i let my guard down

1.6K 262 7
                                    


Dan dia benar - benar ada di saat dirinya terbangun dari tidurnya.

Seulgi memandang perempuan yang tepat berada di hadapannya, tertidur di atas lengan yang sengaja dia dijadikan bantalan agar tidurnya lebih nyenyak.

Dia telah berada di sana sejak sembilan jam yang lalu. Melihat Irene yang sudah tertidur dengan bersandar pada sisi ranjangnya.

Saat itu Seulgi langsung memindahkannya, menyelimutinya karena Irene terlihat mengigil, menutup gorden yang terbuka, dan membereskan beberapa botol soju.

Seulgi bahkan tak bisa ikut tertidur ketika sampai di sana, Irene begitu gelisah dalam tidurnya, jadi dia hanya ingin menjaganya dan menenangkan dirinya.

Namun, sekarang Irene perlahan membuka matanya, wajahnya terlihat bercahaya seperti biasanya, hanya saja satu yang mengganggu penglihatan Seulgi.

Mata bengkak yang sepertinya disebabkan karena terlalu lama menangis.

Irene mengerjapkan matanya beberapa kali dengan lemah. Tubuhnya pun sepertinya menolak dirinya untuk bangun karena rasanya terlalu lelah.

Seulgi mengerutkan keningnya ketika dia melihat Irene yang mulai menarik ujung bibirnya untuk tersenyum kecil.

"Ah, aku bermimpi lagi?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Irene kini membuat salah satu tangannya membelai pipi Seulgi.

Seulgi yang mendapat perlakuan seperti itu hanya mendiamkannya.

Perlahan detak jantungnya kembali berdegup kencang tak beraturan. Darahnya berdesir di seluruh tubuhnya.

Seulgi merasa seperti ketika pertama kali dirinya menyadari bahwa dia telah jatuh cinta padanya.

"Aku tak ingin bangun," ucapnya pelan.

"Jika mimpiku begitu indah seperti ini, maka aku tak ingin bangun."

"Tuhan, aku tak ingin bangun dan melihat dirinya ternyata tak ada di sampingku."

Irene terus melirihkan ucapan - ucapan yang terlantar dari mulutnya.

Matanya belum dia buka lebar. Namun, senyumannya kini telah dia coba untuk terlihat semanis mungkin.

Melihat orang yang dicintainya berada di hadapannya, Irene tentu merasa begitu bahagia.

"Jangan bangunkan aku," ucapnya lagi dengan sedikit menggelengkan kepalanya.

Matanya kini menatap mata monolid Seulgi. Mata favoritnya. Mata tajam yang malah terasa begitu menenangkan baginya.

"Biarkan aku lebih lama hidup dalam mimpiku."

Irene mendekatkan kepalanya.

Irene menghirup aroma tubuh Seulgi, aroma citrus yang dia sukai.

Seulgi menelan ludahnya dengan susah payah, wajahnya kini begitu dekat dengan wajahnya.

Deru napasnya begitu lembut menyentuh kulitnya.

Irene terkekeh tanpa dia sadari sendiri, "wangi.."

"Aku suka wanginya."

"Kenapa aku bisa mencium wanginya saat aku bermimpi?"

Keduanya sekali lagi saling menatap.

Manik - manik matanya begitu terlihat indah, entah memang seperti itu, entah memang Seulgi begitu merindukannya.

Irene lagi - lagi dengan pesonanya, mampu mengunci pandangannya.

"Kau cantik, Seulgi~ah."

"Kenapa kau begitu cantik?"

Irene membuat Seulgi tertawa kecil atas perkataannya.

Someone You Loved ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang