15

34 6 3
                                    

Keesokan harinya, Dara akan mengunjungi kakak dari Mr. Adam yang bernama Tina. Dia adalah seorang dokter kandungan di Bonn. Dara akan menemui Tina saat jam istirahat.

Setelah sarapan, Frank menjemput Dara untuk berkeliling kota. Dara pun memutuskan untuk mengunjungi Kunstmuseum Bonn bersama Frank.

Tak terasa sudah jam setengah dua belas, Dara pun pergi ke tempat Tina membuka praktik. Dara pun turun dari mobil lalu berterimakasih kepada Frank. Setelah itu, Dara masuk ke tempat praktik.

Di sana, ia disapa oleh seorang sekretaris di sana dan sekretaris tersebut menanyakan apakah ia memerlukan bantuan. Dara pun menjelaskan kunjungannya kepada Tina pada jam istirahat. Sekretaris tersebut menyuruh Dara untuk menunggu dan memberitahu Dara bahwa Tina masih memeriksa satu pasien lagi. Dara pun berterima kasih kepada sekretaris tersebut.

Beberapa menit kemudian.
Tina: Permisi, apakah benar kamu Dara?
Dara: Benar bu.
Tina: Nama saya Tina. Jangan panggil saya bu, ya? Panggil saja Tina.
Dara: Baik, Tina. Maaf untuk itu.
Tina: Tidak apa-apa.
Tina: Dara, kita makan siang bersama ya?
Tina: Nanti saya akan ceritakan semuanya.
Dara: Boleh.
Tina: Baiklah, ayo ikut ke mobil!
Dara: Baiklah.

Di perjalanan, mereka mengobrol bersama. Mereka membahas tentang pekerjaan, kehidupan di Jerman, kehidupan di Indonesia, hingga Keisya.
Tina menanyakan kabar Keisya, perkembangannya di sekolah, dan lain-lain kepada Dara.
Tina juga menanyakan misi apa yang Dara sedang jalani sekarang. Dara dengan senang hati bercerita kepada Tina tentang hal itu, karena Mr. Adam menyuruh Dara untuk menceritakan hal tersebut jika Tina bertanya.

Mereka pun sampai di sebuah restoran. Tina dan Dara pun makan bersama. Setelah selesai makan, Tina pun mulai bercerita tentang asal-usul dari keluarga Dara, bagaimana Dara dilahirkan, ke mana perginya orangtua Dara, dan masih banyak lagi.

Dara pun menahan air matanya selama mendengarkan cerita tersebut. Ia tidak percaya atas cerita ini.

Setelah mendengarkan cerita tersebut, Dara pun berpamitan kepada Tina dan berjalan keluar dari restoran. Tina memanggilnya dan mengajaknya untuk kembali ke Hotel XXX. Namun, Dara meneruskan langkahnya tanpa mempedulikan Tina. Ia tahu ia salah karena bersikap seperti itu kepada Tina. Tapi, ia hanya ingin sendirian sekarang. Ia terus berjalan meskipun ia tidak tahu kemana ia pergi.

Setelah 20 menit berjalan, ia pun sampai di sebuah taman. Taman yang sangat indah. Taman tersebut bernama Freizeitpark Rheinaue. Dara pun memutuskan untuk duduk setelah lelah berjalan di bawah sinar matahari, lalu ia menangis. Setelah bertahun-tahun ia tidak menangis, akhirnya dia menangis. Perasaan Dara sangat bercampur aduk pada saat itu. Sedih, senang, bingung, kecewa, bercampur menjadi satu. Orang-orang yang ada di sana hanya berjalan melewati Dara, tidak ada yang peduli kepadanya.

Setelah beberapa menit menangis, cahaya matahari yang awalnya menyinari Dara tertutup. Ia pun terkejut karena muncul bayangan seorang laki-laki. Dara pun memberanikan diri untuk menengok ke atas siapakah orang tersebut.
"Dara, kok kamu bisa ada di Bonn? Terus ngapain nangis di tengah taman begini?" tanya seorang laki-laki yang cukup familiar baginya.

Dara terkejut karena laki-laki itu adalah Rico, sahabat terdekat Tristan di sekolah.
Dara pun cepat-cepat mengelap air matanya.

"Kak Rico? Ngapain juga di sini?" tanya Dara balik.

Rico: Ayahku kerja di Bonn, Dar.
Rico: Jadi, setiap liburan sekolah aku pergi ke sini mengunjungi ayah.
Rico: Ayahku kerja di Bonn sejak aku kecil.
Rico: Bahkan, aku sempet tinggal di sini beberapa tahun.
Dara: Ah begitu ya kak.
Rico: Gausah pake kak, Rico aja.
Dara: Oke.
Rico: Kalo kamu?
Rico: Kamu ngapain ke sini?
Dara: Panjang ceritanya.
Rico: Gapapa, feel free kalo mau cerita.
Rico: Aku dengerin kok.
Dara: Beneran?
Dara: Jadi gini, selama ini aku tinggal sama seseorang yang bukan keluarga aku, tapi dia orang yang deket sama keluarga aku.
Dara: Nah, aku penasaran orangtua aku siapa.
Dara: Dari dulu aku nanya selalu dijawab nanti aja belum waktunya.
Dara: Akhirnya, waktu bagi rapor aku nanya lagi, orangtua aku siapa?
Dara: Dia ngirim aku ke Bonn, katanya disuruh ketemu sama kakaknya.
Dara: Tadi aku ketemu sama kakaknya, terus kita makan siang bareng di sebuah restoran.
Dara: Dia nyeritain semuanya tentang aku, keluarga aku.
Dara: Tapi maaf, aku gabisa kasitau tentang keluarga aku sekarang.
Dara: Perasaan aku campur aduk pas denger.
Dara: Sedih, seneng, bingung, nyampur jadi satu.
Dara: Aku pamit terus jalan gatau kemana sambil mikirin hal tadi.
Dara: Terus aku nemu taman ini.
Dara: Kebetulan aku juga udah cape, jadi aku duduk di sini.
Dara: Terus nangis deh.
Dara: Terus ada kamu deh dateng.
Rico: Ah, gitu ceritanya.
Rico: Gapapa Dar, aku gausah tau gapapa.
Rico: Aku ngerti kok.
Rico: Bentar, tunggu 5 menit.
Dara: Mau ke mana?
Rico: Tunggu aja.

Beberapa menit kemudian, Rico datang membawa dua cone es krim.
Rico: Ini buat kamu, lagi panas gini makan es krim cocok mantap.
Dara: Ah makasih ya Rico, ngerepotin.
Rico: Gapapa kok, jangan sedih ya.
Dara: Iya.
Rico: Jalan-jalan, yuk?
Rico: Biar ga sedih.
Rico: Kita keliling Bonn aja yuk, nanti kalo nemu tempat menarik, kita turun.
Rico: Kalo kamu mau kita juga bisa keluar Bonn.
Dara: Rico, makasih banget tapi ngga dulu deh, ngerepotin.
Rico: Ayo dong Dar, plis.
Rico: Biar kamu ga sedih.
Rico: Kamu ga secantik biasanya kalo sedih.

"Ah, kata-katanya barusan bikin aku baper deh." kata Dara.

Dara: Oke kalo gitu, yuk.
Rico: Yey, ayo ke parkiran.
Rico: Aku bawa mobil.

Hallo semuanya. Maaf kalo ceritanya aneh:( Jangan lupa votenya. Makasih banyak.

Dara (END!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang