chapter 28

63 15 2
                                    

Kiara masih ingat rasa kosong yang ia rasakan saat dikabari bahwa kedua orang tuanya mengalami kecelakaan mobil. Itu sudah lewat tengah malam. Kiara dan Kiandra bahkan sudah tidur.

Om dan tante menjemput dirinya dan sang adik menuju lokasi kecelakaan, melewati bermil-mil jauhnya jarak dari kediamannya ke lokasi dimana kecelakaan itu terjadi.

Padahal siang tadi anak kembar itu sangat antusias karena orang tuanya akan pulang setelah melakukan perjalanan bisnis selama satu minggu lamanya.

Kabar itu menghantam keduanya. Kiandra menangis sepanjang jalan. Kiara tidak ingin percaya, tapi melihat raut khawatir di wajah sang tante membuatnya mau tak mau percaya bahwa dirinya sedang tidak bermimpi.

Sampai di lokasi, papa dan mama sudah dilarikan ke rumah sakit. Diantar salah satu polisi, mereka bertiga bergegas ke rumah sakit sedangkan sang paman tinggal disana untuk mendengar penjelasan dari polisi tentang kecelakaan yang terjadi sebelum menyusul ke rumah sakit.

Tubuh tante merosot ke lantai, Kiandra meraung di lorong rumah sakit setelah salah satu perawat mengatakan bahwa sang mama sudah meninggal di tempat kecelakaan. Sedangkan sang papa dalam keadaan kritis dan sedang ditangani.

Kiara hanya berdiri dengan pikiran kosong. Melihat dua orang dihadapannya saling berpelukan sambil menangis kencang di lorong rumah sakit. Air matanya baru jatuh saat sang paman datang dan memeluknya. Dadanya sakit bagai dihantam sesuatu yang begitu keras.

"MAMA!!" Raung Kiandra pilu. Bahkan meski di dekap sang tante, tangisan Kiandra masih terdengar menyakitkan.

Untuk terakhir kalinya sebelum dipindahkan ke kamar jenazah, Kiara melihat sosok tercintanya, wanita yang telah melahirkannya terbaring lemah diatas brangkar, kulitnya pucat, tubuhnya dipenuhi luka gores dari pecahan kaca. Kiara tersungkur kalau tidak ditahan sang paman. Isakan pertamanya keluar, seluruh tubuhnya lemas. Kakinya sudah tak sanggup menopang tubuhnya sendiri.

"Mama!" lirihnya.

"Mama!"

Gadis itu merengkuh Kiandra kedalam pelukannya. Mereka menangis bersama.

"Yara, kita bagaimana kalau mama pergi?" Pertanyaan Kiandra membuat Kiara semakin tersedu.

"Yara, aku mimpi buruk. Aku mau bangun, aku gak mau mimpi buruk."

Tangis Kiara mulai reda, namun wajahnya tetap tak bisa menyembunyikan kesedihan disana. Kiandra tidur dalam pelukannya karena lelah menangis.

Mereka semua menunggu didepan ruang operasi dimana sang papa masih ditangani oleh dokter. Sudah dua jam berlalu tapi operasi belum selesai. Raut lelah terlihat begitu jelas di wajah om dan tante.

Kiara memejamkan matanya meskipun tidak tidur. Samar-samar ia mendengar omnya bicara pada sang tante.

"Tabrakan mobil. Ada yang menerobos lampu merah yang menyebabkan mobil kakak terhantam dan menabrak pembatas jalan."

"Pasti. Kakak tidak pernah lalai dalam mengemudi. Dia tidak mungkin menabrak pembatas jalan begitu saja. Lalu bagaimana?"

"Polisi sedang mengurusnya. Tadi mobil pelakunya juga masih ada disana."

Kiara hampir saja jatuh tertidur ketika pintu ruang operasi terbuka. Om dan tante langsung berdiri menghampiri sang dokter, bertanya bagaimana proses operasinya.

Kiandra masih menyandar dipundaknya membuat Kiara tak bisa melihat ataupun mendengar apa yang dokter katakan. Namun suara tangisan tante yang menyusul membuat Kiara menegakkan kepalanya. Melihat tantenya menangis di pelukan sang paman membuat pikiran Kiara kembali kosong. Dia juga melihat dokter yang tadi keluar mengusap air mata sambil berlalu melewati mereka.

SAN | Kim Chaewon x Choi San [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang