Waktu - Ajeng

4 1 0
                                    

Bandung, 5 September. Pukul 07.20.

"AAAAA, AKU TELAT!" Seorang gadis berambut panjang tergerai indah menyambar tasnya setelah bersiap-siap. Mencomot sepotong roti yang telah di siapkan ibunya, kemudian bergegas pergi ke sekolah.

"Aku pergi ya Bu¹, awas telat ke kantornya!"

(Krisar : ¹ seharusnya = "Aku pergi, ya, Bu¹. Awas telat ke kantornya!")

"Hey! Sarapan yang bener dulu!"

"Udah telat, bye-bye. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, hati-hati."

Namanya, Arshea. Namanya di ambil dari kata sea, yang artinya laut. Gadis yang memiliki sikap percaya diri, analitis, pintar, dan mudah memahami seseorang. Sehingga banyak orang yang menyukai nya dan memilih dia menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok. Selebihnya silahkan cek di gugel wkwk.

Arshea memberhentikan larinya di halte bus, dengan nafas² yang tersengal-sengal. Lalu ia menunggu lampu lalu lintas berganti menjadi warna merah, mengistirahatkan tubuh nya³ dengan duduk di kursi yang ada di halte. Melihat mobil, motor, dan orang-orang berlalu-lalang yang mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Arshea melirik jam tangannya, pukul 07.30.

(Krisar² = napas, ³ = tubuhnya)

Lampu lalu lintas berganti, hijau-kuning-merah. Kini Arshea sudah mulai bisa berpindah menuju sisi lainnya. Ia bangkit dari duduknya, namun beralih melihat seorang nenek di samping pemuda misterius dengan hoddie dan juga topinya. Nenek itu mau nyebrang juga, ya? Yang di sebelahnya anaknya apa bukan? Bantu ga, ya? batin Arshea.

Tak berpikir lama, Arshea mulai melangkahkan kakinya menuju sang nenek. "Mau nyeberang bareng, Nek?"

"Ah, boleh. Makasih ya, Neng."

"Sama-sama."

Ia menggenggam tangan nenek itu dan menyebrangkannya dengan hati-hati. Setelah sampai di sebrang, Arshea segera berpamitan dan kembali berlari menuju sekolahnya. "Pamit, duluan, ya, Nek. Hati-hati!"

"Iya neng, terimakasih ya." ucap nenek itu lembut.

"Iya, sama-sama."

Pukul 07.45, gerbang sekolah sudah di tutup. Jika saja Arshea tidak mempercepat laju larinya mungkin ia akan telat dan kena hukuman karna terlambat.

"Lama banget kamu. Untung ga telat." komentar seseorang bernama Lea, sahabat Arshea.

"Telat bangun, biasa atuh," ucap Arshea sambil menarik kursi bangkunya. Lea duduk di samping Arshea. Ia menopang dagunya dan menoleh menghadap Arshea.

"Padahal tinggal naek ojek lho, biar ga telat," ujarnya sambil memperhatikan Arshea yang masih mengatur nafasnya.

"Males. Lagian harus nyari dulu. Lama. Mending lari, gak jauh ini," jelasnya. Rumah Arshea memang tidak terlalu jauh dari sekolahan, sekitar 30 menit sampai di sekolah dengan berjalan kaki. Menurutnya, sekalian menghirup udara segar Bandung yang belum tercampur polusi kendaraan.

"Iya juga sih, tapikan lebih cepet."

"Iya-iya, terserah deh. Udah, Ssst! Gurunya masuk," ucap Arshea mengakhiri percakapan. Guru bahasa sekaligus wali kelas masuk dengan seorang siswa yang memakai topi berwarna hitam di belakangnya. kayak pemuda tadi deh, batinnya, namun ia segera menepis pikiran itu karna topi warna hitam kan ga cuman satu.

"Hari ini kita kedatangan siswa baru, pindahan dari Jakarta. Silahkan kamu, perkenalkan diri, sebelumnya tolong buka dulu topinya ya." Bu Guru berucap.

Bukan Kepala Yang Kehilangan TubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang