Dia berbalik kembali menatap bangunan yang mungkin saja akan ia rindukan. Entah kapan lagi dirinya bisa kembali lagi kesana. Bangunan kokoh penuh kenangan. Gadis itu masuk kedalam mobil, sang adik sudah menunggu untuk mengantarnya kembali ke kota tempatnya menuntut ilmu.
Kalau boleh jujur sebenarnya Kiara enggan sekali kembali kesana, enggan melanjutkan pendidikan di tempat itu setelah banyak insiden tak menyenangkan yang dialaminya.
Namun mau bagaimana lagi, ada hal yang perlu Kiara selesaikan disana.
Diantar oleh Kiandra, Kiara pergi meninggalkan rumah kedua orang tuanya. Setelah pamit kepada om dan tante gadis itu ijin untuk kembali ke rumah terlebih dahulu untuk mengambil sesuatu.
Jalanan panjang yang sisinya dikelilingi pepohonan hijau begitu menyegarkan pandangan Kiara. Ia akan merindukan suasana asri ini. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada kaca mobil, menatap sang adik yang sedang menyetir dari samping.
"Kamu ganteng banget, dek."
Kiara menoleh pada Kiara yang menatapnya dengan lamat. "Kemana aja baru sadar sekarang?" Kekehan pemuda itu membuat Kiara ikut mengulas senyum.
Kiandra masih bersikap biasa saja karena anak itu tidak tahu masalah apa yang sedang kakaknya hadapi. Seandainya Kiandra tahu, mungkin dia tidak akan mau mengantarkan Kiara pergi. Kiandra pasti akan menahan Kiara agar tetap disini.
"Nanti Yara bakal sering pulang kalau enggak sibuk," ujar Kiara.
"Kita main sepedaan lagi di belakang rumah, bantuin mbak Aya rawat taman bunga mawar, kasih makan ikan di kolam samping rumah, bantu pak Bondan panen anggur juga nanti," Kiara terus mengabsen beberapa kegiatan yang sering mereka lakukan dulu. Salah satu hal yang selalu Kiara rindukan dari dirinya yang dulu yang sudah lama mati.
Gadis itu melihat ada ulasan senyum terhias di bibir sang adik.
"Tapi nanti Yara jangan cipratin air kolam ke Kian ya, janji?" Pemuda itu mengangkat tangan kirinya mengacungkan jari kelingking untuk membuat pinky promise dengan sang kakak yang dengan senang hati Kiara sambut.
"Janji!"
*
Kiandra langsung pulang lagi setelah mengantarkan Kiara sampai di apartemen.Rasa penuh yang ada dalam dirinya kembali menyusut saat gadis itu kembali ke kediaman sementaranya itu. Rasa kosong kembali Kiara rasakan begitu ia masuk lebih dalam. Hening. Kiara kembali merasakan kesepian.
Tanaman di sisi ruangan ada yang mati. Berapa lama mereka tidak di rawat? Padahal dia hanya dua hari pulang, tapi tanaman miliknya sudah ada yang mati. Kiara tidak sadar bahwa dirinya memang tidak merawat mereka lagi setelah insiden di kampus saat itu.
Waktu menunjukan pukul empat sore. Karena tidak memiliki rencana apa-apa, Kiara pergi meninggalkan unit nya, pergi ke atap gedung. Mungkin menanti matahari terbenam bisa menghilangkan bosan.
Menepi pada tembok pembatas gadis itu melongok kan kepala kebawah. Tinggi sekali. Dia berbalik memunggungi tembok pembatas, ngeri sekali melihat ke bawah dari ketinggian gedung seperti ini.
Pandangannya mengedar. Tempat ini adalah tempat pertama kali dirinya bertemu dengan San. Ingatan malam itu masih diingat dengan jelas oleh Kiara. San yang berdiri diatas tembok pembatas dan siap melompat dari sana. Kalau saja Kiara terlambat datang, mungkin lelaki itu sudah tidak ada di dunia lagi, mungkin Kiara tidak akan berakhir menjalin hubungan dengannya, mungkin semua ini tidak akan terjadi.
"Hey," suara orang lain disana membuat Kiara menoleh.
"Kamu tidak sedang berpikir untuk bunuh diri kan?” tanya orang tak dikenal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAN | Kim Chaewon x Choi San [END]
Fanfiction"Enggak semua orang yang saling mencintai bisa berakhir bersama, San. Termasuk kita." Kecelakaan mobil yang merenggut kedua orang tuanya satu tahun yang lalu masih menyisakan kesedihan mendalam bagi seorang Kiara, gadis yang baru lulus dari sekolah...