Semalaman Kiara tidak bisa tidur. Pikirannya terus tertuju pada San. Gadis itu khawatir. San terlihat begitu membutuhkannya. Meski tak bisa melihat keadaan lelaki itu dengan jelas karena cahaya yang temaram namun Kiara bisa mendengar dengan jelas kalau suara San tidak seperti biasanya, suara lelaki itu terdengar lebih lirih.
Sekeras apapun Kiara mencoba mengabaikan segala pikiran buruk yang merangsek masuk dalam kepalanya, justru semakin banyak pula kemungkinan-kemungkinan tidak diinginkan yang gadis itu pikirkan.
Dalam keheningan kamar juga cahaya remang, Kiara bersimpuh di lantai. Kepalanya ia sandarkan pada tembok, menajamkan pendengaran mencoba mendengar suara-suara yang berasal dari kamar sebelah. Namun nihil, Kiara tidak mendapati suara apapun. Gadis itu merangkak mencapai balkon kamar. Biasanya dia bisa mendengar suara penghuni unit sebelah dari sana. Tapi tetap saja Kiara yang mendengar apapun.
Balkon kamar San hanya gelap gulita, tak ada tanda-tanda kehidupan berasal dari sana.
Seandainya Kiara memiliki keberanian tinggi, mungkin saja gadis itu akan nekat memanjat balkon untuk menyeberang ke balkon tetangga. Tapi Kiara takut. Dia ada di lantai delapan, bagaimana kalau dirinya tergelincir dan malah membuatnya terjun ke bawah sana.
Bahkan sampai cahaya matahari menyongsong pun gadis itu tetap terjaga. Dengan gontai ia berjalan masuk kembali ke kamar setelah semalaman hanya bersimpuh di lantai balkon yang dingin.
Kiara menambahkan banyak krim wajah disekitar bawah matanya yang menghitam. Berpenampilan seadanya untuk berangkat ke kampus.
"Pagi!" Sapa om dan tantenya bersamaan begitu melihat Kiara bergabung di meja makan.
Menu sarapan kali ini tidak begitu menggugah selera makan Kiara. Gadis itu hanya meneguk air putih. Tidak menyentuh makanannya sama sekali.
"Kenapa enggak makan?" Tanya sang tante.
"Aku enggak laper, tan."
"Tetep harus sarapan, Kiara!" Seru omnya.
"Semalem aku makan banyak, jadi sekarang masih kerasa kenyang. Nanti aku bawa aja deh ke kampus makan nya."
Akhirnya dua orang dewasa itu mengalah dan melanjutkan acara sarapan mereka sementara Kiara berjalan ke dapur untuk mengambil kotak bekal.
Setelah selesai sarapan. Kiara dan om nya pamit untuk berangkat ke kampus dan bekerja. Kiara berjalan lebih dulu karena sepasang suami istri itu masih sibuk bermesraan sebelum sang suami berangkat kerja.
Di depan pintu Kiara disambut oleh beberapa orang petugas yang berlalu lalang terlihat sibuk keluar masuk dari unit apartemen di sebelahnya. Apartemen San.
Kiara mencelos. Jantungnya seolah baru saja meninggalkan rongga dada. Sekarang paru-parunya seperti terhimpit sesuatu tak kasat mata. Sakit sekali. Kepalanya tak berhenti berupaya mencari tahu apa yang sedang terjadi. Mencari sosok San yang siapa tahu tertangkap oleh netra.
"Ada-ada saja anak muda jaman sekarang, memangnya kehidupan seperti apa yang mereka miliki sampai-sampai melakukan percobaan bunuh diri seperti itu."
"Paling-paling masalah putus cinta."
Percakapan dua orang petugas kebersihan yang melintas tepat di depan Kiara mengalihkan perhatian gadis itu.
"Yara, ayo nanti kamu telat ke kampus," om nya sudah menuntun Kiara agar segera berangkat setelah pria itu bertanya pada salah satu petugas yang masih ada didepan apartemen San.
"Penghuni kamar sebelah katanya baru saja melakukan percobaan bunuh diri. Sudah dilarikan ke rumah sakit," ujar sang paman berbisik pada Kiara yang berjalan disebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAN | Kim Chaewon x Choi San [END]
Fiksi Penggemar"Enggak semua orang yang saling mencintai bisa berakhir bersama, San. Termasuk kita." Kecelakaan mobil yang merenggut kedua orang tuanya satu tahun yang lalu masih menyisakan kesedihan mendalam bagi seorang Kiara, gadis yang baru lulus dari sekolah...