chapter 36

68 16 4
                                    

cw //mature content//

Gatau sih, cuma yaa warning aja


=====

Sejak pagi, hujan turun begitu deras tanpa menunjukkan tanda akan berhenti. Sekarang sudah menyentuh waktu makan siang. Mereka bahkan belum memijak lantai saking nyamannya bergelung diatas tempat tidur.

Tadi, pagi-pagi sekali, tante menelepon membangunkan sosok jelita dari tidur nyenyak. Bertanya apakah dirinya masih berada si kediamannya. Gadis itu menjawab iya dengan malas, merasa kesal karena tidurnya terganggu.

"San gak laper?"

Percuma bertanya pada lelaki yang masih memejamkan matanya mengantuk itu karena hanya gumaman tak jelas yang Kiara terima sebagai jawaban.

Entah San tidur pukul berapa, Kiara tidak tahu. Dia memutuskan untuk tidur duluan setelah perbincangan panjang semalaman.

"San~~ bangun!!" Kiara merengek, mengguncang tubuh si lelaki agar bangun.

Bukannya bangun, lelaki itu malah mengeratkan pelukan di pinggang ramping Kiara dan mendusal di perpotongan leher si gadis.

"Sebentar lagi, cinta. Aku masih ngantuk," gumamnya.

Pasrah, Kiara membiarkan lelaki itu kembali tidur memeluk tubuhnya.

Jendela kamar yang gordennya tidak tertutup dengan benar memperlihatkan sebagian pemandangan derasnya hujan diluar sana. Cipratan airnya memukul kaca jendela, menimbulkan suara tik-tik kencang.

Sepuluh menit berlalu. Pelukan San mengendur dan terlepas. Lelaki itu meregangkan tubuhnya dan menguap kemudian bangkit duduk. Memperhatikan Kiara yang berbaring miring menghadap dirinya.

"Ayo bangun!!" Ajaknya.

Lelaki itu menarik kedua tangan Kiara yang terjulur minta dibangunkan.

"Good morning!" Sapa San seraya memberikan kecupan ringan di puncak kepala gadisnya.

Kiara mendengus, "udah siang!" Menunjuk jam digital yang ada di atas nakas. Hanya kekehan yang keluar dari bibir si lelaki. Matanya menyipit menciptakan cekungan cacat di pipinya terlihat. Ekspresi San yang paling Kiara sukai dari segala yang ada dalam lelaki itu.

Dua insan itu bergandengan tangan menuruni satu-persatu anak tangga. Turun menuju dapur karena cacing-cacing di perut sudah mulai berdemo minta diberi makan.

Mbak Aya, salah satu pelayan yang ditugaskan merawat rumah menghampiri mereka.

"Biar saya siapkan dulu makanannya, non."

"Gak usah, mbak. Yara masak sendiri aja. Ada bahan-bahannya kan?"

Pelayan itu mengangguk. "Ada kok. Ya sudah kalau gitu mbak balik ngerjain yang lain, ya." Wanita berumur pertengahan 30 itu berlalu meninggalkan Kiara di dapur.

San yang diminta menunggu di meja makan hanya memperhatikan bagaimana lihainya Kiara berkutat dengan bahan-bahan makanan. Pemandangan seperti ini sudah sering San lihat. Lelaki itu mengulas senyum, beruntung sekali ia memiliki Kiara sebagai cintanya.

Selesai sarapan sekalian makan siang, mereka kembali naik ke lantai dua. Tidak kembali ke kamar, melainkan Kiara mengajak San ke ruangan lain yang entah apa fungsinya. Hanya ada ruang kosong dengan jendela kaca besar disana. San mengikuti gadisnya berjalan ke sisi jendela. Suara derasnya hujan terdengar lebih jelas begitu si gadis membuka jendela.

Meski tidak begitu jelas karena hujan, San dapat menangkap sebuah kebun anggur di kejauhan sana. San pikir hanya di rumah tante saja yang memiliki kebun anggur. Ternyata di rumah Kiara kebun anggurnya lebih luas. Selain itu, hamparan bunga mawar berbagai warna juga terpampang di seluruh taman.

SAN | Kim Chaewon x Choi San [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang