Si pocong dan Corona

70 19 2
                                    

A story by : SonaP5024 

Suatu hari, Dimas dan Arga sedang merencanakan satu kegiatan saat liburan, yaitu makan-makan bersama teman-teman lainnya, tetapi hal itu dibatalkan karena datangnya corona. Beberapa temannya juga tidak bisa keluar rumah sejak saat itu. Dimas dan Arga yang merasa sedikit kecewa memiliki sebuah rencana.

Tiba-tiba di siang bolong, Arga menelponnya. "Hallo, Di. Lu lagi sibuk, gak?" tanya Arga di teleponnya.

"Nggak sih. Ada apaan?" tanya Dimas balik.

"Boleh gak ketemuan sama lu? Sebentar doang," pinta Arga.

"Elah, orang lagi pada isolasi diri, lu malah keluar-keluar. Ada apaan, sih emang? Penting banget?!" ujar Dimas sedikit membentak.

"Sebentar doang, pleeaaaaseee," rengek Arga di seberang telepon. "Iya deh, mau ketemuan di mana??" Akhirnya Dimas menuruti permintaan Arga.

"Biasalah, di tempat sana. Yaudah, ya gue tunggu," ucap Arga mematikan teleponnya.

Hufh, ini anak. Mau ngapain lagi? ucap Dimas dalam hati.

Setelah izin dengan ibunya dan membuat alasan palsu, Dimas pun berangkat ke tempat tujuannya. Sudah lama sekali sejak dua minggu dia tidak keluar rumah. Jalanan jadi lumayan sepi untuk saat itu. Banyak gang-gang yang ditutup akibat lockdown. Dimas hanya diam fokus menyetir.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Dimas sampai di tempat tongkrongan biasanya. Sudah ada Arga di sana. "Lu kalo mau ketemuan ngapain di sini, sih? Kenapa gak di rumah lu aja?" tanya Dimas sedikit kesal.

"Hehehe, nanti gue juga diomelin," jawab Arga sambil meminum minumannya.

"Ada apaan?" tanya Dimas memulai pembicaraan.

"Lu mau, gak ikut gue besok malem ke gang Rt Tiga??" tanya Arga sedikit serius.

"Noh, kan. Ujung-ujungnya minta temenin juga. Gak ah! Lagi corona masa keluar-keluar," tolak Dimas.

"Ayolah, Di. Cuma besok doang, kok. Ya?" Kali ini bujukan Arga semakin menjadi.

"Ogah gue! Kalo gak ada yang pengen dibahas, gue pulang ya. Assalamualaikum," ujar Dimas meninggalkan Arga.

Sementara, Arga hanya diam sambil berkata, "Padahal baru mau gue ajak jaga keliling, lu."

Malamnya, sekitar jam delapan, terdapat suara anak-anak menangis ketakutan. Dimas yang kebetulan mendengar langsung keluar, walaupun berdiri di belakang ibunya. "Ada apa, ini mah??" tanya Dimas yang tadi sedang mengerjakan tugas.

"Katanya ada pocong di depan gang Rt Tiga," jawab ibunya. Lah, itu bukannya Arga besok mau ke sana? gumam Dimas dalam hati.

"Kemarin corona, sekarang pocong. Ada-ada aja," ucap ibunya sambil menonton televisi. Dimas hanya terdiam dan masuk lagi ke kamarnya. Apa gue bilang sama Arga aja, ya? gumam Dimas pada dirinya sendiri. Karena tak tahu mau melakukan apa, dia langsung mengerjakan tugasnya lagi yang belun selesai.

*****

Keesokan harinya, Dimas membersihkan halaman depan bersama ibunya. Terdengar ibunya sedang mengobrol dengan ibu-ibu yang baru saja lewat. Bahasan mereka, yah bisa kalian pikir sendiri.

Ternyata, Si Pocong itu sudah bertengger selama lima hari ini. Dimas yang teringat akan rencananya langsung buru-buru membersihkan halaman dan meminta izin pada ibunya mandi duluan. Setelah mandi, dia langsung mengambil hapenya dan menelpon Arga.

