Dengan setelan mewah berupa gaun satin berwarna abu-abu dengan aksen motif jahitan berwarna merah, wanita itu melangkah dengan angkuh memasuki ruangan. Dagunya terangkat, make-up tebal juga bibir yang di poles lipstik merah membuat tampilan wanita itu terlihat lebih elegan walau garis wajahnya tidak terlihat ramah dan cenderung terlihat galak, namun Kiara akui bahwa wanita itu memang cantik.
Pantas saja beliau berhasil menggoda pria yang sudah beristri dan membuat dirinya dipersunting.
"Selamat siang, miss."
"Siang, nyonya Nareswara," Kiara menjawab sapaan basa-basi tersebut. Bibirnya mengulas senyum tipis yang mungkin tidak terlihat oleh wanita yang kini mengambil duduk di hadapannya.
Untuk kedua kalinya mereka berhadapan.
"Ini adalah galeri pribadi saya, bagaimana menurut mu?" Tanya wanita itu kembali basa-basi.
"Tidak buruk, sepertinya anda tertarik di bidang seni terutama fotografi."
"Bukan saya, tapi putra saya. Sayangnya anak itu harus mengubur mimpi demi mengelola perusahaan keluarga karena kakak nya tidak becus menjadi penerus perusahaan."
"Bukan tidak becus. Anda yang mendepaknya agar dia tidak mendapat bagian," ralat Kiara.
"Apa yang ingin anda sampaikan kepada saya, nyonya? Karena saya juga ingin menyampaikan sesuatu kepada anda."
"Kalau begitu mari dengarkan apa yang ingin kau sampaikan, miss."
Kiara membenarkan posisi duduknya. Mencengkram tas yang ada di pangkuannya dan berdeham untuk memulai bicara.
"Berhenti memaksakan kehendak terhadap San. Dia datang menemui ku lagi mengatakan bahwa kalian memaksanya untuk segera menikah. Dia bahkan belum selesai kuliah."
"Dia menemui mu lagi. Bukankah sudah saya katakan untuk berhenti menemuinya, miss?!"
"Anda tidak menangkap kalimat saya sebelumnya? San yang menemui saya." Kiara menekankan kalimat terakhir.
"Anda tahu apa artinya? Artinya. Seberapa keras pun anda melarang kami bertemu kami tetap akan selalu bertemu, San akan selalu menemui saya," lanjut gadis itu.
"Kau belum jera juga rupanya. Apakah segala perundungan di kampus yang kau dapatkan masih belum cukup membuatmu jera? Kalau begitu biar saya tunjukan hal lain yang lebih dari itu."
"Silahkan. Saya tidak takut. Daripada anda sibuk memikirkan apa yang akan anda lakukan untuk membuat saja berhenti berhubungan dengan San, lebih baik anda lihat ini!"
Kiara menunjukkan video Gita yang berciuman dengan lelaki lain pada wanita itu.
"Bukankan dia juga menjijikan seperti yang anda katakan pada saya? Anda masih tetap ingin menjodohkan putra anda dengan perempuan ini? Tidakkah itu menyakiti harga diri keluarga anda?"
"Sialan!" Nyonya Nareswara hendak merebut ponsel Kiara dari tangannya namun beliau kalah cepat karena Kiara sudah mengantongi kembali ponselnya.
"San belum tahu tentang ini. Menurut anda, bagaimana kalau San tahu? San bertahan selama ini karena dia tidak memiliki celah untuk menyangkal, dia tidak punya alasan khusus kenapa dia tidak ingin dijodohkan dengan Gita. Mungkin kalau dia tahu bahwa Gita bermain dengan lelaki lain dibelakangnya, San akan memiliki alasan kuat untuk membatalkan perjodohan itu."
"Jangan bermain-main dengan saya, miss! Kau tahu apa yang akan terjadi padamu kalau kau melangkah lebih jauh!" Gertak wanita itu.
Kiara tersenyum saat wanita itu berhasil tersulut emosi. Gadis itu kembali mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah kartu nama milik sang papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAN | Kim Chaewon x Choi San [END]
Fanfiction"Enggak semua orang yang saling mencintai bisa berakhir bersama, San. Termasuk kita." Kecelakaan mobil yang merenggut kedua orang tuanya satu tahun yang lalu masih menyisakan kesedihan mendalam bagi seorang Kiara, gadis yang baru lulus dari sekolah...