"Lo serius mau jadiin dia cowok lo? Lo beneran masih sadar kan Dy?" Rindy sedang menikmati es campur bersama Vina dan juga beberapa teman sekelasnya termasuk Devi. Ada jam kosong karena guru fisika yang seharusnya mengajar siang ini, sedang sakit, jadilah para murid-murid menghambur kesegala penjuru sekolah termasuk pagar belakang tempat abang es campur langganan Rindy cs nongkrong.
Rindy mengambil kembali foto Alan yang dia dapatkan dari memprint hasil perolehannya di Google dari tangan Vina.
"Emang kenapa? Masa lo ngga mau punya cowok ganteng begini?" Rindy sewot waktu teman-temannya meragukan dirinya untuk mendapatkan Alan.
"Ganteng sih dia." Vina mengambil kembali kertas itu dari tangan Rindy dan memandang wajah Alan disana sekali lagi. "Tapi dia tua Arindy. Umurnya 28 dan lo baru mau 17. Sebelas tahuuuun...."tambahnya dengan gaya yang dilebih-lebihkan.
"Gue ngga peduli. Yang penting gue suka."
"Lo lupa ya? Waktu dulu Nunu naksir sama guru magang, yang sekarang udah jadi guru bahasa inggris kita. Kan waktu itu kita udah sepakat bahwa ngga akan naksir yang jauh lebih tua dari kita." Nunu yang disebut-sebut namanya langsung mengangguk penuh semangat.
"Ingat Dy, yang dulu pernah lo bilang sama gue. Jangan ada keriput diantara kita kan?" tambah Nunu mengembalikan kata-kata Rindy padanya dulu.
"Tapi kan Alan ngga punya keriput sama kayak Pak Deni itu. Lagian, waktu itu kan kita bikin kesepakatan itu karena hampir satu kelas naksir sama dia. Kita bikin kesepakatan itu kan supaya ngga ada perebutan," bukan Rindy namanya kalo dia ngga ngotot sama kemauannya.
"Tetep aja dia tua. Lagian, mana mau dia sama lo Dy?"
"Dia pasti mau sama gue. Cepet atau lambat. Gue pasti bisa dapetin dia." Rindy mengatakannya lebih untuk dirinya sendiri.
"Ada bagusnya juga sih lo naksir Alan. Lo jadi ngga perlu nempel sama Rion lagi," Vina tersenyum dengan sangat lebar membayangkan sesuatu. Dia memang naksir berat sama Rion. Cowok populer itu memang terkenal sulit didekati. Dia terlalu cuek pada cewek-cewek yang berusaha mendekatinya. Membuat mereka hanya bisa berpuas hati dengan melihat Rion yang berkeliaran tanpa bisa tersentuh oleh mereka.
"Ngga bisa. Rion tetap sama gue." senyum itu seketika hilang digantikan oleh monyong lima sentinya mendengar jawaban Rindy. Salah satu kendala dalam mendapatkan Rion juga adalah juara umum disekolah ini, Mereka selalu bersama seperti sepasang sendal jepit.
"Lo serakah banget sih. Cowok keren mau lo borong semua."
***
Rindy POVRion memandangku dari atas sampai bawah. Seperti biasa, dia masuk kekamarku tanpa ada tanda dan kapanpun dia mau. Aku sedang siap-siap untuk melancarkan misiku sore ini waktu Rion nongol dari pintu sambil membawa kripik kentang kesukaannya.
"Mau kemana lo?" tanyanya, tangan jahilnya menarik-narik rok selutut yang kupakai.
"Gue mau kencan." aku memang mau kencan hari ini. Jangan tanya sama siapa.
"Masa? Emang ada yang mau kencan sama lo?" tuh kan, mulutnya emang ngeselin ini orang.
"Ntar gue kasi liat foto bukti bahwa gue kencan hari ini." aku membuka kotak make up yang sangat jarang kugunakan. Meraih bedak padat dan menyapukannya diwajahku. Rion memperhatikanku dari belakang sambil mengunyah kripiknya dengan ribut.
"Gue ikut ya. Suntuk nih," ini salah satu penyebab aku selalu gagal dalam hal percintaan. Rion selalu jadi pengganggu nomor satu. Mana mungkin ada cowok yang mau denganku yang tiap datang janjian selalu bersama Rion yang menempel padaku dan menugaskan dirinya jadi tim penilai. Dia selalu mengomentari setiap gerak-gerik cowok yang kencan denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Can I? (Silver Moon series)
RomantikBagaimana rasanya bila kamu terus ditolak dan ditolak? Segala usaha sudah kamu lakukan untuk melunakkan hatinya. Dia mencintaimu dan kamu tahu itu. Tapi dia masih menolakmu. Apa aku harus menyerah? Aku berharap bisa membencimu...kamu tau itu? Arind...