Sepeda pink yang sudah sangat lama tidak keluar dari garasi, kini terlihat mengkilap dan sudah siap dipakai oleh pemiliknya. Rindy mengikat rambut panjangnya yang tergerai dan baru dicat dengan warna hitam menggunakan pita pink tanpa lupa mengikat tali sepatu Converse abu-abunya dengan kencang. Rok ketat yang membalut tubuhnya dia naikkan sedikit, memperlihatkan sedikit celana pendek bermotif polka dot kuning yang dia kenakan sebagai daleman. Rindy sudah siap.
Sudah bertahun-tahun Rindy tidak mengayuh benda kesayangannya ini dan ternyata sepedanya ini memang masih nyaman untuk dia gunakan. Keputusan yang tepat untuk Rindy menggunakannya hari ini. Terdengar beberapa teriakan dari orang-orang yang Rindy lewati saat dia berlalu dengan cuek tanpa memperdulikan mereka. Dia terus mengayuh dan mengayuh. Saat ini memorinya seperti kembali ke beberapa tahun yang lalu saat sehabis pulang sekolah dia mengayuh sepedanya untuk pergi ke kantor pengacara yang letaknya cukup jauh dari sekolah hanya untuk mendengar ucapan sinis dari mulut pria yang membuatnya jatuh cinta. Rindy tersenyum mengingat saat-saat itu. Persis seperti sekarang, Rindy melupakan apa yang dinamakan malu demi orang yang memang dia inginkan. Hari ini, dia pasti akan mendapatkan apa yang dia inginkan, persis seperti yang yakini waktu itu. Setelah semua yang terjadi selama ini, Rindy yakin, apa yang akan mereka lalui dimasa mendatang, tidak akan lebih sulit dari sebelumnya. Karena mulai sekarang, dia tidak akan melaluinya sendirian.
Peluh nampak mulai muncul dikening Rindy waktu dia hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari tempat tujuannya. Nampak beberapa mobil sudah memenuhi sekitaran tempat itu dan beberapa orang terlihat memasang muka khawatir sambil melihat ke arah gerbang masuk. Dan seperti yang diperkirakan, apa yang membuat mereka khawatir akhirnya muncul juga. Bukan Rindy namanya kalo tidak membuat kejutan dengan sikap anehnya ini. Dia selalu berhasil membuat orang terpana dengan keajaibannya.
Dengan senyum selebar daun pintu, dia memberhentikan sepedanya ditepian papan kayu yang tersusun membentuk sebuah jembatan putih yang diujungnya terdapat dermaga kecil yang sekarang sudah dihias dengan berbagai jenis bunga berwarna pink yang sangat indah. Semua mata yang ada disana masih terbelalak dengan kejutan yang dia lakukan. Rindy melepaskan pita pink dari rambutnya, menurunkan roknya yang memang pendek sekedar untuk menutupi daleman kuning miliknya dan bersiap dengan kaki dipedal sepeda. Bersiap untuk kembali mengayuh.
Tak ada kata selama beberapa detik. Hanya memandang Rindy, termasuk seseorang yang berdiri diujung sana dengan terpaku beserta mulutnya yang dia biarkan terbuka tanda bahwa dia masih belum menyangka dengan apa yang dilihatnya sekarang. Rindy berhasil kali ini.
"Ehm... Akhirnya yang kita tunggu datang juga."
***
Alan POV
Seseorang tolong bangunkan aku dari mimpi ini!! Sekarang juga! Aku merasa harus menceburkan diriku ke air danau dibawah kakiku ini rasanya. Dia benar-benar melakukannya!! Tolong selamatkan aku dari kegilaan ini!!
Aku merasa punggungku ditepuk pelan oleh Nino yang berdiri dibelakangku, dia menyadarkanku bahwa ini memang bukan mimpi. Dia benar-benar Rindy.
Dia terlihat berbeda hari ini. Aku memang sudah diberitahu olehnya bahwa dia akan mengganti warna rambutnya sebelum acara hari ini. Tapi aku sama sekali ngga menyangka bahwa dia akan secantik ini dengan rambut hitam apalagi ditambah hiasan bunga disana sangat sempurna. Gaun baby pink berbahan renda dan taburan mutiara sangat pas ditubuh Rindy. Tapi dia mengenakan sesuatu yang sangat kontras. Converse dan sepeda pink itu lagi!!!
Dia mendekat. Dengan sepedanya, Rindy terlihat bersemangat menghampiriku. Senyumannya benar-benar cerah hari ini. Kuakui bahwa aku terpukau karenanya. Tapi tidak dengan sepeda itu. Kupastikan, benda pertama yang ada didaftar blacklist rumah baru kami adalah benda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Can I? (Silver Moon series)
RomantikBagaimana rasanya bila kamu terus ditolak dan ditolak? Segala usaha sudah kamu lakukan untuk melunakkan hatinya. Dia mencintaimu dan kamu tahu itu. Tapi dia masih menolakmu. Apa aku harus menyerah? Aku berharap bisa membencimu...kamu tau itu? Arind...