Alan POV
"Ngga usah nyari kata-kata aman buat ngelindungin diri lo." atas kabar mendadak dari Zevan, aku dan Andra segera meluncur ke alamat yang dia sebutkan melalui pesan singkat. Ternyata rumah Nino. Aku sebenarnya masih belum mengerti dengan apa maksud kami kemari sebenarnya.
Nino melempar sebuah album foto pada Zevan dan aku penasaran dengan isi didalamnya. Disana ada foto pernikahan. Dan yang ada didalam foto itu adalah sahabat bule kami yang cuma bisa tersenyum tipis menjawab tatapan tanyaku dan juga Zevan.
"Lo? Kawin? Anak?" tanyaku membeo. Aku ngga percaya anak kecil yang ada didalam foto ini anaknya Nino, tapi dia mereka terlihat mirip.
"Kok lo ngga ngundang kita sih?" Andra mengambil album itu dari tanganku.
"Gue baru tiba seminggu disana waktu keluarga gue nyiapin semuanya. Sorry..." Nino terlihat bingung harus menjelaskannya dari mana.
"Anak lo? Masa dia lahir langsung umur 5 taun?" Zevan benar-benar mulai tidak sabar dengan penjelasan singkat darinya.
"Dia emang anak gue." ucapannya masih belum bisa membuatku yakin, begitu juga dengan Zevan dan Andra.
"Maksud lo...lo sama istri lo..begitu? Dan akhirnya begini?" pertanyaan spontanku sukses membuatku mendapat tatapan kesal dari ketiganya.
"Lo ngga usah bego begitu lah Lan. Kaya ngga pernah ngelakuinnya aja, kebetulan Nino emang beruntung. Dia dapat bonusnya duluan." Andra membuatku terdiam dengan kata-katanya. Aku teringat rindy yang sudah berhasil membuatku meninggalkan dunia malam karena kehadiran dan telepon-telepon tiap malamnya. Tentu semua itu sebelum aku mengambil keputusan yang kusesali sekarang.
"Gue baru tau punya anak setelah dia hampir berumur lima tahun. Karena gue emang pisah dari Nessa. Dia ngebesarin Vasa sendirian tanpa gue tau dan berusaha untuk ngerahasiainnya dari gue." kami mengerti maksud Nino. "Gue mulai berusaha lagi buat ngedapetin mereka dan kalian liat sekarang? Gue berhasil."
"Bukannya Dara?" Andra keceplosan. Membuat Zevan seperti api yang baru disiram bensin.
"Ada apa sama Dara? Kok bawa-bawa bini gue?" protesnya langsung. Aku memang sudah menduga ada sesuatu yang Nino coba simpan, dan itu mengenai Dara.
"Gue emang sempat suka sama Dara. Dan itu terjadi sudah sangat lama." seorang Nino yang biasa tenang terlihat gugup dibawah tatapan Zevan. "Gue udah berusaha melupakannya dan ngga berhasil saat akhirnya muncul Nessa dan gue jadiin dia pengalihan bagi gue."
"Lo berhasil kan?" diluar dugaanku, Zevan lebih tenang dalam mendengarkan penjelasannya.
"Sangat berhasil. Gue ngelupain Dara dan jatuh cinta sama Nessa. Sayangnya gue terlambat karena dia udah pergi." ada raut lega di wajah Zevan.
"Apa kepergian dia yang lo sebut-sebut malam waktu lo mabuk dulu?" Nino mengangguk. Perhatianku langsung teralih waktu melihat sosok yang sangat kukenali dibawah sana. Aku sudah tidak begitu mendengar cerita Nino lagi sampai dia mengatakan bahwa dia merasa kacau saat kehilangan Nessa.
"Lo nangis ngga waktu kehilangan dia?" pertanyaanku mungkin terdengar aneh ditelinga mereka bertiga. Aku serius saat menanyakannya. Seandainya bisa, aku mau menangis dan berteriak sekeras-kerasnya biar sesak ini hilang dan penyesalan yang sudah menyiksaku selama bertahun-tahun ini berkurang walau cuma setitik.
"Gue ngga nangis waktu kehilangan dia, tapi gue nangis justru waktu berusaha ngedapetin dia. Rasanya beneran luar biasa Lan," apa aku akan sanggup meninggalkan semua yang sudah kujalani sekarang dan berbalik untukengejar kebahagiaanku yang sebenarnya? Aku sudah melangkah sejauh ini walau jalan yang sudah kutempuh penuh duri dan berbatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Can I? (Silver Moon series)
RomanceBagaimana rasanya bila kamu terus ditolak dan ditolak? Segala usaha sudah kamu lakukan untuk melunakkan hatinya. Dia mencintaimu dan kamu tahu itu. Tapi dia masih menolakmu. Apa aku harus menyerah? Aku berharap bisa membencimu...kamu tau itu? Arind...