di sisiku. Pemikiran macam apa itu?
Kenapa aku begitu picik sekali dalam mimpiku?! Seharusnya aku memeluknya, mengatakan bahwa aku merindukannya, meyakinkan dirinya bahwa aku tak bisa hidup tanpa dirinya.
Aku menghela napasku, menggeleng - gelengkan kepalaku tak percaya, "that's just a dream."
Aku tertunduk, lalu aku menahan segala amarah yang tiba - tiba terasa dalam diriku. Benar, seperti yang aku katakan dalam mimpiku, ini sudah satu tahun.
Sudah satu tahun semenjak aku menjalani hidup ini tanpa penyemagat hidupku.
"Aku benar - benar merindukannya," lirihku.
Jejaknya tak pernah bisa kutemui, keberadaannya begitu sulit untuk kuketahui. Seulgi seperti menghilang begitu saja ditelan bumi, dia benar - benar pergi dan aku telah menyesal atas perbuatanku sendiri.
Aku menyesal membiarkannya pergi tanpa ada pelukan hangat dan ucapan selamat tinggal yang manis.
Mengingat pertemuan terakhirku dengannya yang dipenuhi oleh amarah dari masing - masing kami, aku membenci diriku sendiri karena hal itu.
Aku kembali menangis pagi ini, musim telah beberapa kali berganti, namun kesedihanku tak kunjung menemukan kata henti.
"Seulgi~yya bogoshipo..." ucapanku begitu pelan tertahan oleh tangisanku.
Aku terisak dalam tangisan piluku, bertanya - tanya pada diriku sendiri apakah Seulgi merasakan hal yang sama denganku ketika dirinya menjalani hari - harinya tanpa diriku di sampingnya.
Aku tahu ini akan begitu berat baginya, dia begitu mencintaiku, dan sekali lagi aku memaki diriku sendiri yang tak berhasil membuatnya tetap tinggal di sisiku.
"Aku tak pernah tahu kehilanganmu akan begitu terasa menyaktikan."
Aku mulai menyentuh dadaku, merasakan sakitnya hatiku saat mengingatnya. Seulgi juga pasti sangat berat menjalani harinya. Seulgi pasti berusaha untuk melupakanku. Namun, aku di sini selalu berharap bahwa dia masih bertahan dengan perasaan cintanya untukku.
Bilang aku egois.
Aku akan menerimanya.
Percuma saja aku seperti ini, rasa sakit di hatiku tak pernah bisa menghilang, aku tak pernah mengerti bagaimana cara menghentikannya, selain mungkin bisa bertemu lagi dengannya.
Dengan Seulgi-ku.
Aku menarik napas panjangku dan menghembuskannya perlahan, mencoba membuat diriku sendiri tenang.
Aku terdiam setelah menghapus air mataku dengan punggung tanganku sendiri. Cahaya matahari sepertinya memaksaku untuk menghentikan tangisanku dan menyadarkanku agar aku segera bangkit dan menjalani hari menyakitkan ini, sekali lagi.
Getar ponsel di atas nakas berhasil membuat fokusku teralihkan, aku melihat satu nama dalam panggilan masuk itu. Seungwan dengan bentuk hati berwarna merah penuh.
Aku mendiamkannya, hanya memandangnya sendu.
Hubunganku bersama dengan perempuan bernama panggung Wendy itu masih tetap berjalan. Penyanyi itu masih menjadi kekasihku. Wendy masih selalu setia di sana untuk menemaniku melewati hari - hari mengerikanku.
Meskipun hari - hari itu terasa berat untuk dijalani, namun aku tak pernah begitu kentara menunjukan perasaan rinduku pada Seulgi saat aku sedang bersama Wendy. Aku tak ingin membuatnya sedih.
Aku tak ingin Wendy merasakan bahwa aku telah mengkhianati cinta yang dimiliki olehnya.
Namun, mulai hari ini sepertinya segala akan terasa berbeda. Aku akan merubah keadaannya.
"Mianhae, Seungwan~ah," lirihku tanpa menggeser tombol hijau itu untuk mengangkat panggilan masuk darinya.
"Sepertinya mulai sekarang aku harus jujur pada diriku sendiri."
"Aku juga harus jujur kepadamu."
"Aku tak ingin menyakitimu lebih jauh dari ini."
Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri tentang siapa sebenarnya orang yang ada dalam hatiku, orang yang berpengaruh besar terhadap hidupku.
Aku tak boleh menjadi seorang pengecut, aku telah gagal mempertahakan Seulgi. Namun, aku tak akan membuat kegagalan itu menjadikan alasanku untuk tetap memperhatankan Wendy dalam kebohonganku.
Aku tak ingin mempertahankan Wendy dengan hatiku yang sepertinya sudah terbagi untuk Seulgi, aku tak akan membiarkannya lebih lama dari hari ini.
Aku benar - benar akan memutuskan hubunganku dengannya.
Disakiti perlahan dengan kebohongan pasti akan lebih menyaktikan dibandingkan aku langsung mengatakan kejujuran bahwa perempuan yang dicintai olehku bukanlah dirinya, lagi.
Wendy harus segera tahu.
Aku tak bisa membayangkan apa kemungkinan terburuk yang akan dikatakan oleh Wendy kepada diriku. Aku bisa memastikan bahwa dia akan menangis, menangis dengan rasa sakit hatinya dan amarahnya.
Itu akan begitu menyakitkan, jadi aku akan menerimanya jika Wendy membenciku setelah hubunganku dengan dirinya berakhir.
Aku memang harus menerimanya. Terlebih membayangkan hari - hariku selanjutnya jika aku kehilangan lagi seseorang yang berarti dalam hidupku.
Sebenarnya aku begitu takut, Wendy telah memberikan banyak hal baik untukku selama ini. Namun, ternyata itu belum berhasil membuatku sembuh dari sara sakit karena kehilangan Seulgi.
Aku takut setelah ini tak ada lagi orang yang mengerti diriku, mengerti akan kesedihanku, menghiburku, memelukku dan memberikan hal - hal baik agar aku bisa merasa lebih baik.
Aku akan segera kehilangan Wendy sebelum aku berhasil menemukan Seulgi.
Kurasa aku hanya perlu menyelematkan diriku sendiri dan menyembuhkannya perlahan.
Merasakan pedih hatiku tanpa orang lain tahu.
Menjalani hari - hari yang akan semakin mengerikan, mendapatkan karma dari segala hal buruk yang telah aku perbuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone You Loved ✓
Fiksi Penggemar[Heather Sequel] i was getting kinda used to being someone you loved. Someone You Loved cr 2021 saturnmoon_SR.