Rion POV
Flashback
Mimi, asistenku, melambaikan ponselku yang dia pegang ke arahku. Masih ada satu sesi pemotretan lagi yang harus kuselesaikan. Aku mau menyelesaikan secepatnya biar bisa beristirahat untuk 2 hari kedepan. Kugelengkan kepalaku pada Mimi, dia pasti mengerti aku mau dia menungguku untuk menjawab telpon itu.
"Rion!!!" dia malah berteriak. Siapa sih yang menelpon? Membuat aku harus meminta maaf pada para kru dan segera menghampirinya.
"Siapa sih? ngga bisa nunggu bentar?" dia langsung menyerahkan ponsel padaku.
"Pak Wisnu. Udah 5 kali," dia kenapa lagi sekarang? Kenapa sampai Papinya menelponku sebanyak ini?
"Rion, kamu dimana?" suaranya terdengar serak. "Rindy. Dari tadi siang dia belum pulang dan tidak ada kabar sama sekali."
"Rion coba cari dia diperpustakaan kampus Om," aku langsung berlari keluar lokasi menuju lapangan parkir dan langsung memacu mobilku secepatnya menuju kampus Rindy.
Hanya dalam 20 menit, aku tiba di kampus Rindy dan langsung berlari menuju bangunan paling pojok di lingkungan kampus ini. Rindy belum pernah sampai semalam ini berada disana dan tanpa kabar kayak begini. Apa terjadi sesuatu padanya? Aku sudah diliputi rasa takut sejak diperjalanan tadi dengan pikiranku mengenainya yang terluka.
Ku buka pintu perpustakaan yang sudah hampir ditutup oleh penjaganya, Pak Darto. Aku menahannya,
"Rindy ada di dalam?" tanyaku dan menghambur masuk. Pak Darto mengikutiku.
"Kalo mba Rindy ada di dalam, ngapain bapak kunci?" kucari tanda-tanda keberadaan Rindy di setiap gang diantara rak buku yang menjulang. Kuperiksa pojok-pojok tempat dia biasa menyimpan dirinya. Nihil.
"Dari tadi siang dia ngga ada kabar. Dimana kamu Dy?" entah untuk yang keberapa kalinya aku mencoba menghubungi Rindy lagi dan harus menerima kekecewaan karena sama sekali tidak mendengar suaranya menjawabku.
"Tadi siang saya lihat dia jalan sama Mba Kayla. Setahu bapak sih, mereka ngga pernah akur kan? Dulu aja pernah jambak-jambakan disini." Rindy sering cerita mengenai Kayla yang selalu bersikap sinis dan mencari masalah dengannya. Rindy memang disukai banyak pria di kampus ini, dan Kayla tidak suka ada pesaingnya yang jauh lebih unggul darinya. Terlebih, saat Robby, mantan kekasihnya yang terang-terangan mengejar Rindy.
"Dev, lo sama Rindy?" mungkin Rindy menginap dirumah Devi, aku berharap tebakanku benar.
"Ngga. Gue ngga sama dia. Tadi siang dia nolak waktu gue ajak pulang bareng. Katanya mau pergi ke satu tempat." jawaban Devi kembali mengecewakanku. Kemana aku harus mencari Rindy?
"Lo tau nomer Kayla yang bisa gue hubungi? Entah kenapa gue mikir Rindy lagi sama dia." Rindy ngga akan pernah cocok dengan wanita yang bernama Kayla. Kenapa dia malah jalan bersamanya?
"Gue ngga tau Rion. Cuma gue tau tempat biasa Kayla dan teman-temannya ngumpul. Siapa tau mereka ada disana. Silver Moon." aku segera menutup telepon supaya bisa sampai disana secepatnya. Aku tau tempat yang disebutkan Devi. Salah satu tempat hiburan malam dikota ini. Tempat itu tertutup untuk sembarang orang, hanya kalangan terbatas yang sudah jadi member disana. Aku pernah beberapa kali kesana bersama teman sesama artis dan menghabiskan waktu break singkat kami disana.
Beruntung aku masih menyimpan kartu memberku didompet, jadi aku bisa langsung masuk kedalam. Kuedarkan pandanganku keseluruh ruangan temaram yang dipenuhi suara musik dan para pengunjung. Aku langsung menuju meja tempat Ryan sedang melayani pelanggannya.
"Hai!! tumben lo kemari sendirian?" sapanya langsung padaku. Aku memang cukup akrab dengan kekasih Devi ini. Aku langsung memperlihatkan foto Rindy yang ada diponselku. Rindy belum pernah kemari seingatku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Can I? (Silver Moon series)
RomantizmBagaimana rasanya bila kamu terus ditolak dan ditolak? Segala usaha sudah kamu lakukan untuk melunakkan hatinya. Dia mencintaimu dan kamu tahu itu. Tapi dia masih menolakmu. Apa aku harus menyerah? Aku berharap bisa membencimu...kamu tau itu? Arind...