Irene~ssi
Jangan lupa besok ada script reading untuk film barumu
Akan aku jemput pukul 11
Hari ini beristirahatlah :)
Aku melihat notifikasi pop-up yang berhasil membuat layar ponselku sebelumnya mati itu menjadi menyala.
Itu pesan dari manajer Hwang.
Sekarang pukul tujuh pagi dan aku baru saja pulang ke apartemen setelah melakukan syuting iklan, ke gedung agensi untuk membicarakan tentang film baru yang akan aku bintangi, lalu mengunjungi party salah satu teman aktor seagensiku karena dia berulang tahun.
Dan ya, sekarang di sini lah aku. Sendiri.
Lelah sekali rasanya, masih ada sekitar dua puluh delapan jam lagi menuju pukul sebelas pagi di esok hari. Kurasa yang akan kulakukan hanyalah tidur.
Aku menjatuhkan diriku di ranjang. Memandang atap - atap langit rumahku dengan pikiran seperti melihat bintang malam.
Sudah hampir dua minggu setelah aku dan Wendy tak lagi menjadi sepasang kekasih. Aku tak tahu bagaimana keadaannya karena tak ada lagi percakapan diantara kami.
Entah itu percakapan langsung berpadang wajah, percakapan di telepon, atau bahkan percakapan di roomchat aplikasi chatting.
Aku beberapa kali ke gedung agensi, namun tak pernah bertemu dengannya. Padahal seharusnya dia sering ke sana karena sedang sibuk untuk mempersiapkan album barunya.
Apa aku rindu kepadanya? Tidak, kukira ini hanya seperti perasaan berharap bahwa dia akan baik - baik saja. Berharap bahwa dia masih bisa bekerja seperti biasanya.
Sebenarnya aku hanya teringat tentang dia —saat masih menjadi kekasihku, dia yang selalu bertanya bagaimana hariku, lelahnya aku, masalah yang kuhadapi dan lalu dia akan menyampaikan pendapatnya, memberikanku solusi, dan menenangkanku.
Sekarang, aku benar - benar kehilangan sosok yang seperti itu, tidak ada lagi seseorang yang akan tahu tentang perasaanku. Tahu tentang apa yang selama dua puluh empat jam terakhir itu aku lakukan. Tidak ada lagi percakapan malam.
Seulgi. Dulu aku juga sering melakukan itu bersama Seulgi. Aku yang baru saja mendebutkan diriku sebagai aktris sekaligus model membuatku begitu takut untuk bisa bertahan di industri ini.
Banyak hal yang selalu mengganggu pikiranku, terlebih ketika aku mulai dikenal oleh banyak orang, maka setiap kegiatan kecil yang aku lakukan pasti akan selalu menjadi sorotan.
Aku selalu takut aku akan melakukan kesalahan, aku selalu takut untuk mengambil keputusan. Namun, Seulgi selalu di sana untuk menemaniku melewati semua itu.
Sampai aku jadi seperti ini.
Melepaskan Wendy —sosok yang satu tahun terkahir ini paling mengerti diriku sepertinya memang pilihan yang terbaik.
Aku harus bisa merasakan kehilangan apapun untuk bisa membawa Seulgi kembali ke dalam dekapanku.
Membalas ketika dulu Seulgi telah kehilanganku karena aku lebih memilih untuk didekap oleh orang lain, dan bukan dirinya.
Lagi - lagi aku pulang di tengah malam menuju pagi. Distrik Seoul begitu lenggang hingga aku merasakan jalanan yang kulalui itu terasa memekik telingaku sendiri karena terlalu sepi.
Ada hal menarik ketika aku merindukan seseorang, rasa sepi berubah menjadi begitu gaduh karena aku tak bisa menahan perasaanku sendiri untuk tak bisa bertemu dengannya.
Lagi - lagi terasa melelahkan ketika aku kembali merasa aku gagal untuk tak memikirkannya lagi hari ini.
Aku menyibukkan diriku sendiri, mencoba fokus pada pekerjaanku, bertemu dengan banyak orang, bahkan minum untuk setidaknya menenangkan diriku sendiri.
Aku bisa tersenyum, tertawa seperti biasanya ketika aku bersama orang lain, melakukannya seakan - akan aku baik - baik saja.
Namun, pada kenyataannya aku tak baik - baik saja.
Aku tengah mencoba melupakan pikiranku sendiri yang rasanya sudah ingin menghancurkan jiwa dan ragaku.
Semua hal terasa percuma.
Aku rindu.
Aku rindu padanya.
Aku rindu pada pipi gembulnya, senyuman beruangnya, lalu sikap polosnya yang terkadang terlihat lucu di mataku bahkan ketika dia tak mencoba untuk melucu.
Aku rindu ketika dia selalu pasrah dan mengalah ketika aku ingin menang darinya, ketika dia akan selalu mendengarkan ucapanku, ketika dia selalu mendukungku.
Aku rindu memeluknya.
Aku rindu mengelus kulitnya.
Mengaitkan jari jemariku pada jari jemarinya.
Menikmati waktu bersamanya.
Tertawa, bahagia.
Dan aku sungguh membutuhkan seseorang untuk tahu bahwa aku begitu merindukannya.
Bahwa aku hanya ingin dirinya, bukan orang lain.
Bahwa rasanya ini begitu sangat...
Sangat.
Menyiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone You Loved ✓
Fanfiction[Heather Sequel] i was getting kinda used to being someone you loved. Someone You Loved cr 2021 saturnmoon_SR.