Rindy memandang mobil yang belum pernah dia lihat terparkir dihalaman rumah Rion. Berarti cowok itu sedang ada tamu sekarang. Rindy penasaran siapa yang berkunjung ke rumah Rion dengan menaiki mobil semewah itu. Sifat kepo Rindy kumat lagi. Dia segera masuk ke dalam rumah, masuk ke dalam kamar dan memanjat pagar pembatas balkon. Seperti biasa, pintu kaca kamar Rion ngga pernah dikunci seperti miliknya yang seakan memperbolehkan siapapun memasukinya. Rindy tiba dikamar bernuansa abu-abu milik Rion yang penuh dengan poster pemain basket terkenal dimana-mana.
Rindy berjalan pelan keluar kamar dan berjongkok di anak tangga mencari tahu siapa sebenarnya pemilik mobil itu. Dia melihat ibunya Rion, tante Rachel disana bersama seorang pria dan juga Rion sendiri. Mereka terlihat serius sekali.
"Anda sudah yakin dengan keputusan ini?" samar-samar Rindy masih bisa mendengar percakapan mereka. Rion terlihat menahan perasaannya saat ini, dia sangat menyayangkan ketika mamahnya mengangguk.
Mata Rindy terbelalak lebar waktu pria yang duduk bersama mereka berbalik dan Rindy bisa melihat wajahnya dari samping. Dia masih bisa mengenalinya.
Pria yang berebut boneka dengannya. Apa hubungan dia dengan Rion juga mamahnya? Apa jangan-jangan, pria itu pacar baru tante Rachel yang membuat mereka memutuskan untuk bercerai? Rindy memilih kembali ke kamar Rion untuk menunggu cowok itu kembali daripada dia kepergok sedang mengintip mereka.
"Siapa tadi?" Rindy sangat tidak sabar dan begitu melihat Rion muncul dipintu kamar dan dia langsung menanyainya.
"Pengacara mamah."jawab Rion singkat, membuka lemari pakaian dan mengganti bajunya tanpa malu didepan Rindy. Cewek itu juga sama sekali ngga merasa risih melihat pemandangan punggung telanjang sahabatnya yang sudah sangat sering dia lihat.
"Namanya?" Rion melirik kesal padanya.
"Ardlan Prayudha. Alan" Rindy menggumamkan kembali nama yang baru dia dengar itu sambil mengangguk-angguk.
"Lo kenapa sih? Nyokap gue serius mau cerai, lo malah ngincar pengacaranya. Ngga ada prihatin-prihatinnya sama gue?" Rion menghempaskan tubuhnya disamping Rindy.
"Sorry my boy. Bukan maksud gue. Gue sedih kok denger tante Rachel serius sama niatnya itu." Rindy ikut berbaring, membalikkan tubuhnya dan meletakkan kepalanya dilengan Rion yang terulur.
"Gue bingung Rin," Rindy melihat kesedihan dimata sahabatnya ini. Apa yang bisa dia lakukan demi membuat kesedihan ini hilang dimata coklatnya itu?
"Lo udah coba bicara sama mereka?" Rion mengangguk. Rindy tau, ini adalah keputusan final mereka.
"Lo punya gue kok disini. Gimanapun keadaannya nanti, lo pasti bisa ngelewatin." seperti seorang kakak, Rindy menyapu-nyapukan tangannya ke pipi Rion untuk memberinya kasih sayang supaya cowok itu merasa nyaman.
"Cuma lo kok yang ngga gue kasih harga buat curhatan-curhatan lo itu." ucapnya sambil tersenyum. Dia tidak menyadari perhatian yang dia berikan ini baru saja menggetarkan hati seseorang. Rion.
***
Rindy POVAku berhasil!! Aku benar-benar mendapatkan nomor telepon pria itu. Sedikit mencuri info dari Rion mungkin termaafkan demi untuk melepas status jomblo abadiku. Aku harus mendapatkan pria itu untukku. Ngga peduli deh umurnya yang terlampau jauh dariku. Aku jatuh cinta pada pandangan kesekian saat pertemuan pertamaku dengannya. Aku baru benar-benar menyadari dia ganteng setengah tobat waktu melihat dia mengaduh karena kakinya kuinjak dan tangannya kucakar. Ada daya tarik sendiri saat itu yang membuatku ngga bisa melupakannya. Wajahnya saat mengerut karena kesakitan kala itu sangat menawan.
Rion masih mandi dan hapenya yang ngganggur diatas mejanya ngga luput dari pandanganku. Dan aku mendapatkan nomor telepon Ardlan Prayudha aka Alan disana. Gimana aku mau menghubunginya nanti, urusan belakangan. Yang penting aku sudah mendapatkannya sekarang. Makasih Rion. Kamu memang paling teledor untuk urusan meletakkan barang. Dan itu sangat kusukai, kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Can I? (Silver Moon series)
RomansaBagaimana rasanya bila kamu terus ditolak dan ditolak? Segala usaha sudah kamu lakukan untuk melunakkan hatinya. Dia mencintaimu dan kamu tahu itu. Tapi dia masih menolakmu. Apa aku harus menyerah? Aku berharap bisa membencimu...kamu tau itu? Arind...