"san, besok malam adalah harinya, kamu jangan sampai lupa loh ya!"
"Hm," san hanya bergumam menanggapi suara dari sambungan telepon.
"San, kamu dengerin aku kan?"
"Iya."
"Jangan cuma iya aja, minggu kemarin kamu juga gak dateng pada acara makan malam keluarga besar aku. Alasannya lupa padahal aku udah ngingetin dua jam sebelum acara."
"Iya, gita, aku enggak lupa untuk besok malam."
"Aku akan suruh orang orang papa seret kamu kalau satu jam sebelum acara kamu belum dateng!"
Panggilan itu terputus. San melemparkan ponselnya begitu saja pada meja nakas. Pemuda itu membanting tubuhnya pada tempat tidur. Menutup mata seraya menghela nafas berat. Aku ingin tiada.
Besok malam adalah hari ulang tahun gita. Acaranya akan sangat meriah mengingat gadis itu mengundang satu angkatan teman satu jurusannya. Belum lagi tamu undangan dari kedua keluarga. Karena besok malam bukan hanya sekedar pesta perayaan ulang tahun putri bungsu keluarga konglomerat itu saja, melainkan juga hari pertunangan gadis itu dengan dirinya.
San ingin menghilang. Dia tidak pernah menginginkan perjodohan ini. Gita adalah gadis yang baik, sayang sekali dia jatuh cinta pada san yang sama sekali tidak bisa membalas cinta nya.
Bahkan setelah mencoba sebisa mungkin pun san tetap tidak mencintai gita seperti gadis itu mencintainya. Disamping itu, kehadiran sosok lain yang mengisi rongga hampa itu jelas semakin membuat San merasa berat hati. Membuat san semakin tidak ingin menerima perjodohan itu.
Yara... Yara... Yara...
Entah berapa kali nama itu terucap dari setiap nafas yang terhembus.
Setelah sekian banyak waktu dihabiskan dengan sosok mungil itu, san jelas mengerti apa perasaan aneh yang selalu menelusup dalam dadanya. San jatuh cinta pada Kiara.
Gadis itu datang memberinya kesempatan untuk hidup lebih lama, menawarkan segala kenyamanan dan kehangatan dari rengkuhan lengan mungilnya saat itu. Matanya yang sembab dan mengeluarkan kristal beningnya sukses mengetuk hati san.
Menarik san dari usaha mengakhiri hidupnya. Membuat san merasa bahwa dirinya masih diinginkan, membuat san merasa bahwa masih ada orang yang menginginkannya tetap hidup.
Padahal saat itu keduanya adalah orang asing.
Yara
San bangkit dari kasur empuk yang akhir akhir ini jarang ditinggali karena ia lebih sering bermalam di unit sebelah. Maka malam ini pun ia ingin meraih hangat yang kini sudah familiar dalam hidupnya.
San memasukkan kombinasi angka pada pintu. Bahkan gadis itu memberikan password unit apartemennya tanpa sungkan.
"Biar kalau kamu dateng tinggal masuk aja, aku capek bulak balik bukain pintu," ujar gadis mungil itu ketika san mengernyit heran kala si gadis menyebutkan sebuah susunan angka.
Kiara ada disana, berdiri menghadap kaca maha besar yang memperlihatkan pemandangan perkotaan. Entah sadar atau tidak bahwa kini kediamannya sedang disambangi oleh seorang tamu yang tidak pantas disebut tamu lagi karena seringnya datang berkunjung.
"Hei," sama si pemuda seraya melingkarkan lengannya di pinggang si mungil, memeluknya dari belakang.
Bibirnya mendarat mengecup pundak telanjang si gadis yang masih bergeming tak terganggu sama sekali. Kiara hanya mengenakan tank top abu dengan celana training yang sangat kebesaran.
"Kamu pake celanaku lagi, Yara."
Gadis itu terkekeh pelan, mengelus punggung tangan si pemuda yang melingkar di perutnya.
"Suruh siapa pakaian kamu belum juga diambil, hm?"