"Hallo, Di. Ada apaan?" tanya Arga dari sana dengan suara yang ditebak baru bangun dari tidurnya. "Rumah lu di Rt tiga, bukan?" tanya Dimas.

"Iya, emang kenapa, Di??" tanya Arga lagi.

"Kata tetangga gue, di depan gangnya ada pocong. Bener, gak?" tanya Dimas memastikan.

"Nggak, ah. Kemaren gue lewat sana jam sebelas malem gak ada apa-apaan," jawab Arga. "Oh, kirain. Gue juga ragu, sih. Soalnya yang ngeliat itu anak-anak soalnya, siapa tau aja mereka bohong," ujar Dimas.

"Ada lagi yang pengen diomongin, gak??" tanya Arga setelah beberapa saat terdiam.

"Gak, sih. Makasih infonya ya," jawab Dimas menutup teleponnya.

Malam harinya, tiba-tiba ibunya menghampiri. "Dimas, bisa gak bawain ini ke bu Hari??" tanya ibunya sambil menunjukkan box.

"Yah, bu. Bu Hari aja rumahnya di Rt Tiga. Jangan Dimas, deh," tolak Dimas beralasan.

"Halah, kamu ini. Sama pocong aja takut. Udah, sana!!" suruh ibunya sambil mendorong Dimas.

Dia yang hanya menggerutu akhirnya pergi juga. Setelah sampai di depan rumah Bu Hari, dia mengetuk pagar dengan pegangan selot penguncinya. Tetapi, tidak ada jawaban dari dalam rumah. "Ada apa, Dimas??" tanya seseorang dari saung yang tidak jauh dari rumah Bu Hari.

"Mau ngasih ini, pak. Bu Harinya ada??" tanya Dimas. "Baru pergi ke rumah ibunya tadi pagi. Paling kayak biasa Di, minggu depan baru pulang." jawab orang itu.

"Oh, yaudah, Pak. Makasih," ujar Dimas pamit. Ternyata, dia lupa lewat jalan mana yang tadi dia lewati. Yang gue inget kan, cuma jalan depan gang Rt tiga. Ada pocongnya kagak, ya? gumam Dimas dalam hati.

Karena tidak ada pilihan lain, dia memilih jalan gang Rt 3 itu. Pada awal-awalnya, jalan itu terlihat biasa saja. Setelah melewati salah satu pohon, Dimas merasa ada yang memerhatikannya dari belakang. Karena saking takut dan penasarannya, dia menoleh ke belakang.

Tiba-tiba, dia melihat pocong sedang melihatnya dengan tajam. "Pppo-ppo.... POCOOOOONG!!!!" Dimas langsung berteriak dan lari sekencang-kencangnya.

Pocong itu tetap mengejarnya, Dimas masih lari tunggang langgan. Ternyata pocong itu melompat dengan sangat cepat. Karena sudah kelelahan, akhirnya Dimas mengambil batu dan menimpuk pocong tersebut. Langsung saja, pocong itu jatuh ke jalan, dan Dimas berlari dengan selamat sampai rumah.

Besok paginya, Dimas langsung mendengar berita dari ibunya bahwa Arga kemarin malam jatuh di gang Rt Tiga. Segera saja, Dimas menelpon Arga. "Hallo, Arga. Lu kenapa?!" Tanya Dimas khawatir.

"Gak usah alesan deh lu, kemaren kan lu yang nimpuk gue sampe jatoh!" teriak Arga dari seberang sana.

"Lah, gue nimpuk pocong, bukan elu!" bantah Dimas yang belum mengetahui aslinya.

"Bego, bat lu. Percaya aja ama anak-anak. Di depan gang itu, cuman pocong-pocongan!" teriak Arga sambil tertawa.

"Bentar, berarti yang gue timpuk semalem itu elu??!!" tanya Dimas.

"Lah iya, Dimas. Orang gue panggil-panggil elu buat temenin gue, malah ditimpukin guenya," jawab Arga.

Dimas hanya menyengir ditempatnya. BEGO AMAT GUE!!

Bukan Kepala Yang Kehilangan TubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang