"Gue tekanin sekali lagi Alan, gue harap ini akan jadi yang terakhir. Gue mohon Alan, jangan pernah muncul didepan gue lagi." kali ini Rindy berusaha untuk tidak mengencangkan suaranya saat menghadapi pria yang masih menunggunya bahkan saat Rindy berusaha bersembunyi selama hampir 5 jam didalam perpustakaan. Kalo bukan karena dingin yang semakin menusuk sesudah hujan lebat, Rindy baru memutuskan untuk keluar, itupun karena permintaan penjaga perpustakaan yang mau segera pulang.
"Lo ngga perlu sembunyi Arindy. Gue ngga akan memaksa lo untuk menemui gue. Gue cuma mau liat lo." jawab Alan dengan sesantai mungkin, berusaha mengabaikan bahunya yang bergetar menahan dingin yang menusuk tubuhnya setelah hujan yang mengguyur tetap membasahinya walau dia sudah berusaha berteduh.
"Gue ngga tau harus ngomong apa sama lo Lan." Rindy cuma bisa menggeleng pasrah.
Ini bukan kali pertama Alan melakukan hal seperti ini, dia memang selalu bilang ngga akan mengganggu Rindy dan dia membuktikannya. Alan cuma berada disekitar Rindy dan hanya mengamati wanita itu dalam jarak pandangnya. Caranya ini memang tidak mengganggu namun bagi Rindy, yang lebih memilih meneriakinya, cara Alan ini membuat dia diliputi perasaan yang entah harus dia namakan apa.
Setelah kejadian di bioskop, Alan memang tidak muncul sama sekali dihadapan Rindy selama seminggu, namun dihari selanjutnya dia dengan manis menunggu didepan kelas Rindy dan duduk disana, hanya memandang Rindy yang sedang menyelesaikan mata kuliah terakhirnya.
Dua hari kemudian, Alan muncul saat Rindy sedang makan bersama Rion, dia juga ada dimeja sebelah mereka, sedang memakan menu yang persis sama dengan yag Rindy pesan, beruntung hari itu dia tidak memesan menu berbahan ikan.
"Gue sadari ngga akan mudah bagi lo buat maafin gue, makanya sekarang, gue cuma mau berada disekitar lo tanpa maksa lo buat nerima kehadiran gue." Rindy menyadari bahwa sikap Alan yang seperti ini makin membuatnya sadar bahwa pria ini memang sulit dikalahkan.
"Gue tau sekarang gimana perasaan lo, gimana rasanya kalo orang yang ngga lo inginkan terus muncul disekitar lo." selesai mengucapkannya, Rindy kembali masuk ke dalam perpustakaan untuk mengemasi barang-barangnya. Percuma dia kembali bersembunyi.
"Jam segini kamu masih dikampus? Dan kamu ngga bilang ada orang itu disini barusan?" omel Rion begitu dia sampai didepannya. Rindy memang baru saja menelponnya untuk minta dijemput. Wanita itu baru keluar dan Alan sudah tidak ada ditempatnya lagi sejak beberapa menit yang lalu.
"Dia udah balik." terakhir kalinya kedua pria itu bertemu, Rion memang berhenti marah, tapi dia lebih memilih diam, dan itu satu hal yang sangat tidak Rindy sukai dari kekasihnya itu. Rion lebih memilih mendiamkannya dan menyimpan masalahnya sendirian.
"Ayo kita pergi sekarang, kamu ngga lupa rencana kita malam ini kan?" dengan susah payah Rindy mendorong tubuh Rion dari belakang menuju mobil hingga akhirnya berhasil, baru dia bisa bernagas lega.
***
Rion POV
Bagaimanapun aku berusaha untuk tidak merasa terusik oleh kehadiran Alan, ternyata kemarahan tetap menggodaku juga. Tatapannya saat memandang Rindy jelas menyuarakan isi hatinya saat itu. Dan aku melihat tatapan yang sama yang Rindy perlihatkan walau dia berusaha keras untuk menyembunyikannya dariku. Sekarang saja, aku beberapa kali mendapati Rindy meremas jemari tangannya yang terlihat lembab karena peluh dingin yang keluar dari sana tanpa dia sadari. Ini kebiasaan Rindy bila dia sedang gelisah.
"Kita mau kemana malam ini?" aku sempat beberapa kali mengutuk diriku sendiri karena melampiaskan kekesalanku pada Rindy yang seharusnya ngga mendapat imbasnya dariku.
"Temenin kerumah Mama ya," sejak minggu lalu Rindy memang sempat minat diantar kesana, dan kali ini sepertinya aku bisa menemaninya kesana. Aku memutuskan untuk istirahat dari semua jadwalku seminggu kedepan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Can I? (Silver Moon series)
RomansaBagaimana rasanya bila kamu terus ditolak dan ditolak? Segala usaha sudah kamu lakukan untuk melunakkan hatinya. Dia mencintaimu dan kamu tahu itu. Tapi dia masih menolakmu. Apa aku harus menyerah? Aku berharap bisa membencimu...kamu tau itu? Arind...