Kiara menyandarkan punggungnya dengan nyaman pada dada bidang milik pemuda yang entah bagaimana menyebutnya ini.
Hubungan mereka mengalir begitu saja. Segala bentuk skinship sudah biasa dilakukan tanpa sungkan. Tapi keduanya sama sama tidak ingin menyinggung tentang apa sebenarnya hubungan mereka ini.
Baik Kiara maupun San enggan membahasnya. Mereka hanya membiarkannya begitu saja.
"Kupikir kamu enggak datang malam ini."
San tidak menanggapi, pemuda itu sibuk mendusal pada rambut Kiara, sesekali mengecup puncak kepala si gadis.
"Yara, kamu bohong."
"Tentang?"
"Tentang kamu yang akan datang seperti peri kalau aku memanggil namamu sebanyak tiga kali. Aku terus memanggilmu sebanyak hembusan nafasku tapi kamu tidak datang."
"Malah kamu yang datang kesini, San," Kiara berbalik. Kini gadis itu menghadap pada sosok tampan yang begitu mempesona dengan balutan kaos putih polos.
Kiara mengalungkan lengannya pada pundak si pemuda. Mendongak memperhatikan sosok menawan yang juga tengah memperhatikannya. Raut sedih itu begitu jelas tampak pada wajah San. Selalu seperti itu.
San, lelaki itu akan datang ketika dirinya sedang memiliki suatu hal yang mengganjal di hati. Tepat seperti apa yang Kiara katakan padanya, datanglah jika sedang ada masalah yang memberatkan, berbagi dengannya agar beban pemuda itu lebih ringan.
"Apa ada sesuatu yang membebani?"
Lelaki itu tidak menjawab, ia malah melepaskan tautan lengan di pinggang Kiara, mengusap halus pipi si gadis kemudian mengambil jarak membuat kalungan lengan Kiara terlepas. San memunggungi Kiara, pemuda itu lebih memilih memandangi koleksi tanaman hias milik si gadis yang terletak di sudut ruangan.
"Besok aku akan bertunangan."
Kiara tidak terkejut, San pernah menceritakan hal ini sebelumnya. Hubungannya dengan sosok cantik bernama Inggrid Risgita atau biasa disebut Gita itu ternyata hanya lah sebuah hubungan bisnis yang sudah direncanakan. Awalnya Kiara tidak percaya karena ketika di kampus dua orang itu cukup mesra jika dilihat.
Tapi setelah mendengar dan melihat sendiri bagaimana tertekannya San akan perjodohan itu, Kiara bisa percaya.
Gita begitu mencintai San. Hal itulah yang mempersulit segalanya. Kalau saja gita tidak mencintai san, mungkin perjodohan itu tidak akan terjadi. Karena segala keputusan hanya ada pada gadis itu, san sama sekali tidak memilikinya. Dirinya hanya dituntut untuk menurut.
"Kamu baik baik saja?" Tanya San.
"Kenapa malah bertanya padaku?"
"Apa kamu baik baik saja kalau aku bertunangan dengan orang lain?"
Kiara hanya bisa tertawa miris, "kenapa malah bertanya seperti itu? Memangnya aku ini siapa kamu, san? Kenapa aku harus tidak baik baik saja kalau kamu bertunangan dengan orang lain?"
Karena gadis itu sadar pada siapa dirinya jatuh cinta. Kiara sadar sejak awal bahwa sebesar apapun dirinya jatuh cinta pada sosok tampan dihadapannya ini, Kiara tidak akan pernah bisa memiliki kesempatan.
=====
mutiaa
KAMU SEDANG MEMBACA
SAN | Kim Chaewon x Choi San [END]
Fanfiction"Enggak semua orang yang saling mencintai bisa berakhir bersama, San. Termasuk kita." Kecelakaan mobil yang merenggut kedua orang tuanya satu tahun yang lalu masih menyisakan kesedihan mendalam bagi seorang Kiara, gadis yang baru lulus dari sekolah...