"Sampai kapan kamu mau main-main Alan?" entah kenapa bermain bola dengan Rafael terlihat sangat menarik sore ini, Alan bersiap berdiri dari duduknya dan menghampiri keponakannya yang sedang bermain sendiri sebelum mamahnya menghentak meja untuk menahannya.
"Aku masih punya waktu beberapa bulan lagi kan Mah?" karena absen dari pesta minggu lalu, hari ini Alan sengaja diminta datang kerumah orangtuanya.
"Jangan menjawab pertanyaan mamah dengan pertanyaan. Tahun ini yang dimaksud itu buat pernikahan. Sebelumnya, mamah sudah harus ketemu sama calon mantu mamah." Alan mengacak-acak rambutnya dengan gusar, merusak tatanan rambut rapinya.
"Makanya, kalo diminta nyari wanita itu ya beneran dicari. Jangan cuman ditidurin doang," celetuk Mike yang baru datang dari dalam bersama istrinya, Tiffany, yang menghidangkan minuman serta makanan ringan untuk mereka.
"Sialan lo ngeledek gue bang." protes Alan sambil memandang istri kakaknya sambil mengedipkan matanya genit, berusaha menggoda kakaknya. "Hari ini kamu cantik Tiff. Seperti biasanya." Tiffany adalah kakak kelas incaran Alan dulu semasa SMA dan ternyata malah berhasil didapatkan oleh kakaknya sendiri.
"Sayang, kamu bawa Rafael ke dalam gih. Ada buaya disini, jangan sampai kena gigit lho.." Mike menimpuk kepala Alan dengan bantal sofa.
"Mamah serius Alan, kamu jangan coba mengalihkan pembicaraan." dengan penuh kemenangan Mike memberikan senyum mengejek pada adiknya.
"Alan masih ketemu wanita yang sesuai buat Alan Mah. Mamah pikir gampang nemuin wanita yang tepat?"
"Makanya, Mamah bantu kamu buat nyari. Mamah punya banyak kenalan, sayang." Alan menggeleng.
"Tepat buat aku bukan berarti pas dihati Mah. Aku ngga mau menghabiskan hidupku sama wanita yang ngga aku mau."
"Lo mesti ngertiin mamah juga Lan. Jangan cuma mikirin diri lo sendiri. Serahin lah semua sama Mamah," waktu mengatakannya, ada keseriusan yang terlihat diwajah Mike yang biasanya selalu terlihat jahil. Seperti ada yang berusaha dia sampaikan, hanya masih belum saatnya dia ungkapkan pada adiknya.
"Wanita manapun yang Alan bawa. Mamah bakal terima?" merasa mulai terpojok, Alan berusaha lebih mengalah. Kalo sudah seperti ini, dia ngga akan mungkin mengalahkan mamah juga kakaknya sekaligus.
"Cari wanita yang sesuai seperti yang kamu bilang. Sesuai untuk berdiri disamping kamu." inilah masalah yang juga menghantui Alan beberapa waktu ini. Sesuai dan layak. Dua kata yang jauh untuk menggambarkan sosok yang ada dalam hatinya. Bukan dari segi apa-apa, hanya masalah umur. Mana mungkin Alan menikahi anak SMA yang baru lulus dan akan memulai dunia perkuliahannya tahun ini?
"Karena yang layak dan sesuai itu terlalu sulit untuk Alan cari selama ini Mah. Alan pikir karena semua yang Alan miliki harus sempurna. Pandangan itu sekarang malah menyulitkan Alan. Apa mungkin Alan bisa membawa wanita seperti itu?"
"Carilah dengan hati kamu, bukan dengan mata. Kami akan menerimanya," seandainya Alan membawa wanita yang dia dapatkan dengan hati itu kehadapan mereka, apa mamah masih akan bisa mengucapkan kalimat yang barusan Alan dengar ini? Dan ini bukan masalah satu pihak saja, Alan masih harus memastikan pihak lainnya juga.
"Kami berharap kamu bisa membawa wanita itu secepatnya. Sebe.." Mike nampak akan melanjutkan kata-katanya, waktu ekor mata Alan menangkap saat tangan mamahnya menahan lengan Mike yang langsung diam sambil menggertakkan giginya rapat.
"Apa yang kalian coba simpan sekarang?" tanya Alan mulai curiga "Jangan coba-coba menyimpan apapun dariku."
"Biarin Mike ngomong. Dia mesti tau Mah," mamah terlihat memucat. Sorot matanya langsung menyiratkan kesedihan, membuat Alan tidak berani memandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Can I? (Silver Moon series)
Roman d'amourBagaimana rasanya bila kamu terus ditolak dan ditolak? Segala usaha sudah kamu lakukan untuk melunakkan hatinya. Dia mencintaimu dan kamu tahu itu. Tapi dia masih menolakmu. Apa aku harus menyerah? Aku berharap bisa membencimu...kamu tau itu? Arind...