Mantan Sebangku - Elvina

5 0 0
                                    

*_~> TugasMiCasa_*

*_~> Berjumlah700Kata_*





*_• Mantan Sebangku •_*
_• Elvina Cahyani A •_

Angin sedang asik memainkan rambutnya. Ia menoleh ke arah jendela sembari memejamkan matanya. Samar-samar terdengar senandung kecil dari bibirnya. Lalu tiba-tiba bahunya sedang di tepuk oleh seseorang. Ia menoleh dan ... toel.

Di pipinya saat ini ada sebuah bolpoin yang sedang mendarat, lalu suara cempreng itu mulai terdengar.

"Ngelamun mulu. Itu tuh materi di dengerin bukan di anggurin. Ahh dasar, pantas aja nilaimu bobrok semua tuh. Untung ada aku yang bisa bantu, jadi kamu tuh harus sering-sering traktir aku biar bisa jadi anak yang baik."

Saat ini ia mulai membentuk sebuah garis senyum, walaupun terlihat sangat kentara kalau itu hanya senyuman paksa, "Ehh maaf apa?? Aku nggak salah dengar kan? Aku? Traktir kamu? Ohh hahaha no way ... Haha nggak deh, mending uangku aku tabung buat beli komik baru."

Setelah menjawab seperti itu, dia tersenyum licik, "Ohh nggak ingat siapa yang selalu bantuin setiap ada pr segudang? Ohh nggak ingat siapa yang selalu kasih lihat catatan untuk rumus-rumus yang katamu laknat dan menyiksa? Ohhh nggak ingat siapa yang selalu baik hati memberikan contekan saat kamu udah pusing 7 keliling? Ohh nggak ingat yaa ... Duhh kasihan ... Habis kebentur apa kepalamu kok bisa sampai lupa ingatan ginii~"

Kerutan alisnya mulai terlihat, ia melayangkan tangannya untuk memukuli tubuh makhluk abstrak di sampingnya. Terlihat sang makhluk abstrak itu dengan sigap menghindar dan terjadilah pertunjukan yang selalu terjadi di bangku mereka.

Brakk! Brakk!

Papan tulis bergetar. Mereka berdua dengan cepat menoleh ke arah depan dan telah di sambut oleh lirikan mematikan dari guru mereka.

"Hei! Kalian berdua ini! Ini tadi materi yang saya jelaskan sudah pada masuk ke dalam kepala belum? Kok sudah pada asik aja sendiri kalian ini, seakan dunia ini hanya milik kalian berdua aja. Ini masih jam pelajaran ya! Kok kalian berani-beraninya main mesra-mesraan di waktu pelajaran sama di depan saya hahh?! Mau saya halalin aja di sini sekalian?!"

"Hahaahahaa, iya pakkk, halalin aja pakk!!" teriak salah satu siswa yang membuat suasana semakin panas.

"Iya pakk! Mereka tuh udah kebiasaan pamer kemesraan pakk!!"

"Taukk tuhh pakk!! Sukanya ribut terus tuh, dasar pasutri, sukanya saling pukul-pukul mesra dechh~"

"Hahaha! Iya! Bener banget tuh!"

"Iya-iya setuju dahh!!"

"Maklum lahh pakk, namanya juga calon pasutri. Pasti bawaannya pengen mezra-mezraan muluu! Betul nggak guys???"

Telinga dan pipinya memerah. Mereka berdua masih berusaha mencari cara untuk meredam suasana panas ini. Tapi sepertinya, otak mereka masih loading satu sama lain.

"Jadi yang bener yang mana ini?? Calon pasutri atau sudah jadi pasutri??" tanya pak guru yang menambah suasana riuh di kelas.

Brakk! Sepertinya ia sudah tak tahan lagi. Ia dengan cepat berdiri dan membantah semua itu, "E-Enggak pak! Itu semua nggak bener pak!! K-Kita nggak seperti itu pakk!! Tolong percaya dehh pakk, pleasee!!"

Para siswa dan siswi saling menepukkan telapak tangan mereka. Suara riuh di kelas semakin menjadi-jadi. Sorakan demi sorakan memenuhi seisi kelas, membuat kelas sebelah jadi penasaran dan akhirnya mengintip dari balik jendela.

"Sudah! Sudah! Kalian ini malah ramai kayak gini. Kita lanjutin materi ta-"

"Heii! Kalian pada ngapain di situ?! Ayokk bubar!! Bubar!! Ngapain pada berkumpul jadi satu begitu?! Ayok kembali ke kelas kalian masing-masing!!"

Seisi kelas menertawakan siswa-siswi kelas sebelah yang di bubarkan oleh pak guru. Lalu salah satu siswi menoleh ke arah bangku mereka dan tersenyum simpul, "Ciee, ciee ... Sepasang suami istri bangku pojok ini memang selalu heboh dan penuh keabsurtan yakk! Hahaha ngakak banget aku lihat ekspresimu yang sekarang, Lun!"

"A-A-Apaan sihh Berr!!!" teriaknya dengan wajah yang merah padam.

Sedangkan makhluk absrtrak di sebelahnya hanya terdiam sembari menopang dagu. Ia lalu duduk sembari memelototi temannya yang tadi menggodanya, namun tiba-tiba pandangannya mengarah menuju ke telinga makhluk abstrak itu. Sangat jelas sekali bahwa telinganya sudah berubah menjadi semerah kepiting rebus.

Terbersit sesuatu di dalam hati kecilnya, "W-Wahh ... Telinganya benar-benar merah ... J-Jadi beneran malu?? I-Iya sih, siapa sih yang nggak malu kalau digituin?? Tapi ini kan gara-gara dia! Huhh jadi kena lagi deh aku...."

Pak guru datang dan kembali melanjutkan materinya. Tiba-tiba makhluk abstrak itu menoleh sembari tersenyum puas.

"Kena dehh~" ucapnya lirih.

Hanya dengan sebuah tatapan dan senyuman menyebalkan darinya, mampu membuat jantung Luna bekerja dengan cepat dan itu sangat-sangat menyiksanya.

Bukan Kepala Yang Kehilangan TubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang