"Kau sudah pulang dari dua minggu yang lalu tapi kau baru sekarang menghubungiku untuk segera menemuimu?!" tanyanya dengan nada tak suka.
Matanya menatapku tajam tapi bibirnya dia buat cemberut. Tangannya dia silangkan di dada.
Ah, dia tengah marah kepadaku.
Lucu sekali.
Aku tertawa kecil dan segera menghampirinya yang malah asik berdiri menatapku dari kejauhan.
"Maafkan aku, Sooyoung~ah," ucapku dengan tulus.
Aku segera memeluknya.
Dan ternyata sebesar apapun rasa kesalnya kepadaku, dia tetap membalas pelukanku.
"Tapi dua minggu itu terlalu lama!"
Aku semakin tertawa, "tapi sekarang aku sudah di hadapanmu."
Aku perlahan mengendorkan pelukanku, namun dia malah kembali mengeratkannya.
"Bodoh!"
"Jangan dilepas dulu!"
"Aku masih merindukanmu!"
Lagi - lagi senyuman terbentuk di wajahku. Aku memeluknya lebih erat.
"Bagaimana kabarmu?" tanyannya.
"Ah jangan dijawab, Yeji bilang telah hampir satu minggu kau mengurung dirimu," selanya tak membiarkanku menjawab pertanyaannya.
Ya, setelah kejadian Joohyun yang mendatangi rumahku.
Aku mengurung diriku sendiri. Aku tak ingin bertemu dengan siapapun.
Sampai aku ingat bahwa Sooyoung masih di sana, belum mengetahui kepulanganku.
Sepertinya dia satu - satunya orang yang bisa menghiburku sekarang.
Keluargaku begitu tega padaku, meraka benar - benar membiarkanku bertemu dengan Seungwan dan Joohyun.
"Kau tak baik - baik saja, sudahlah aku tahu," ujarnya.
Aku harusnya kesal dia berbicara seperti itu, namun aku malah tertawa lagi membayangkan wajah datarnya yang malah meledekku.
"Kau memanggilku karena kau membutuhkan hiburan, 'kan?" tanyanya.
"Aku memanggilmu karena aku merindukanmu, Sooyoung~ah," balasku.
"Kalau kau merindukanku seharusnya kau bilang sedari awal kedatanganmu!" lagi - lagi ucapannya terdengar sebal kepadaku.
"Aku ingin menenangkan diriku dulu—"
"Dengan bertemu dengan Seungwan dan Joohyun unnie?" tukasnya memotong ucapanku.
Aku menghela napasku, "aku tak pernah meminta untuk bertemu dengan mereka."
"Aku—"
"Ya, aku sudah tahu, Seulgi~ah," Sooyoung lagi - lagi memotong ucapanku.
"Kedua orang tuamu yang melakukannya."
Aku mengerucutkan bibirku.
"Lalu mengapa kau malah sebal padaku?"
"Kau tak kasihan kepadaku yang bahkan harus mengurung diriku sendiri?"
"Aku kasihan kepadamu! Karena itu aku langsung berangkat ke sini dan membuatku harus bolos bekerja!" ujarnya.
"Ini hari Senin, pabo~ya," dia memukul punggungku dengan tangannya.
Aku sedikit meringis dan mengingat ternyata ini memang hari Senin. Hari sibuk untuk bekerja. Namun, aku memintanya datang kemari di pagi hari.
"Ehehe, mianhae."
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone You Loved ✓
Fanfiction[Heather Sequel] i was getting kinda used to being someone you loved. Someone You Loved cr 2021 saturnmoon_SR.