Namun, sepertinya menjalani duniaku yang baru di negeri kincir angin itu kembali menemui hambatan.
Semesta tak henti - hentinya mempermainkan diriku.
Lagi dan lagi.
Aku tak pernah tahu sampai kapan kebimbangan hatiku ini menemui kata usai.
Ketika panggilan itu datang.
"Seulgi~yah, tiga bulan yang lalu, dia menemuiku."
Napasku tercekat ketika malam ini Sooyoung menelponku dengan membawa - bawa dirinya.
"Aku tahu, kau melarangku untuk memberitahumu jika dia bertanya tentangmu padaku."
"Tapi, aku sungguh tak bisa menyembunyikan ini lagi. Kalau kau terus seperti ini pun, kau tak akan pernah yakin tentang dirimu sendiri."
"Tentang perasaanmu kepadanya."
Ini alasan aku melarang Sooyoung untuk tak mengatakan padaku jika dia mencariku. Mendengar hal itu bisa saja membuatku menjadi sedikit berharap untuk kembali padanya.
"Dia mengatakan bahwa dia ingin bertemu denganmu."
"Dia merindukanmu."
Aku membisu.
Merindukanku?
Atau merindukan untuk menyakitiku?
"Ini kali ketiga dia benar - benar memaksaku untuk menemuinya."
"Selama satu setengah tahun ini, dia terus berusaha, begitu pun aku berusaha untuk mengabaikannya."
"Aku berusaha untuk tak memberitahumu karena kita sama - sama tahu kau belum cukup kuat untuk menahan perasaanmu."
Aku mendengar Sooyoung menghela napasnya, sepertinya dia bisa membayangkan diriku yang hanya bisa terdiam dalam sambungan telpon kami.
"Dia menangis, Seulgi~yah."
"Dia menangis, tapi dia selalu mencoba untuk terlihat tegar."
"Dia begitu putus asa."
Aku menarik napasku perlahan, "lalu bagaimana katamu?" aku bertanya ragu.
"Aku sudah menyuruhmu untuk mengatakan sesuatu yang bisa menyakitinya, 'kan?"
"Sudah, Seulgi. Sudah aku lakukan."
"Aku membuatnya semakin terlihat menyedihkan."
"Terimakasih, Sooyoung~ah," aku tersenyum pilu.
Membayangkan dia menangis, ini menyakitiku. Padahal aku tak boleh selemah ini untuk menghadapinya.
"Kau dendam padanya, ya?" tanya Sooyoung dengan sedikit tawa kecil yang sepertinya hanya ingin sedikit menghiburku.
"Bukan dendam," jawabku.
"Lalu?"
"Aku hanya tak ingin dia terus mencariku. Setidaknya jika kau terus mengakatakan sesuatu yang bisa menyakitinya, itu dapat membuatnya berhenti untuk menanyakan keberadaanku."
"Kau sungguh - sungguh dengan ucapanmu, Seulgi~yah?"
"Hmm?" aku sedikit tak mengerti tentang ucapan mana yang dia maksud.
"Kau tak ingin dia mencarimu lagi?"
"Ya..." aku menjawab dengan sangat pelan.
"Bahkan ketika dia bilang dia merindukanmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone You Loved ✓
Fanfic[Heather Sequel] i was getting kinda used to being someone you loved. Someone You Loved cr 2021 saturnmoon_SR.