1

90 11 5
                                    

"Ah, malas sekali rasanya mengikuti kegiatan MPLS. Lagian, ga penting-penting amat tuh. Katanya, cuma disuruh OSIS ini-itu saja." ujar Dara sambil memakai sepatu.

Hari ini ia berangkat menggunakan motornya yang merupakan pemberian dari Mr. Adam, Kepala Divisi Intelijen Muda.
Sedikit cerita, intel dari divisi ini tidak saling mengenal satu sama lain, selama ini mereka dilatih sendiri-sendiri.

"Akhirnya sampai juga. Untung tidak telat." katanya.

Singkat cerita, MPLS pun berlangsung. Tapi, sampai akhir acara Dara masih belum memiliki teman. Ya kalian tahu lah, ia benci keramaian. Kalau bisa memilih, ia lebih ingin berlatih sendiri-sendiri saja di LIN
dibandingkan bersekolah begini. Namun apa boleh buat, tugas sudah memanggil.

Kakak OSIS yang memperhatikan dari jauh pun menghampirinya lalu berkata, "Kok sendirian aja?"
Dara pun kaget dan menjawab "Iya kak, saya tidak suka keramaian."
Kakak OSIS itu pun memperkenalkan diri, "Aku Keisya, biasa dipanggil Kei. Aku kelas 11B, pasti aku jadi temen pertama kamu."
Dara pun menjawab, "Aku Dara. Benar, terimakasih ya sudah mau berkenalan denganku kak."
Keisya menjawab sambil tertawa "Santai aja, gausah terlalu kaku dan baku."
Dara menjawab lagi "Oke kalo gitu, Keisya."

Keisya pun dipanggil oleh rekan OSIS-nya dan berpamitan kepada Dara.
Pulang sekolah, Dara tidak langsung pulang ke rumah. (Sebagai informasi, ia tinggal sendirian di sebuah rumah kecil yang tidak terlalu jauh dari sekolah. Rumah ini adalah sebuah rumah dinas.)

Dara mengunjungi sebuah tempat yang sudah diberitahu oleh Mr. Adam.

Sesampainya di sana, Dara pun menceritakan pengalamannya dan ia juga melaporkan bahwa Pak Jaka sedang sakit dan tidak masuk sekolah. Sehingga, ia belum bisa memulai penyelidikan.

Mr. Adam yang sedikit kecewa menanyakan, "Mengapa kamu tidak tanyakan kepada OSIS, petugas kebersihan, atau siapapun yang ada di sana seperti apa sifatnya, atau apapun yang dapat membantu
penyelidikan kita?"
Dara menjawab, "Maaf, aku tidak terpikirkan akan hal itu, besok aku akan melakukannya."
Mr. Adam menjawab, "Bagus. Aku memilihmu untuk misi ini karena kamu adalah salah satu anak didikku yang terbaik. Jangan kecewakan aku."
Dara menjawab, "Baik. Ngomong-ngomong di mana kamu menemukanku sewaktu aku bayi? Apakah aku ditelantarkan oleh orangtuaku atau bagaimana? Aku jadi penasaran."
Mr. Adam menjawab, "Waktuku tidak banyak Dara, kita akan bicarakan ini lain kali, atau kalau kau ingin mencari tahu sendiri juga tidak apa-apa. Asalkan hal ini tidak mengganggu penyelidikan"
Dara menjawab, "Baik, aku akan pulang sekarang. Sampai jumpa."
Mr. Adam menjawab, "Hati-hati."

Mr. Adam POV:
Dara. Ah, dia itu sudah seperti anakku sendiri. Sedari kecil aku melatihnya dan melihat perkembangannya. Aku jadi merasa bersalah tidak memberitahu latar belakangnya. Ingin sekali aku memberitahu. Namun, aku takut ia belum siap mendengar kisahnya.

.
Hai semua, maaf ya kalo ceritanya agak garing hehehe. Ini pertama kalinya aku nulis genre ini. Jangan lupa votenya ya. Terimakasih semua!

Dara (END!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang