chapter 14

100 20 0
                                    

Kiara sering melihat San setiap dirinya sedang berada di kantin FIB untuk makan siang. Pemuda itu selalu ada disana, duduk bersama seorang gadis cantik dan menjadi pusat perhatian semua orang.

Pasangan serasi. Tapi Kiara benci mengakui. Pemandangan dimana San memberikan afeksi afeksi kecil terhadap gadisnya yang kata banyak orang terlihat so sweet justru membuat mata sakit bagi Kiara.

Maka untuk menghindari segala penyakit hati yang dideritanya, Kiara memutuskan untuk berhenti datang ke fakultas bahasa dan memilih mendekam di perpustakaan apabila memiliki jeda untuk kelas perkuliahan selanjutnya.

Bohong kalau gadis itu tidak memiliki rasa apapun terhadap San setelah semua yang pernah mereka lakukan.

Pemuda itu entah mengapa datang secara rutin mengetuk pintu apartemen Kiara pada waktu waktu tertentu. Terhitung sudah dua minggu pula keduanya makan malam bersama di kediaman si gadis.

Dua hari lalu pemuda berlesung pipi menawan itu datang sore hari dengan dua kantong belanjaan berisi bahan makanan juga camilan, "aku sering numpang makan disini, anggap aja sebagai ganti rugi," ucapnya sambil tertawa kala Kiara menanyakan untuk apa semua belanjaan itu.

Hari itu adalah terakhir kali San datang untuk makan malam, karena malam berikutnya apartemen Kiara tidak diketuk oleh siapapun padahal gadis itu sudah memasak banyak.

Terbiasa dengan eksistensi si pemuda, maka saat San tidak datang Kiara merasa kehilangan. Ruang hampa dalam hatinya menganga. Malam itu Kiara duduk termenung di kursi meja makan tanpa menyentuh makanannya sama sekali, ia menatap dengan pandangan kosong pada satu porsi makanan di seberang meja.

Kiara jatuh cinta. Tapi ia menyangkal.

Tapi setelah berbincang semalaman dengan sang tante yang lebih berpengalaman, Kiara memiliki semua tanda tanda yang tantenya sebutkan ketika seseorang tengah jatuh cinta.

Bahagia akan kehadirannya, Kiara selalu bahagia ketika pintu di ketuk dan San berdiri dibaliknya. Membuat gadis itu selalu menantikan hal itu setiap malam. Kiara bahagia saat San memuji makanan yang ia masak, bahagia ketika san hanya sekedar duduk diam di sofa miliknya sementara kiara sibuk mengerjakan tugas kuliah.

Merasa gugup saat berada didekatnya, Kiara juga selalu merasa begitu. Tidak peduli seberapa sering nya san berada disekitarnya, Kiara selalu merasa gugup juga salah tingkah setiap ada didekat pemuda itu.

Selalu memikirkannya, ya, sejak insiden mabuk Kiara tidak pernah benar benar melupakan sosok san. Pemuda itu justru semakin gencar berputar dalam kepalanya apalagi sejak ia menginap malam itu.

Menjadi cemburuan, Kiara jadi tidak suka jika San dekat dengan perempuan lain. Kalau boleh egois ia mau San hanya untuk dirinya.

Seperti ditampar kenyataan, pemuda itu berjalan di koridor dengan santainya bergandengan tangan dengan gadis yang sama yang selalu bersamanya kapanpun dan di manapun. Kiara yang melihat langsung membuang muka, ia cemburu. Karena seberapa inginnya pun dirinya egois, San tetap milik orang lain dan ia tidak memiliki celah apapun untuk bisa bersama dengannya.

Kiara memang jatuh cinta. Ia tidak akan menyangkal lagi.

Lagipula san sangat tampan, tidak sulit untuk jatuh cinta padanya. Tapi apakah Kiara cukup menawan untuk membuat pemuda itu bisa melihat kearahnya?

*

Malam itu pintu apartemen Kiara kembali ada yang mengetuk. Si pemilik yang sedang mengerjakan tugasnya menoleh pada pintu masuk memastikan pendengarannya tidak salah, setelah pintu kembali di ketuk untuk kedua kalinya barulah Kiara datang untuk membukakan.

San berdiri disana dengan sekotak pizza juga ayam goreng dan cola. "Makan malam," ujarnya seperti biasa.

Kiara membiarkan pemuda itu masuk, ia kembali duduk didepan laptopnya kembali mengerjakan tugas. Mengabaikan kehadiran San yang hanya duduk menunggu si gadis selesai.

Ada rasa bersalah dalam diri Kiara karena telah mengabaikan tamu spesialnya itu. Tidak bohong, Kiara sebenarnya begitu merindukan sosok itu. Namun ingatan nya tentang tadi siang di kampus membuat hatinya tidak karuan.

"Yara," panggil San saat mendapati bahwa gadis itu hanya melamun, "kalau sudah lelah lebih baik istirahat dulu, ayo makan dulu!" Ajak pemuda itu dengan lembut.

Akhirnya Kiara membereskan tugasnya, menyimpan laptopnya pada sofa. Kini di meja sudah terhidang pizza dan ayam goreng. San pergi ke dapur mengambil dua gelas untuk cola nya.

Ada yang aneh di wajah San saat Kiara memperhatikannya. Tangan gadis itu menyentuh sisi wajah si pemuda membuat San memiringkan wajahnya, pelipis pemuda itu terluka.

"Kamu habis berantem?"

San hanya tersenyum tipis, "bukan berantem, Yara. Ini cuma luka kecil, jangan khawatir!"

Keduanya kembali pada hidangan makan malam. Namun Kiara tetap memperhatikan sosok pemuda yang duduk dihadapannya itu. Bukan hanya pelipis yang terluka tapi di bagian rahang juga ada bekas kebiruan seperti habis di tonjok.

"Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu, San. Jangan bohong ku mohon. Aku khawatir."

Setelah makan malam selesai San dan Kiara duduk diatas sofa.

"Hanya pelajaran kecil dari papa karena aku tidak menurut."

Kiara menatap pemuda itu dengan sendu. Mengingat pemuda dihadapannya kini pernah mencoba mengakhiri hidupnya membuat Kiara semakin sakit. Kehidupan seperti apa yang san jalani sebenarnya, kenapa papanya tega sekali memukul pemuda itu hanya karena sang putra tidak menurut.

Dulu saat papa Kiara masih ada, jika Kiandra tidak menurut, beliau hanya akan berkata tegas dan menasehati. Kemudian memberikan hukuman seperti potong uang jajan atau tidak diijinkan keluar rumah untuk bermain.

Entah datang keberanian dari mana Kiara mendekat, menangkup wajah San dan memberikan kecupan di setiap titik yang terluka, rahang, pelipis, tulang pipi, dan disudut bibir yang lukanya sudah samar.

San begitu terkejut dengan perlakuan Kiara yang tiba tiba, tapi ia juga menikmati segala kelembutan yang gadis itu berikan padanya. Maka San memejamkan matanya menikmati setiap kecupan yang ia rasakan dipermukaan wajahnya.

Kiara tidak menyesal sama sekali, setelah melayangkan kecupan itu ia langsung membawa San kedalam pelukan. Mengusap punggung pemuda itu dengan lembut.

"Aku bilang kamu boleh cerita apa saja sama aku, San. Aku selalu disini, aku akan mendengarkan mu."

San membalas pelukan Kiara dengan melingkarkan kedua lengannya di pinggang si gadis. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu.

Perasaan aneh itu datang lagi. Dan San mulai terbiasa dengan perasaan itu. Ia menyukai Kiara, dan tidak ingin kehilangannya.




=====

Sejujurnya, aku lupa sama cerita ini ha... ha...

Oh ya, Aku ada cerita baru judulnya Forget Me, Not silahkan mampir kalau berkenan.

mutiaa

SAN | Kim Chaewon x Choi San [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang